"One lie is enough to question all truths"

142 14 1
                                    

Happy Reading

Dalam ruang yang hening itu, malam juga semakin dalam. Suami dan istri yang 30 menit lalu menginjakkan kaki di lantai marmer kediaman mereka, kini telah saling duduk pada posisi mereka masing-masing di dalam kamar tidur.

Seperi biasa, So Eun akan sibuk dengan skin care malam rutinnya. Sementara kali ini Kim Bum tidak sibuk melakukan apapun selain memandangi punggung So Eun yang membelakangi arahnya.

Pria itu meminta maaf atas apa yang terjadi pagi tadi kepada So Eun. Namun batinnya lebih sibuk memikirkan tentang hal apa yang So Eun sembunyikan darinya.

Sangat ingin menduga-duga apa kemungkinannya, namun kepala Kim Bum buntu. Tak pernah ada kecurigaan lain tentang So Eun selama ini. Sampai kemudian mereka menikah, lalu So Eun menunjukkan tanda-tanda mencurigakan itu.

Apakah itu membebani pikiran Kim Bum?

Tentu saja, tetapi pria itu tidak ingin menjadikan kecurigaannya menjadi pertengkaran lagi, jika ia bertanya yang cenderung seperti tuduhan untuk So Eun.

Ingatkah? Masalah kecil saja bisa So Eun jadikan seperti istri yang telah mengalami KDRT. Apa lagi jika sesuatu yang disembunyikannya itu besar, dan Kim Bum bisa mengungkapnya, kemudian menyalahkannya. Percayalah, So Eun akan sangat bisa juga menjadikan dirinya seperti korban, dan Kim Bum adalah pelaku jahatnya.

Ya, salah satu keahlian alami yang sangat menonjol dari So Eun adalah, menjadikan sesuatu yang sederhana menjadi sangat rumit.

Sampai pada akhirnya Kim Bum membaringkan tubuh di atas ranjang kamar besar itu. Pria itu tidak ingin menjadikan semua ini semakin berat untuk dirinya, karena ia perlu stamina penuh untuk esok hari, dihari pertamanya bekerja.

"Selamat malam, So Eun", ujarnya tanpa berniat menunggu So Eun sampai berbaring di sisinya.

So Eun tidak menjawab, ia hanya berbalik dan melihat Kim Bum telah menutupi selimut pada sebagian tubuhnya, kemudian pria itu mematikan lampu tidur di sisi kiri. Mencoba meredupkan mata tanpa menunggu So Eun menjawab ucapan selamat malamnya.

Beberapa saat So Eun terus memandangi Kim Bum yang mulai menunjukkan tanda terlelap. Membuang napasnya beberapa saat setelah puluhan menit memaksa diri untuk terus berada di depan cermin rias, hanya untuk menghindari Kim Bum melihat ponselnya yang sengaja ia letakkan dengan keadaan terbalik di atas meja. Alasannya, benda itu terus menyala tanpa nada dan tanpa getar, pertanda seseorang terus melakukan panggilan, kemudian mengirimnya banyak pesan singkat.

Setelah cukup yakin Kim Bum telah terlelap, akhirnya So Eun mengangkat kembali ponsel. Lalu ia mulai menyentuh-nyentuh layarnya. Membalas belasan pesan masuk itu tanpa berniat menerima panggilan masuk.

Sebuah keyakinan bahwa semua telah baik-baik saja. So Eun tersenyum bahagia, dia tahu, apa yang seharusnya menjadi miliknya akan tetap menjadi miliknya.

Sebuah keyakinan So Eun yang salah, saat ternyata Kim Bum membuka mata kembali. Ia tidak tidur seperti yang So Eun pikirkan. Dan pria itu melihat apa yang So Eun lakukan di sana. Mengetik-ngetik di ponselnya sambil tersenyum-senyum kemudian.

Semakin percaya bahwa ada sesuatu yang So Eun sembunyikan, sampai Kim Bum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan menutup mata ketika melihat So Eun mematikan ponsel, mengisi dayanya di atas meja. Lalu beranjak ke arah ranjang.

So Eun berbaring di samping Kim Bum dengan pelan, senyuman yang manis itu tidak pernah lepas. Seolah tiada beban melakukan apa yang telah ia lakukan.

Bad Of Roses

120 menit lebih lambat dari So Eun maupun Kim Bum yang ternyata mendahuluinya, Dong Wook akhirnya menginjakkan kaki di atas permukaan lantai rumah yang sengaja ia hindari sebelum Kim Bum membawa So Eun angkat kaki dari sana.

BAD OF ROSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang