"To have and To hold"

123 10 1
                                    

"To have and To hold"

Happy Reading

Pagi telah menyekat gelap malam di permukaan kota Seoul, menuntun bumi manusia di sana menjadi sebuah kesibukan di antara gerbang-gerbang penyogoh lembaran bernama uang dan kekuasaan. Lalu orang-orang mulai berlomba mengejar kehidupan, berjuang babak belur mencapai titik puas yang entah berakhir di mana. Melakukan hal yang sama setiap harinya dan bernama pekerjaan.

Nampaknya sulit memberi jeda antara memenuhi nafsu pada kenikmatan dunia, dari pada mengejar ketenangan jiwa saat memahami makna cukup. Lalu mereka duduk di sana, di antara tuntutan pekerjaan, target yang harus dilampui setiap harinya untuk tetap bertahan, memandang dunia seolah makna hidup hanyalah persoalan mencari dan mencari.

Kemudian suara merdu dari tapakan sepatu yang memecah kebisingan dalam bangunan yang dipenuhi para pekerja itu menjadi daya tarik berbeda di antara mereka.

Wajah baru itu melenggang manis di antara mereka, pria muda berstelan formal menjelajahi penjuru dengan sebuah senyuman. Perlahan-lahan membuat mereka menunduk, memberi rasa hormat kepada pemimpin baru di sana yang jauh lebih tampan dari segala isu yang beredar di antara mereka.

Tidak membutuhkan sambutan yang berlebihan, maka ia mengisyaratkan orang-orang itu kembali bekerja. Termasuk sang istri yang sempat berdiri di antara mereka. Mencoba menahan diri seperti yang diinginkan So Eun, istrinya.

Bahwa wanita itu tidak ingin membuat para pekerja yang lain berpikir bahwa ia sedang diberikan perlakuan special hanya karena menjadi istri atasan mereka.

Ya, setidaknya itulah yang So Eun katakan padanya. Entah itu alasan sesungguhnya atau tidak, biarlah itu menjadi urusan So Eun. Bagian Kim Bum hanyalah memfasilitasi keinginan sang istri.

Pria itu di antar pada sebuah ruang besar yang mana di atas salah satu meja kerja di sana berdiri arcylik dengan kaca tebal bertuliskan nama Kim Sang Bum, lalu di bawahnya tertulis indah Chief Executive Officer yang ia jabati.

Di tempat dan waktu yang sama, pria itu menghela napas pertamanya. Helaan dalam artian tantangan baru bagi dirinya menjadi sosok yang pada akhirnya memfokuskan diri pada satu bidang, yaitu pekerjaan tetap. Tanpa embel dan gangguan dari yang ia sebut pendidikan seperti sebelumnya.

Kim Bum mulai duduk pada kursi kebesarannya, membiarkan orang-orang yang mengikutinya untuk keluar, membuat diri mereka berguna dengan melanjutkan pekerjaan, dan seharusnya mulai berhenti memperlakulan Kim Bum seperti atasan baru yang tidak tahu apa-apa. Terutama berhenti menjilat dengan sikap sok manis mereka terhadap Kim Bum.

Diputuskan Kim Bum kembali mempelajari banyak hal dari tumpukan berkas dan juga monitor di atas mejanya. Mengulang kembali beberapa bagian yang telah diajarkan kedua orangtuanya sebelum memberinya keputusan mulai memimpin usaha mereka.

Ya, Kim Bum bukan sepenuhnya pemula. Jadi tidak perlu waktu lama baginya menyesuaikan diri dengan kesibukan dan dunia kerja itu. Yang bahkan saat ini sudah melupakan jam makan siangnya saat ia mulai menemukan kenikmatan dari apa yang ia kerjakan.

Berselang waktu yang panjang, beberapa kali sudah sang Sekretaris yang bersebelahan dengan ruangannya mencuri pandang ke arah Kim Bum melalui dinding kaca pembatas ruangan mereka. Sangat ingin menyarankan sang atasan untuk beristirahat, atau mungkin akan makan siang dengan sang istri yang diketahuinya menjadi General Manager mereka di sana.

Sesuatu yang kemudian menghentikan maniaknya Kim Bum dari pekerjaan itu adalah seruan marah dari ponselnya yang sudah meraung-raung sejak 20 menit yang lalu. Memecah konsentrasi Kim Bum pada berkas berikut dengan layar komputernya.

Kim Bum membaca nama yang tertera di layar ponsel, kemudian ia menghela saat menemukan itu bukan dari orang yang ia harapkan menghubunginya saat ini. Tidak So Eun, ataupun orangtuanya. Maka selain itu bukan merupakan sesuatu yang benar-benar penting baginya.

BAD OF ROSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang