-Bad Of Roses-
Pagi menyambut, semburat cahaya menilik-nilik pada setiap celah gorden yang menutupi dinding kaca kamar. Sinar itu mencium mesra permukaan kulit dan juga kelopak mata Kim Bum yang mulai mengerjap-erjap. Ternyata pagi hari yang indah sedang menunggu dan menyambutnya bagun untuk melakukan sesuatu.
Kim Bum mencoba mengumpulkan kesadaran tak kala matanya masih berkunang-kunang melihat ruang yang terasa asing baginya. Sampai ia menyadari, kemudian menoleh ke sisi kanan ranjang. Dan tak mendapi orang itu lagi di sana.
Mata Kim Bum mengelilingi kamar, tak ada sosok So Eun yang ia pertanyakan sedang dimana. Dan kenihilan So Eun di dalam kamar adalah alasan Kim Bum turun dari ranjang kemudian segera memasuki kamar mandi.
Belasan menit menyudahi mandi dan ganti baju, Kim Bum kini sedang menuruni anak tangga. Berjalan santai ke arah dapur untuk mendapatkan air mineral, menolong dahaga yang menyerangnya sejak bangun.
Belum sampai mendapatkan apapun dari kulkas, Kim Bum berhenti di mulut pintu dapur. Terdiam menyaksikan sosok So Eun berada si sana dengan 2 orang Assisten yang sibuk membantu So Eun bereksperimen pada masakannya.
Meski terkejut, perlahan-lahan Kim Bum menyadari, bahwa seperti inilah kehidupan pernikahan. Jika biasanya sang ibu yang akan memasak demikian di dapur untuk mereka, kali ini dan seterusnya, So Eun yang akan menggantikan sang ibu, memasak untuknya.
Belum ia menyapa, mata So Eun sudah memergokinya. Mereka saling memandang kikuk beberapa saat yang kemudian disudahi So Eun dengan berlagak fokus plating makanan yang akan di susun Assisten di meja makan pada ruangan di sebelahnya.
"Hai..."
Kim Bum berusaha untuk tidak terlihat salah tingkah, memaksakan sebuah senyuman kepada mereka sambil berjalan ke arah kulkas.
So Eun tidak langsung menjawab, kemudian ia didahului oleh 2 orang Assisten untuk memberi respon kedatangan Kim Bum di sana
"Selamat pagi, Pak", dua orang itu menyapa Kim Bum bersamaan, "Pagi" jawab Kim Bum dengan senyuman canggung, sedang berusaha untuk terlihat baik-baik saja sembari melanjutkan langkahnya menuju kulkas.
"Coffee?"
Belum sampai membuka kulkas di sisi kiri tempat So Eun berdiri, gerakan Kim Bum kembali berheti mendengar suara So Eun pada akhirnya.
"Ya?" Kim Bum mencoba memperjelas, menoleh ke arah So Eun yang mulai sibuk membuka lemari penyimpanan.
"Duduklah, akan ku buatkan kopi untukmu" jawab So Eun tanpa menatap Kim Bum yang sedikit terkejut dengan sikap So Eun belakangan ini.
Ya, setahunya selama ini So Eun cukup dingin. Sejak tragedi putusnya pertemanan mereka. Dalam pikiran Kim Bum, menikah dengannya justru akan memperburuk hubungan mereka. Didukung oleh kenyataan bahwa So Eun melakukan pernikahan ini karena terpaksa.