1. First impression

9 5 4
                                    

Chapter 1 : First impression

Jakarta, Gedung Luxurious Exhibition Indonesia (LEI), 09:35

"Baik, seluruh peserta harap menempati kursi masing-masing. Saya akan menjelaskan peraturanya sekarang."

Gadis berbalut kaos biru dan celana jeans itu mencari satu set tempat duduk dan kanvas bertuliskan namanya. Tak lama mencari, akhirnya gadis itu menemukan tempatnya.

"Para peserta wajib menggunakan kanvas yang telah disediakan. Untuk cat dibawa oleh peserta masing-masing, segala jenis cat diperbolehkan, kecuali cat semprot. Kalian diberi waktu empat jam nonstop untuk mengerjakan ini, saya harap hasil memuaskan akan saya dapatkan hari ini. Makan, minum, dan toilet diperbolehkan, namun tidak ada dispensasi penambahan waktu. Mengerti?"

"Mengerti."

"Baik, saya mau karya terindah kalian, tiga juara utama akan ditampilkan untuk pameran lukisan bersama Nyonya Marinda lusa nanti, jadi tunjukan kemampuan kalian dengan maksimal jika kalian ingin karya kalian dipajang di gedung pameran terbesar di Indonesia!"

Atmosfer riuh berubah tegang. Ratusan peserta yang memenuhi aula Gedung LEI yang luas mengeluarkan air muka serius. Jari-jari mereka melenting lembut bersama kuas. Kompak membuat satu mahakarya bertemakan alam.

Setidaknya kecuali satu gadis. Perempuan berambut panjang sepunggung yang menduduki kursi ujung kanan barisan kelima. Si perempuan yang ber- nametag 'Alana Putri' itu memang juga ikut menggerakan kuas, namun dengan raut wajah yang sama sekali tak terbaca.

Handphone dalam posisi menyala tergeletak di meja kecil sebelah kanvas, bersisian dengan barisan cat beragam warna. Handphone yang menampilkan percakapan daring terakhir si gadis.

Mom

Lan, pastikan kamu menang, Mama gak mau ada kekalahan
09:32

Gak janji
09:32

Mama yakin kamu bisa, ratusan orang itu gak ada apa-apanya dibanding kamu yang anak Mama
09:33

Coba saja dulu, siapa tau setelah ini kamu jadi ambisi buat ngalahin semua orang, kan?
09:33

Tapi Alana gak suka ngelukis, Ma
09:35

Fokus gadis itu terus terpecah meski tanganya masih bergerak. Matanya melirik sekitar, memfokuskan diri pada para peserta yang sedang melukis dengan serius.

Berbeda dengan Alana yang sama sekali tidak punya konsep.

"I have a problem with artblock right now," gumamnya seraya mengembuskan napas dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Diliriknya ponsel yang sudah mati, tiga detik, lantas pandanganya kembali pada kanvas putih di depanya.

"How... Actually i can finish this?"

* * *

Empat jam lewat tiga detik telah berlalu. Bel tanda berakhirnya lomba telah dibunyikan. Desahan lega keluar dari mulut-mulut orang yang mulai merapikan alat lukis mereka masing-masing sedang sebuah mahakarya terpajang jelas diatas standing kayu.

Termasuk Alana, salah seorang gadis yang berhasil mentransformasikan kanvas persegi panjang putih polos menjadi pemandangan hutan yang dialiri sungai dan disertai beberapa hewan kecil.

YOU KNOW?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang