Chapter 2 : Stressed
Alana reflek memegang pipinya yang terkena tamparan tangan keriput sang Ibunda.
"Kenapa... Kenapa kamu ngelawan terus... Alana? Kenapa... Kenapa kamu gak nurut sama Bunda..?"
Mulut Alana menganga karna kaget. Suasana berubah jadi dingin dan tegang. Ekspresi Sania sudah tak terbaca. Entah marah, sedih, takut, dan kecewa.
"Lana cuma--"
"Kenapa kamu beda... Sama abangmu?"
Deg!
Dunia Alana seolah berhenti. Tidak ada yang lebih buruk dari ini dalam enam belas tahun hidupnya.
"Kalian... Lahir di rahim yang sama, tumbuh di tempat yang sama, makan makanan yang sama, tapi kenapa kalian--"
"Karna ini Lana, Bunda," bantah Alana lirih. Rasanya mengeluarkan satu kata saja sudah sangat menyesakkan bagi Alana. Tenggorokanya tercekat, pita suaranya tertahan. Hatinya seolah diremas oleh tangan paling kuat di dunia.
"Harusnya abangmu gak mati--"
"IYA!" Alana berteriak marah. Emosinya mulai campur aduk. Air matanya tumpah. Kali ini Alana yang tenang sudah tidak ada lagi.
"HARUSNYA! HARUSNYA BANG ALBAR GAK MATI! SEMUA KARNA BUNDA! BANG ALBAR TERTEKAN, BUNDA!" jeritnya. Rumah hanya diisi mereka berdua. Membuat suara debat mereka terdengar jelas ke seluruh penjuru rumah.
Sania tersenyum. Matanya menatap lekat pada wajah anaknya yang bersimbah air mata.
"Bukanya itu karna kamu... Alana?"
Alana terhenyak. Lidahnya kelu. Tidak ada kalimat bantahan yang bisa meluncur dari bibirnya.
"Makanya jangan ngelawan lagi. Sana mandi," ujar Sania dingin dan kembali ke kamarnya.
Alana menunduk dalam. Matanya melototot tak percaya. Air matanya masih mengalir sejak tadi. Kakinya yang lemas dipakai untuk masuk kedalam kamar mandi, mencoba untuk menjalankan aktifitas seperti biasa.
Suara air keran menggaungi seisi kamar mandi. Tangan putih itu digunakanya untuk membasuh wajah yang memerah.
"why... Is this happening again?" gumamnya frustasi.
Alana meremas rambutnya depresi. Kepalanya terasa berputar 360 derajat berulang kali.
"Just... Let me die with you."
Bruk!!
* * *
"Ih itu musuhnya dibawah!"
"Ih sabar bego ini gue udah dua lawan satu!"
"Ih Al ini gue mati! Itu nanti turret nya dibobol!"
"Our turret has been destroyed."
Renza mendengus kasar. Mata nyalangnya dihadapkan pada sang teman sedang mengamuk karna kalah dikeroyok dan ujungnya mati juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU KNOW?
Mystery / ThrillerSania Arsabila, seorang pelukis terkenal yang mendadak hilang pada suatu malam di rumahnya. Kejadian itu menyisakan sobekan kain dan sebercak darah yang tergeletak bisu diatas lantai marmer rumahnya. Ini bukan berbicara tentang Sania atau suaminya...