6. Exhibition

2 2 0
                                    

Chapter 6 : Pameran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 6 : Pameran

Gedung LEI padat dengan pasang-pasang tapak kaki yang ribut menapak kesana-kemari. Jejeran lukisan dipajang rapih dengan proporsi teratur, juga tentang stan-stan makanan yang berjejer panjang diluar pekarangan gedung tersebut. Dan banyaknya bunyi cekrak-cekrik dari pengunjung.

Alana, gadis itu datang dengan baju kaos biru polos dan celana jeans. Tidak ada yang mencolok dari penampilan gadis itu.

Mata Alana hanya tertuju pada satu hal. Lukisanya. Lukisan miliknya. Lukisan sedang berpigura emas itu dibuat semencolok mungkin agar semua orang tahu lukisan itu buatan Alana Putri Gemantara, anak dari Sania Arsabila, si pelukis terkenal dan Arifan Gemantara yang sama terkenalnya.

"Lo gak niat."

Satu kata menohok itu menembus rongga telinga Alana. Gadis itu menoleh, menatap pria dengan kemeja hitam dan celana abu-abu disebelahnya. Itu Renza.

"Gak ada jiwa di lukisan lo."

Alana tersenyum simpul, kembali memandangi lukisanya yang dikelilingi bunga-bunga kertas dan pita.

"Emang gue gak niat," jawabnya enteng tanpa rasa tak enak apapun. Renza mendelik. "Terus tujuan lo kesini apa?"

"Gaada."

Renza menghela napas panjang. "Lo aneh, tapi gakpapa, gue tetep mau temenan sama lo," ujar Renza seraya menepuk pundak Alana dengan senyum lebar terukir di bibirnya sebelum pergi menjauh. Smirk gadis itu mengembang pelan, seiring ada sesuatu yang menggelitik perutnya.

"Terimakasih, kalau begitu."

* * *

Aura dingin kamar mandi menusuk hingga ketulang-benulang Alana. Napasnya memburu tak beratur. Niatnya memang membersihkan diri pulang dari pameran, tapi kenyataanya, tidak ada barang satu langkah Alana tanpa tekanan pada pundaknya.

Hingga kini Sania masih dinyatakan hilang, belum ada kabar pasti apakah wanita itu masih mengandung nyawa atau sudah melepasnya.

Alana benar-benar frustasi. Isi otaknya kalut menyatakan bahwa dia adalah sebab dari semuanya.

Tanganya bergetar menyentuh westafel kamar mandi. "Nggak, nggak, ini semua bukan salah gue, bukan.. gue cuma.. gue cuma--"

"Abang gakpapa kok, Abang kan suka ngelukis!"

"Karna lo jelek, lo bego, lo menyedihkan, Cindya"

"BISA NURUT GAK SAMA MAMA?!"

"UDAH! CUKUP!"

"Alana!"

Mata Alana melotot untuk sesaat. Dia mengambil napas panjang dan membuangnya untuk menenangkan isi otaknya yang benar-benar ribut hingga rasanya sel-selnya membengkak hingga kepalanya akan pecah.

YOU KNOW?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang