Udara pagi membuat tubuh Aira sedikit menggigil, ia mengenakan pakaian tidur yang tipis sehingga membuat tubuhnya terasa dingin. Udara pagi di Turki terasa menembus kulit hingga ke tulangnya. Aira bangun lalu memaksa untuk mengambil air wudu di tengah dinginnya udara. Ia tak ingin melewatkan waktu salat subuh.
Sinar mentari menyapa pagi, Aira membuka tirai gorden jendela kamarnya. Ia merasa perutnya sangat lapar, untuk keluar mencari makanan membutuhkan waktu yang lama bagi Aira, karena ia belum mengetahui dimana penjual makanan yang enak di sini. Ia memutuskan membuat sarapan sendiri dengan bahan-bahan seadanya. Sepiring kebab ayam dengan telur orek menjadi menu sarapan Aira pagi ini.
Pagi ini, Aira memilih untuk keluar mencari beberapa bahan makanan dan berbagai perlengkapan pribadinya. Esok Aira mulai aktif kuliah, ia harus mempersiapkan semua kebutuhannya, agar saat sibuk, ia memiliki banyak persediaan terutama bahan makanan. Aira mengenakan jaket bulu berwarna coklat, ia belum terbiasa dengan udara di Turki, sehingga tubuhnya terasa dingin jika ia hanya mengenakan baju gamis tipis yang sering dipakainya.
Setelah mensearching beberapa tempat belanja yang dekat dengan apartemennya, Aira bergegas memesan sebuah taksi untuk mengantarnya ke Grand Bazzar Istanbul di Turki. Grand Bazaar di Istanbul-Turki, merupakan pasar kuno tertua sedunia, di sini menyajikan beragam pernak-pernik dan oleh-oleh khas Turki dengan harga yang cukup terjangkau. Pasar ini cukup mewah dan megah, meskipun usianya terbilang tua.
Aira berkeliling, mencari beberapa perabotan, dan bahan makanan yang ia perlukan. Para pedagang di sini sangat ramah, Aira beberapa kali membalas senyuman dari mereka. Semua keperluan Aira tersedia di sini. Setelah sekian lama berkeliling, akhirnya ia selesai berbelanja kebutuhannya. Aira berjalan dengan melihat-lihat barang belanjaannya, memastikan tidak ada yang tertinggal. Saat tengah sibuk mengecek, Aira tak sadar ia menyenggol seseorang.
“Sorry, I did not mean it,” ujar Aira yang tak sengaja menabrak seorang wanita.
“Yes, no problem,” balas wanita tersebut.
Aira mengangkat wajahnya, menatap wanita yang baru saja di tabraknya itu. Keduanya saling bertatapan. Wanita itu bertanya pada Aira.
“Kamu orang Indonesia?”
“Iya, saya orang Indonesia, kamu bisa bahasa Indonesia? tanya Aira balik. Ia merasa senang, karena sedari tadi ia tak menemukan seorang pun yang bisa berbicara dengannya menggunakan bahasa Indonesia.
“Ya, tentu. 2 tahun saya tinggal di Indonesia, karena ayahku orang Indonesia, dan menikah dengan ibuku yang berasal dari Turki,” jelas wanita itu.
“Senang bertemu denganmu di sini, namaku Sayyidah Humaira, kamu bisa memanggilku Aira,” ujar Aira memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya pada wanita tersebut.
“Wah ... namamu cantik, saya Maysaroh.” Wanita bernama Maysaroh itu membalas uluran tangan Aira.
“Namamu juga cantik,” puji Aira.
“Hm ... terima kasih. Kamu berlibur di Turki?” tanya Maysaroh.
“Tidak, aku kuliah di Istanbul University, ini hari pertama aku berada di Turki.”
“Benarkah? Aku juga kuliah di sana.”
“Hm, kebetulan ... bolehkah aku menjadi temanmu, aku tak punya siapa-siapa di sini. Aku akan sangat senang jika kamu mau menjadi temanku,” pinta Aira dengan penuh harap.
“Dengan senang hati, Aira. Kita akan berteman, dan aku akan membantumu jika kamu membutuhkan bantuan.”
“Terima kasih, May. Aku sangat bersyukur bertemu denganmu hari ini.”
“Maukah kamu berkeliling Turki? Aku akan mengajakmu jalan-jalan jika kamu mau,” tawar Maysaroh, pada Aira yang nampak sangat senang.
“Tentu aku mau,” balas Aira yang langsung mengiyakan ajakan Maysaroh.
Mereka berdua keluar dari Grand Bazzar, dan mulai berjalan-jalan mengelilingi Turki. Maysaroh mengajak Aira berjalan-jalan ke Hagia Sophia. Hagia Sophia adalah keajaiban arsitektur di Istanbul- Turki. Awalnya Hagia Sophia merupakan sebuah gereja, lalu berubah fungsi menjadi masjid, museum lalu kembali menjadi masjid. Masjid ini menjadi saksi bisu sejarah berkembangnya Islam di masa lalu. Keunikan dan keindahan bangunan masjid ini menjadi tujuan wisata religi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Turki. Maysaroh mengajak Aira untuk masuk dan melihat keindahan bangunan masjid ini. Aira menatap takjub dengan keindahan bangunan masjid yang mencerminkan perubahan agama yang terjadi. Banyak mosaik dan lukisan bercorak Kristen yang ditutupi dan diplester, kemudian diganti dengan kaligrafi berlafadz Allah, Nabi Muhammad, 4 khalifah dan kedua cucu Nabi Muhammad- Hasan dan Husein.
“Masjid ini sangat mewah, May,” ujar Aira, pandangannya tak henti menatap takjub kemegahan bangunan masjid.
“Iya, Ai. Masjid megah ini dulunya adalah sebuah gereja, dan pernah menjadi museum, sejarahnya cukup panjang hingga bisa menjadi sebuah masjid megah seperti yang kamu lihat saat ini,” jelas Maysaroh.
Aira dan Maysaroh berkeliling menelusuri masjid, sesekali Maysaroh menjelaskan monumen-monumen masjid yang unik dan indah pada Aira. Aira hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti dan takjub pada apa yang dilihatnya. Setelah lelah berkeliling ke berbagai tempat wisata di Turki, Maysaroh mengantarkan Aira pulang ke apartemennya, agar ia mengetahui dimana tempat tinggal Aira, dan membuatnya lebih mudah jika akan menjemput Aira esok. Aira dan Maysaroh ternyata mengambil jurusan yang sama di Istanbul University. Mereka mengambil jurusan Jurnalistik, karena keduanya sama-sama memiliki hobi membaca dan menulis.
“Terima kasih, May. Aku sangat senang hari ini, terima kasih juga sudah mau menjadi temanku di Turki,” ucap Aira yang merasa bersyukur di pertemukan dengan Maysaroh.
“Sama-sama, Ai. Aku juga senang bisa mengenalmu, kalau perlu bantuan jangan segan menghubungiku. Aku pamit pulang dulu ya, besok aku akan menjemputmu, kita pergi bersama ke kampus,” tawar Maysaroh.
“Oke ... hati-hati di jalan May.” Aira melambai ke arah Maysaroh yang berjalan meninggalkan Aira.
***
Aira langsung masuk ke kamar, melepas jaket dan khimar yang dipakainya, lalu menggantinya dengan pakaian yang biasa ia pakai di saat santai. Aira membongkar barang-barang belanjaannya. Ia merapikan beberapa perabotan yang dibelinya dan meletakkannya di dapur, lalu ia menyimpan beberapa bahan makanan yang dibeli tadi ke dalam kulkas.
“Drettt ... drett ... drettt.” Ponsel Aira bergetar, sebuah panggilan video dari Raka terpampang di layar. Aira segera mengambil kembali khimar yang dilepasnya dan mengarahkan jari ke tombol hijau untuk mengangkat panggilan dari Raka.
Terlihat wajah tampan Raka dari ponsel, dengan balutan baju koko berwarna putih, rambut yang sedikit basah dan senyum merekah membuatnya terlihat sangat tampan.
“Assalamualaikum, Aira.”
Suara lembut dan nyaring terdengar renyah di telinga Aira, suara yang selalu ia rindukan di kala diamnya. Pemilik suara itu tersenyum hangat menatap Aira dari seberang telepon, tatapannya menyuratkan kerinduan yang mendalam.
“Wa’alaikumussalam.”
“Bagaimana kabarmu, Ai? Aku sangat sulit tertidur karena memikirkanmu.”
“Aku baik-baik saja, Ka. Aku baru saja pulang berbelanja kebutuhan. Oh, iya aku juga sudah memiliki teman sekarang.”
Aira menceritakan keseruannya hari ini bersama Maysaroh, mulai dari ia berbelanja hingga berjalan-jalan ke berbagai tempat wisata di Turki. Raka terdiam mendengar Aira yang terus bercerita dengan asyik. Pasalnya, jika Aira bercerita ia hanya butuh didengar. Aira akan marah, jika Raka mengabaikannya saat ia tengah asyik bercerita.
“Alhamdulillah, kalau kamu baik-baik saja di sana. Eh ... aku mau ngasih kabar gembira buat kamu.”
“Kabar gembira apa, nih?” tanya Aira penasaran.
“Aku ... ke terima kuliah dokter di Universitas Indonesia.” Raka menunjukkan sebuah kertas yang berisikan namanya kepada Aira, dengan raut wajah yang berseri.
“Wah, selamat ya Dokter Raka, nanti kalau aku sakit gratis dong berobatnya,” goda Aira pada Raka.
“Asalkan bukan sakit hati, ha-ha,” tawa Raka pecah.
“Bisa aja kamu,” sahut Aira.
“Kamu lagi ngapain sekarang?”
“Ini aku lagi beresin barang-barang belanjaan aku tadi, terus tiba-tiba kamu nelfon.”
“Oh, ya udah kamu lanjutin aja dulu, aku udah tenang dengar kabar kamu baik-baik aja.”
“Iya, kamu gak perlu mengkhawatirkan aku di sini, aku pasti baik-baik saja.”
“Oke deh, bye Aira cantik.” Raka menutup sambungan telepon.
Aira merasa rindunya sedikit terobati, meski hanya melihat wajah Raka secara virtual. Kekhawatiran Raka membuat Aira senyum-senyum sendiri, karena baru kali ini Raka terlihat sangat peduli pada Aira. Pasalnya, Raka yang terlihat playboy karena gombalan mautnya, sejatinya adalah pria yang sangat cuek dan dingin. Bahkan Aira sering kali di buat penasaran dengan sikap Raka yang sering berubah-ubah.
Rindu memang kerap kali menggerogoti dua jiwa yang berbeda posisi, meski raga belum sepenuhnya memiliki, tapi cinta keduanya begitu erat. Di pertemukan dalam sebuah ketidaksengajaan, membuat cinta tumbuh atas dasar kekaguman. Aira yang begitu lembut, santun dan memiliki paras yang cantik, membuat Raka – seorang pria yang gagah, tampan, dan cuek tertarik untuk mendapatkan hatinya. Kedekatan keduanya bahkan sering kali di rundung masalah, para wanita yang selalu menggoda Raka, membuat hati Aira kerap mendidih, karena cemburu. Raka dengan sikapnya yang berubah-ubah, kadang cuek, tapi kadang perhatian dan penuh gombalan membuat hati Aira takluk. Hingga saat ini mereka masih memilih untuk menjaga komitmen bersama.
***
Lantunan Azan subuh, membangunkan Aira dari alam bawah sadarnya. Aira beranjak dari kasur, lalu menyiapkan beberapa bahan makanan untuk di masak. Pukul 07.00, Aira harus sudah berada di kampus, ia tak ingin melewatkan hari pertamanya dengan terlambat. Aira memasukkan beberapa buku , pulpen dan kamera ke dalam tas. Selain membaca dan menulis, Aira juga memiliki hobi fotografer. Beberapa hal yang di anggapnya unik dan indah ia abadikan ke dalam sebuah album.
“Ai, apakah kamu sudah bersiap diri? 15 menit lagi aku sampai di apartemenmu.” Sebuah pesan singkat dari Maysaroh.
“Sudah sejak tadi, oke ... hati-hati di jalan,” balas Aira.
Hari ini, Aira mengenakan gamis syar’i pemberian ibunya, satu set gamis cantik berwarna hitam dengan balutan Khimar warna coklat susu, dilengkapi dengan sepatu boot ziper berwarna coklat muda membuat sisi kelembutan Aira terpancar.
Tak menunggu lama, Maysaroh sudah berada di depan pintu apartemen Aira. Mereka langsung bergegas menuju kampus. Saat pertama kali masuk, Aira kembali menatap takjub kampus yang selama ini menjadi mimpi baginya. Saat ini ia tengah benar-benar melihat secara langsung. Pintu gerbang kampus yang sangat mewah dengan tulisan unik berwarna emas menggunakan bahasa otonom, menjadi pemandangan pertama bagi Aira. Banyak para mahasiswa berlalu-lalang, dan memberikan senyum ramah pada Aira. Sungguh Aira merasa sangat senang bisa mewujudkan mimpinya untuk kuliah di Turki. Maysaroh mengenalkan Aira pada beberapa temannya, tak perlu waktu lama, Aira sudah sangat akrab dengan mereka. Menjadi seorang yang ramah, dan suka bergaul membuat Aira tak begitu sulit untuk menemukan teman baru. Aira menjepret beberapa pemandangan yang dilihat indah, ia tak ingin melewatkan sedikit pun momen berharganya di Turki.
Hari-hari berlalu, Aira melewatinya dengan penuh tawa, tugas dan berbagai macam proyek kuliah membuatnya harus lebih ekstra menjaga kondisi tubuh dan memperbanyak minum vitamin. Ia juga lebih sering mengabaikan Raka, karena terlalu sibuk mengurus kuliah. Aira tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa kuliah di Turki, ia harus bisa menyelesaikannya tepat waktu. Pagi, siang, hingga malam Aira bergelut di depan laptop. Laporan-laporan yang menumpuk membuat Aira harus banyak begadang.
Setahun berlalu, Aira sudah terbiasa dengan lingkungan yang kini menjadi tempat tinggalnya. 2 semester yang dilewati Aira begitu menguras tenaga, akan tetapi Aira sangat bangga bisa mendapatkan nilai yang begitu memuaskan. Tak terasa hari libur tiba, hari ini tepat 1 tahun Aira berjauhan dengan Raka. Ia teringat, hari ini adalah hari terakhir ia membuka lembaran kertas dalam sebuah botol yang diberikan Raka setahun lalu. Gurat wajah Aira terlihat murung, saat teringat dengan sebuah pesan singkat dari Raka kemarin malam.
“Ai, maafkan aku. Aku belum bisa memenuhi janjiku untuk menjemputmu ke Turki. Besok adalah hari terakhir kamu membuka lembaran kertas dariku, seharusnya aku berada di sampingmu saat ini, tapi karena tuntutan kewajiban, aku harus menunda semuanya. Maafkan aku, Ai. Aku akan berjanji secepatnya menjemputmu jika semua tugasku sudah selesai.”
Sebuah pesan dari Raka yang menyayat hati Aira. Namun, semuanya tak bisa dipaksakan. Aira harus bisa mengerti dengan kesibukan Raka. Menjalani kuliah sebagai seorang dokter tentu membuat Raka tak memiliki waktu banyak untuk Aira. Pelan Aira membuka sebuah lembaran kertas terakhir pemberian Raka.
“Sayyidah Humaira, Nama yang cantik secantik orangnya. Aku tak tahu sampai kapan perpisahan ini akan terjadi, tapi aku tahu jika suatu saat perpisahan ini akan berakhir. Aku percaya bahwa perihal jodoh itu adalah Ketepatan dari-Nya, tapi semua tergantung ikhtiar dan usaha makhluk-Nya bukan? Dan di setiap ikhtiarku, aku selalu memohon pada-Nya, untuk menyatukan aku dan kamu dalam indahnya rumah tangga.”
Aira menggenggam erat kertas tersebut. Tak sadar bulir bening mengalir dari pelupuk matanya, tangis haru menyeruak hati Aira, ia tak menyangka pria secuek Raka mampu membuat hatinya tersentuh hanya dengan rentetan kalimat-kalimat yang disusunnya. Lama ia menangis sembari menggenggam kertas pemberian Raka. Tiba-tiba suara panggilan telepon dari ibunya membuat ia tersadar.
“Aira, segera pesan tiket pesawat. Besok kamu harus pulang ke Indonesia.” Suara ibunya terdengar parau disertai isakkan yang membuat Aira terkejut.
“Apa yang terjadi, Bu? Kenapa Aira harus pulang mendadak seperti ini?” tanya Aira dengan penuh rasa penasaran.
“Ibu akan ceritakan besok, pulanglah segera.”
Ibu Aira menutup sambungan telepon tiba-tiba. Membuat rasa penasaran menggelayuti hati Aira.
“kenapa ibu menyuruhku pulang mendadak seperti ini? Lalu kenapa Ibu menangis? Apa yang terjadi di rumah?”. Aira bergumam dalam hati, rasa penasaran membuat pikirannya kacau. Beribu tanya mendera pikiran Aira. Baru saja ia menangis haru karena Raka, tapi sekarang ia di buat kaget dengan kabar dari ibunya."Happy Readers"❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/278384318-288-k897092.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Hati Aira
Teen FictionHallo Readers, apa kabar?? Tetap jaga kesehatan ya jangan cuman rebahan, eh tapi gak-papa rebahan sambil baca cerita dari Author😁😁 Hari ini Author bawa cerita baru nih, banyak mengandung bawang😁. Ikuti terus kisahnya Aira ya , seorang gadis cant...