Bab 3
Pagi ini, Aira di sibukkan dengan beberapa persiapan yang akan ia bawa ke Turki. Sejak dini hari, ia membereskan semua barang keperluan yang akan di bawa. Ia membawa beberapa set gamis syar'i dan khimar secukupnya, beberapa baju dingin, dan beberapa buku koleksinya. Pukul 07.00, ia harus segera menuju bandara. Ibu Aisyah, yang merupakan ibu kandung Aira tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk putrinya. Ia memasak tumis kangkung, ikan bakar dan sambal kesukaan Aira. Selesai dengan semua barang bawaannya, Aira turun untuk sarapan, bersama ibunya.
"Wah ... Ibu masak makanan kesukaan Aira. Aromanya enak banget, pasti rasanya juga enak nih," ujar Aira saat melihat makanan kesukaannya tersaji di atas meja.
"Iya, dong. Ibu masak ini spesial untuk kamu. Ayo duduk, sarapan yang banyak supaya kamu kuat nanti di perjalanan," pinta Ibu pada Aira.
"Ayah masih sibuk, Bu?" tanya Aira, tangannya mengambil nasi dan sayur ke atas piring.
"Mungkin ayahmu masih sibuk, Ai belum sempat menghubungi."
"Padahal dulu ayah selalu menyempatkan waktu untuk bisa berkumpul, apalagi Aira mau pergi, biasanya ayah selalu sibuk mencari alasan untuk menunda pekerjaannya," ujar Aira merasa kecewa terhadap ayahnya yang berubah akhir-akhir ini.
"Jangan bicara begitu, Ai. Mungkin saat ini memang pekerjaan ayahmu tidak bisa di tinggalkan, ayah juga bekerja untuk kamu, untuk masa depan kamu. Lebih baik kamu doakan ayah supaya pekerjaannya cepat selesai, dan segera menyusul kamu ke Turki," ujar Ibu menenangkan.
"Hm ... Iya Bu," gumam Aira.
"Maafkan Ibu juga yang tidak bisa menemani kamu, Ai. Ibu hanya bisa mendoakan kamu, semoga kamu nyaman di sana ya, jangan lupa untuk selalu kabari Ibu."
"Iya, Bu. Doa dan restu dari Ibu cukup menjadi bekal untuk Aira."
Aira dan Ibunya menikmati sarapan pagi itu, tak menghabiskan waktu lama, keduanya segera menghabiskan sesuap demi sesuap nasi yang ada di piring, hingga habis tak tersisa.
"Bagaimana dengan persiapan kamu? Semuanya sudah beres?" tanya Ibu, saat Aira memasukkan semua koper ke dalam mobil.
"Sudah, Bu. Insyaallah tidak ada yang ketinggalan."
"Ayo naik, kita ke Bandara sekarang, 30 menit lagi jam 07.00," ujar Ibu sembari membukakan pintu mobil untuk Aira masuk.
Aira menatap ke sekeliling rumahnya sejenak, lalu memasuki mobil. Ia menarik napas, lalu menghembuskannya. Sebagai pertanda ia siap meninggalkan rumah yang penuh dengan cerita.
Aira membuka ponselnya, mencari kontak Raka untuk memberi tahu keberangkatannya. Hari ini Raka berjanji akan mengantar Aira hingga ke Bandara.
"Pagi Raka, aku sudah di jalan menuju ke Bandara sekarang." Isi pesan singkat Aira.
Tak menunggu lama, Raka langsung membalas pesan Aira.
"Pagi juga Aira, baiklah tunggu aku di sana. Aku akan segera menyusul," balas Raka.
15 menit perjalanan, Aira sudah sampai di Bandara. Ia mengeluarkan beberapa koper miliknya dan bergegas menuju ruang tunggu. Ia berangkat pukul 07.30, sembari menunggu Raka ia memainkan ponselnya, membuka sosial media yang sudah lama ia abaikan. Ternyata banyak teman-teman Aira yang memberikan doa dan dukungan untuknya. Ia membalas beberapa pesan singkat dari teman-temannya. Tak lama menunggu, Raka datang menghampiri Aira.
"Assalamualaikum, Tante ... Aira " sapa Raka sembari mencium tangan Ibu Aira dengan penuh takzim.
" Wa'alaikumussalam, eh Nak Raka, apa kabar?" tanya Ibu Aira. Tak hanya dengan Aira, Raka juga sangat akrab pada Ibu Aisyah, kedekatan antara Raka dan Aira sudah di restui oleh kedua orang tua Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Hati Aira
Teen FictionHallo Readers, apa kabar?? Tetap jaga kesehatan ya jangan cuman rebahan, eh tapi gak-papa rebahan sambil baca cerita dari Author😁😁 Hari ini Author bawa cerita baru nih, banyak mengandung bawang😁. Ikuti terus kisahnya Aira ya , seorang gadis cant...