CADC TIGA

69 34 6
                                    

"Bahkan, di hari ulang tahunku Aku hampir menyimpan trauma."
-Rarra Khaifah Putri

"DASAR ANAK GAK BERGUNA!!!." Teriak Ayahku kala itu sontak membuatku tertunduk takut, lalu melenggang pergi menuju toilet.

"Kenapa harus di hari ulang tahunku?, harusnya hari ini aku bahagia, bukan malah nangis kaya gini." Ucap Rarra sambil menangis tersedu-sedu.

•••

Saat ini aku tengah berkumpul bersama teman-teman ku untuk sekedar menghilangkan jenuh.

"Mungkin sejenak dapat aku lupakaaan~."

"Dengan minuman keras yang saat ini ku genggaaamm~."

"Atau menggoreskan kaca di lenganku~."

"Apapun kan ku lakukan, Ku ingin lupakaaan~."

"Namun bila ku mulai sadar, Dari sisa mabuk semalam, Perihnya luka ini semakin dalam kurasakan~."

"Disaat ku telah mengerti, Betapa indah di cintaiii~."

"Hal yang tak pernah ku dapatkan, sejak aku hidup di jalanaaann~."

"Wajar bila saat ini, Ku iri pada kalian~."

"Yang hidup bahagia lekas suasana, Indah dalam rumaah~."

"Hal yang selalu aku bandingkan dengan, hidupku yang kelam~."

"Tiada harga diri agar hidupku terus bertahaaan~."

Aku menyanyikan lagu Diary Depresiku -Last Child Hanya sekedar untuk mengeluarkan unek-unek di dalam diri Ku.

Dan, Aku tidak akan melakukan itu semua, Minum miras? tentu tidak akan Ku lakukan, Karena sudah jelas-jelas haram, apalagi Selfharm. Aku takut kepada Allah SWT dan tidak ingin berbuat dosa padaNya.

Walaupun sebenarnya keinginanku untuk bunuh diri sangatlah kuat, Tapi aku selalu menyanggah keinginan itu, walaupun Aku memang sudah lelah terhadap apapun yang menyangkut keluargaku.

Aku selalu berpikir untuk selalu bersabar dan bersyukur, atau malah bersikap tak peduli dengan masalah yang datang, karena Aku lebih suka membiarkan masalah itu padam dengan sendirinya, dibandingkan harus memaksa menyelesaikan masalah saat itu juga, Menurutku, itu malah membuat masalahku tambah rumit.

•••

Kala itu, Covid-19 datang menyerang bumi Indonesia. Sekolah, Kantor, Tempat perbelanjaan, Mall dan tempat-tempat yang ramai dikunjungi ditutup oleh pemerintah.

Awalnya aku senang, sekolahku diliburkan dua minggu kedepan. Namun pada realitanya malah ... dua tahun.

Dua minggu, yang berakhir dua tahun.

Semenjak pembelajaran jarak jauh dimulai, Aku sangat amat jarang keluar rumah. Bahkan saat itu aku benar-benar menghabiskan waktu dirumah, sekedar bermain ponsel-makan-mengerjakan tugas-beberes rumah- tidur. Hal itu berlangsung selama satu setengah tahun.

Dan dari awal covid-19 pula kisah cintaku dan hijrahku di mulai.

•••

Sering sekali aku memergoki Putra yang sedang menatapku lekat. Setelah ketahuan olehku dia langsung mengalihkan padangannya.

Sering juga Aku melihat putra mendekatkan dirinya padaku, yang entah Aku tidak tahu tujuannya apa. Setiap Aku berada di suatu tempat tak jarang dia ikut duduk atau berdiri di dekatku.

Hal itu membuatku merasa bahwa dia menyukaiku, walaupun Aku tidak tahu isi hatinya. Aku terlalu mudah untuk menaruh rasa pada seseorang, Makanya cinta ini tumbuh begitu dalam pada Putra.

Akhir-akhir ini, Putra berubah. Entah Akupun tak tahu mengapa, Yang biasanya dia selalu menegurku kala bertemu, misalnya seperti ini.

Aku berpapasan dengan putra di tempat pertama kali kita bertemu, di belakang rumah Nenekku. Dia menyapaku sambil memberikan senyum yang sangat indah yang kulihat saat itu.

"Eh ... Kak kemana saja? Kok ngga ngaji-ngaji?." Sapa Putra sambil tersenyum.

Aku menjawab "Ah-iya, Aku lagi halangan." sambil tersenyum pula.

Hal kecil semacam itu membuatku semakin menaruh harap pada Putra. Ku kira dia memang menunggu, ternyata itu hanya sebatas harap yang ku buat sendiri.

Sekarang, Ia berubah menjadi sedikit cuek dan tidak seperti dulu. Entah karena dia sudah bosan atau apa.

Waktu itu, dia memintaku membukakan gerbang pesantren, dikarenakan Ia akan mengisi ulang air minum dengan dua galon yang ia taruh di atas motornya.

"Kak, bukain gerbangnya ya." Mungkin Ia berkata seperti itu, tapi Aku tidak terlalu mendengarnya.

Aku berlari menuju gerbang, disusul putra yang mengendarai sepeda motornya, lalu Aku berkata "Buka saja ya gerbangnya." dan hanya Ia balas dengan anggukan pelan lalu Ia melajukan sepeda motornya.

Tak berselang lama, Gerbang pun ditutup oleh seorang santri, Aku yang melihatnya pun sedikit geram.

Sampai pada saat Putra kembali, Ia berusaha membuka gerbangnya sendiri. Aku yang melihat Ia kesusahan pun membantu nya.

Dan pada saat Aku membuka gerbang galon yang Ia tahan menggunakan kaki pun terjatuh ketanah. Dan Ia malah berucap demikian

"Huh, Telaat." Sambil sedikit terkekeh namun aku bisa melihat ekspresi kesal di wajahnya.

Aku membalas, "Maaf tadi gerbangnya di tutup lagi." Sambil sedikit kebingungan serta merasa bersalah.

Dan semenjak itu, dia selalu bersikap tak acuh dengan kehadiranku disana, awalnya Aku takut Ia marah karena kelakuanku, Nyatanya sifatnya memang sudah berubah entah sejak kapan. Putra yang sekarang berubah menjadi sok cool, dan sok cuek.


Jujur menurutku, Putra bukan berubah, tetapi Ia bosan denganku, Bisa jadi karena Aku jarang menjawab pertanyaanya atau Ia merasa Akulah yang cuek?

Sebenarnya kisah ini begitu panjang, Tetapi jujur aku tidak tahu harus menceritakannya dari mana. Karena, berkomunikasi dengannya saja aku tidak pernah layaknya sedekat seorang teman.


Bersambung ....

👇Klik bintangnya jgn lupa, Syukron ❤️

Cinta Allah Dan Cintaku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang