CADC EMPAT

58 25 2
                                    

"Mengira Kau juga menyukaiku adalah suatu kesalahpahaman yang selalu Aku benarkan."
-Rarra Khaifah Putri

---

Saat ini, Aku sedang rebahan sambil mengutak-atik smartphone yang saat ini kupegang, Saat ini aku sedang chatting dengan temanku masalah tugas sekolah yang tak kunjung habis.

Tiba-tiba satu notifikasi di smartphone ku muncul berbarengan dengan suara ringtone nya.

-----------------------------------------------------
Facebook
Putra Al Hidayah Mengirimi anda permintaan pertemanan.
-----------------------------------------------------

Netraku membulat, Seketika aku melompat lalu duduk dengan keadaan terkejut. Saking tidak percayanya Aku melihat notifikasi tersebut berkali-kali lalu meletakkan smartphone ku sebentar lalu melihatnya lagi.

Lima menit berlalu, sengaja Aku tidak memencet tombol konfirmasi yang tertera pada notifikasi FB tersebut, Tapi saat Aku ingin memencet tombol home, entah mengapa jariku terpeleset memencet tombol konfirmasi yang berarti aku sudah menerima permintaan pertemanan Putra.

Aku langsung ngedumel sendiri. "Ih aturan nanti aja, kecepetan konfirmasinya." Sambil menunjukan ekspresi badmoodku yang sangat amat menyebalkan.

Dan tanpa pernah saling berbicara lama, saat tatap muka ataupun di medsos, Aku dan Putra hanya tetap sebatas mengenal saja. Atau bisa di gambarkan sebagai angin lalu yang datang memberi kesejukan lalu pergi meninggalkan.

Aku melihat foto-foto private pada akun Facebook Putra yang hanya bisa dilihat jika sudah berteman. Ingat, Tanpa kuberi like atau sekedar memberi reaction pada postingannya.

Aku memang seperti ini, sok ngartis padahal didalam hati berbeda.

Aku merasa sangat amat malu untuk sekedar melakukan sesuatu didepannya, aku takut salah mengucap atau berprilaku dihadapannya.

Namun, akhirnya Aku bertanya kepada diriku sendiri, mengapa Aku begitu mudah melakukan dan mengucapkan apapun tanpa rasa takut kepada-Nya yang Maha melihat lagi Maha mendengar?

Aku sudah terlalu di butakan oleh cinta manusia hingga tanpa sadar, Aku membuat Allah cemburu.

Aku memang selalu menyesali perbuatanku berulang-ulang kali Aku selalu berusaha di jalan yang benar hingga suatu ketika Aku berdoa,

"Ya Allah jika Dia bukan yang terbaik untuk dunia dan akhiratku, hilangkanlah rasa cintaku padanya, tetapi, jika dia yang terbaik untuk dunia dan akhiratku maka dekatkanlah kami menuju suatu hubungan yang halal aamiin...."

---

Saat Aku sedang berjalan untuk pulang dari rumah nenekku, Aku dikejutkan dengan keberadaan Putra yang tengah duduk di teras rumah sewa tetangga Nenekku. Dia menyapaku ramah saat itu, tetap tanpa memanggil nama ku.

"Hey, nanti ngaji ya." Ucapnya, Sambil tersenyum.

Aku menatapnya lekat, saat itu Dia berbeda dari biasanya, Ia tidak berpakaian seperti seorang santri. Ia hanya menggunakan kaos dan celana panjang, peci pun ia ganti dengan topi.

Aku menjawab "Iyaaa." sambil tersenyum juga.

Setelah itu aku melanjutkan perjalanan ku untuk pulang dan bertemu salah seorang saksi yang melihat pertemuan pertama ku dengan Putra. Aku dan dia sebenarnya tidak terlalu kenal satu sama lain, hanya sekedar kerabat yang tinggal di dekat rumah nenekku.

Kerabat ku memberitahu bahwa mulai hari ini ada keluarga Putra yang tinggal dibelakang rumah nenek-Ku. Aku bersikap seolah semuanya biasa-biasa saja, dan hanya ber oh ria saja.

Padahal didalam hatiku sudah sangat amat senang sekali. Sampai aku memberi tahu kakak sepupuku, hingga sejak saat itu Aku lumayan sering datang ke rumah nenek-Ku.

Suatu ketika Aku sedang bermain badminton di halaman belakang rumah nenek-Ku. Tiba-tiba banyak Santriwati termasuk mantan kekasih Putra datang mengunjungi rumah Keluarga Putra, Aku melihat mereka pun turut tersenyum ramah.

Mereka terlihat sangat akrab sekali kepada keluarga putra, hal itu membuatku agak sedikit merasa cemburu, Terutama kepada mantan kekasih Putra.

Bagaimana awalnya Aku bisa mengetahui bahwa si Dia adalah mantan kekasih Putra? Hm, Sebut saja nama mantan kekasih Putra itu, Hanni.

Saat pertama kali Aku mengenal Putra, Aku mencari-cari informasi tentang Dia di media sosial, Sebenarnya Aku hanya ingin mengetahui media sosial pondok pesantrennya supaya Aku bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada disana.

Setelah Aku mengetahui media sosial pondok pesantrennya, Aku menemukan media sosial Putra di dalam daftar rekomendasi pertemanan.

Semakin lama Aku mengaji di pondoknya Putra, Aku semakin dekat dengan para santriwati yang ada di sana. Saat Aku sedang melihat-lihat Akun lama milik Hanni, Aku menemukan foto Putra dengan caption romantis terpajang disana.

Namun, Aku menemukan percakapan di kolom komentar postingan Putra ada sebuah kalimat yang menunjukkan bahwa Ia sudah tidak bisa lagi untuk menjalin hubungan dengan Ani.

Bisa jadi mereka berhenti berpacaran karena ketahuan oleh guru mereka.

Lagian, untuk apa mereka berpacaran tanpa adanya ikatan syar'i? apalagi mereka berdua adalah santri. (Santri kok pacaran? pas ngaji tidur yaa?.)

(Syubannul Muslimin be like: "Jadi santri tapi punya pacar, itu tandanya Kau kurang sadar, Kau tahu hukum islam pacaran itu haram, namun tak Kau tinggalkan.")

Memang, bukan hanya santri yang dilarang untuk berpacaran, tetapi dengan statusnya sebagai santri, Mereka harus lebih menjaga untuk tidak melakukan maksiat agar tidak mengotori nama pondok pesantren yang mereka tinggali.

Aku bermain badminton sambil sedikit memperhatikan kegiatan mereka. Karena memang aku sedikit penasaran, mereka bercengkrama sambil membantu seorang perempuan keluarga Putra yang entah Akupun tak tahu itu siapa.




















Bersambung ....














👇KLIK BINTANG JANGAN LUPA:)

Cinta Allah Dan Cintaku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang