"Nama saya David Adhinata Prakasa. Panggil saja Dave, David, atau Adhi. Saya pindahan dari SMAN 1 Bawiar.""Itu saja? Hobi kamu?"
"Hobi saya bermain alat musik juga melukis."
"Waaahh.. alat musik apa yang kamu mainkan?"
"Saya bisa bermain saxophone, biola, and gitar."
"Waaahh.. kamu berbakat sekali. Baiklah, duduklah disamping Margaret. Margaret angkat tanganmu."
Seseorang bernama Margaret itu mengangkat tangannya dan aku berjalan kearahnya. Si Margaret ini terlihat sangat judes dan menyebalkan. Lebih baik aku tak mengganggunya.
"Baik! Kelas dimulai!"
Aku memperhatikan guru hingga aku melihat disudut mataku kalau si Margaret ini menatapku aneh. Hanya dengan sudut mataku aku bisa merasakannya memeriksa seluruh tubuhku dengan tatapan judesnya.
"Apa yang kau lihat?"
"Heum? Ah.. haha.. nggak ada. Anak pindahan Bawiar tu pinter pinter semua. Kenapa lo masuk kelas ini?"
"Karena mungkin nilaiku jelek?"
"Hmm... boleh juga," ia sudah menghadap ke papan guru, namun itu tak menghentikannya untuk berbicara.
Ia sudah mengoceh terus menerus namun tak kuhiraukan sama sekali. Pelajaran ini lebih penting dari ocehan yang tak menjurus kemana mana itu.
Jam istirahat akhirnya datang disaat saat menegangkan. Tadi kami semua disuruh untuk maju kedepan untuk menjelaskan soal yang diberikan guru. Like hell aku bakalan tau. Materi dari sekolahku sedikit terlambat. Berkali kali aku harus menggaruk tengkukku dan berpura pura tau jawabannya saat Margaret bertanya. Ia percaya bahwa aku anak pintar, hanya saja nilainya dibawah rata rata dari pindahan Bawiar.
"Apa kau sungguhan dari Bawiar? Kau sudah 1 tahun kan di Bawiar?" Yang ia tanyakan sama sekali tak ku jawab dengan kata kata, namun hanya aku jawab dengan ekspresi kesal yang luar biasa. "Aku pikir aku tak perlu tau. Baiklah! Ayo kita makan bersama!"
Aku ingin ke perpustakaan tapi perempuan ini sungguh membuatku tak memiliki pilihan lain selain menurutinya untuk makan bersama di kelas. Saat di kelas saja ia mengoceh tak berhenti berhenti apalagi saat istirahat seperti ini. Disaat yang lainnya makan dengan tenang, Margaret yang mulutnya sangat penuh dengan makanan mengoceh hingga sebagian nasi terbang dari mulutnya.
"David?!" Panggil seseorang dari arah belakangku. Perempuan yang berperawakan kecil dengan kacamata bulat menghiasi wajahnya yang kotak itu melambai kearah kelas. "David?"
"Aku David!"
"Ah! Segeralah ke perpustakaan!" Lalu ia pergi dari kelasku.
"Kau dengar itu, aku harus pergi."
Aku pergi menuju perpustakaan. Dari kanan ke kiri aku mendengar bisikan tentangku. Yang paling aku dengar adalah "pindahan Bawiar kok masuk kelas XI Ipa E?" Dengan santainya mereka bertanya seperti itu tanpa memikirkan apakah aku mendengarnya atau tidak.
Gumaman mereka membuatku ingin pergi saja dari sekolah ini. Kenapa juga ayah tiba tiba memindahkanku ke sekolah ini? Apa karena SMA Bawiar itu all boy school dan mereka pikir aku gay? Ya.. aku memang gay. Aku bisex lebih ke laki laki.
Aku mengetahui sexual orientasi ku sejak aku berumur 9 tahun saat melihat lelaki menggunakan setelan hitam seluruhnya, apa sebutannya? Korean style? Ya karena itu. Dia membuat jantungku berdetak pada masa itu.
Ehem..
Perpustakaan yang dimaksud sudah berada didepanku sekarang. Aku sangat enggan untuk masuk ke perpustakaan. Karena sebagian perpustakaan yang ku temui berhantu, tak banyak yang membaca, juga yang menjaga pasti mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My upperclassman!
RomanceDavid lahir dikeluarga religius dimana ayah dan ibunya tak mendukung cinta sesama jenis. Imannya sangat diuji saat bertemu dengan kakak kelas yang mengejeknya. Rasa bencinya pada kakak kelasnya itu berubah menjadi sayang. "Gue ngangenin ya?" "Diam!"