TEETT TEEEETT TEEEEEEEEEET
Saat bel istirahat berbunyi, aku langsung berlari kekantin untuk membeli rice box. Rice box itu akan habis kalau aku tak cepat cepat membelinya. Biasanya adik kelas yang membeli. Ada yang memperbudak satu sama lain untuk membelikan yang paling populer makanan, rela berdempet dempetan demi diberi uang lebih.
Ingin sekali adik adik kelas itu menjadi babu. Hmmm...
Setelah aku mendapat rice box yang aku inginkan, aku langsung membawanya ke kelas dan makan bersama Margaret. Ia selalu terlihat sendiri, menyendiri, tapi sebenarnya temannya itu banyak dan tak terhitung.
"Eh, Kak Gama?" Teriak perempuan perempuan didepan kelas. Aku hanya tau ia menuju ke kelasku. Aku simpulkan bahwa Kak Gama ini benar benar terkenal.
"Eh, Kak Gama tuh.. ngapain ke kelas kita?"
"Heh ada Kak Stefan juga! AAAAHHH!!"
Perempuan ini benar benar tak bisa membedakan idol dan orang biasa. Yaaa.. aku tak bisa menyebut Kak Gama orang biasa.
Drap drap drap drap
"Apaan tuh?!"
BRAK
Pintu kelasku terbanting terbuka, menampakkan Kak Gama dan Kak Stefan yang berebut masuk duluan.
"Gue duluan ya anjink!!"
"Orang gue duluan yang punya inisiatif, lu ikut ikut aja!" Teriak Kak Gama.
Aku mengingat perempuan cantik dikelasku yang sangat percaya diri, ia cukup terkenal dikalangan para pria. We can call her Lonthe. Ya.. mantan pacarnya banyak. Statusnya juga masih single sekarang.
"Pasti mereka ngerebutin aku!" Ucapnya pede. Bedak yang entah sudah berapa layer ia bedakkan.
"Nyariin lo tuh," ucap Margaret saat ia masih mengunyah makanannya.
"Heh! Gue duluan anjink!"
"Ehem! Kakak kelas, mohon maaf, ini kelasnya adik kelas. Jadi mohon untuk tidak membuat kegaduhan. Cepat batu kertas gunting dahulu baru yang menang masuk terlebih dahulu," ucap ketua kelas dengan nada formalnya.
"Oke! Batu kertas gunting!" Stefan yang menang. "WOHOOO.. lu terakhir ya anak ngen-"
"Nggak! 3 kali baru masuk!"
"Ogah! Berapa kali ketua?"
"3 juga tak apa."
"Haish!" Stefan menggerutu seperti anak kecil yang tak kunjung dibelikan es krim ibunya, "batu kertas gunting! LHO LO LIATKAN DIA NGGANTI!"
"Kak Stefan satu, Kak Gama satu."
"Nggak adil heh!"
"Saya tidak mengumumkan adanya aturan."
"Cih dari tadi gue juga bisa menang."
"Batu kertas gunting! HAH! Lo terakhir ya anak ngen-" ucap Gama yang memenangkan set tersebut. Stefan memaksa masuk duluan tapi ketua kelas dengan badan tegapnya melarang Stefan masuk sebelum Gama masuk duluan.
"DAVIIIDDD!!"
"Ngapain kakak kesini?" Kak Gama duduk didepanku sedangkan Stefan mengambil kursi dan menariknya ke mejaku.
"Mau ngapa lagi? Makan bareng lah! Lu nggak lupa bakal nungguin gue pas latihan basket nanti, kan?"
"Nggak mungkin lupa lah kak."
"Apa ini? Gue juga mau nungguin lo. Hehe.. lu main sama temen lo gue main sama David. Ihihihi," bisik Stefan. Bisikan itu sangat terdengar ditelingaku, mungkin Margaret juga mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My upperclassman!
RomantikDavid lahir dikeluarga religius dimana ayah dan ibunya tak mendukung cinta sesama jenis. Imannya sangat diuji saat bertemu dengan kakak kelas yang mengejeknya. Rasa bencinya pada kakak kelasnya itu berubah menjadi sayang. "Gue ngangenin ya?" "Diam!"