Hari berlalu dengan cepat. Hari ini Kak Stefan sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya. Aku juga sempat mengunjungi kelasnya, tapi ia tak ada disana. Hanya ada tas juga buku dan alat tulis berantakan diatas mejanya.
Kak Gama juga bertanya tanya padaku kenapa Kak Stefan sama sekali tak menunjukkan dirinya saat istirahat tadi.
"Mau gue anter pulang?" Tanya Kak Gama yang masih menunggu bersamaku di lobby.
"Boleh deh," aku masih melihat kekanan dan kekiri, in case Kak Stefan bersembunyi.
Aku menghubungi Kak Stefan, ia sama sekali tak menjawab pesanku. Bahkan pesanku tak masuk dari tadi. Semakin aku pikirkan semakin cemas.
"Kak, kita kerumah Kak Stefan dulu ya?"
"Oke deh."
Kak Gama melajukan mobilnya ke rumah Kak Stefan yang rumahnya tepat berada di seberang jalan dari rumahku. Jadi nanti aku tinggal berjalan ke rumah. Pakaian kemarin? Tenang, udah aku bawa.
"Stefan!"
"Kak Stefan?!"
"Apa? Uhuk."
"Lo kenapa dah?" Tanya Kak Gama. Kami disuruh masuk kedalam oleh Kak Stefan. Rumahnya terlihat sangat sepi.
"Orang tua kakak dimana?"
"Lagi kerja keluar kota, entah balek kapan," Kak Stefan terlihat tak baik baik saja. Ia terus terus an batuk dan hampir terjatuh. Bahkan ia tak bisa membawa gelas ditangannya dengan benar, perlu sedikit dari bantuanku.
"Kakak udah minum obat?"
"Belum."
"Minum!"
"Iya, nanti."
"Sekarang!"
"Aaahhh... kamu imut banget pas cemasin aku. Aku sakit terus aja."
"Minum obat dulu!"
"Iya iya.. jangan jiwit."
Aku lega sekali kalau Kak Stefan tak kenapa napa. Hanya saja ia sakit jadi tak bisa berbicara langsung denganku.
"Lain kali jawab pesanku!"
"Heum? Pesan?"
Ia menyalakan ponselnya yang dari tadi tergeletak mati diatas coffee table.
"Oh iya. Maaf, ponselku dari tadi mati. Gue lupa nyalain dari semalem," ucapnya sambil menyesap teh hangatnya.
Memang benar, ponselnya tak menyala dari semalam. Sejak kemarin malam sebelum ia mengantarku pulang 'last seen yesterday 11:24 PM' terus.
"Kalian berdua nginep disini dulu aja. Gue pengin ada yang nemenin."
Aku menatap Kak Gama seakan bertanya apakah ia ingin nginep dirumah Kak Stefan dulu. Kak Gama tak bisa menginap dirumah Kak Stefan karena ia harus belajar.
"Halah.. sok. Kek lu belajar aja kalau sampek rumah."
"Gue belajar ya, nggak kek elo!"
"Ayolah, kak," aku memohon agar dia menginap. Aku sangat ingin menginap di kedua rumah mereka. Sangat jarang sekali aku menginap dirumah teman. Baru kemarin aku merasakan menginap dirumah teman.
"Huft.. baiklah! Gue nginep disini karena David, bukan mau ngurus lo!"
"Siapa juga yang mau elo ngurus gue?"
"Udah!" Kedua orang itu langsung diam dan memilih duduk diatas sofa. "Kakak punya futon atau kasur tambahan?"
"Gue ada futon, tapi cuman punya 2 doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My upperclassman!
RomanceDavid lahir dikeluarga religius dimana ayah dan ibunya tak mendukung cinta sesama jenis. Imannya sangat diuji saat bertemu dengan kakak kelas yang mengejeknya. Rasa bencinya pada kakak kelasnya itu berubah menjadi sayang. "Gue ngangenin ya?" "Diam!"