Sudah berhari hari ayah dan ibu tidak membicarakan hal gay lagi denganku. Mereka akan diam diam berdebat diruang tengah tentang aku yang gay ini. Bahkan aku pernah mendengar mereka akan melakukan exorcism padaku. Sungguh aneh memang.
Hari ini hari minggu, saatnya kegereja untuk beribadah.
Aku bangun pagi pagi sekali agar aku bisa ikut ibadah pagi, tapi ternyata ayah dan ibu juga sudah bangun dan sudah siap. Aku terpaksa ikut mereka ke gereja yang sama. Kakak dan adik duduk dibelakangku sedangkan aku berada di antara ayah dan ibu.
Ayah sesekali mendelik apakah aku beribadah dengan sungguh sungguh atau tidak. Jawabannya iya, aku beribadah dengan sungguh sungguh.
2 jam berlalu, ibadah sudah selesai dan kami sekeluarga ingin pergi berjalan jalan ke gunung. Menikmati hari bersama keluarga.
"Kak, kau sudah memasukkan barang?"
"Sudah dong. Anna bantu ibu ya, nanti David bantu Anna masukin barang yang lain."
Aku terduduk di bagasi mobil dan melihat mobil hiyam yang aku kenali. Kak Gama mendatangi rumahku tanpa bilang dahulu, padahal kita sudah bertukar nomor dan aku sudah bilang padanya untuk menghubungiku jika dia ingin kerumahku.
"Apa yang membawamu kesini?"
"Gabut," ia melihat kedalam mobil. Ia juga mengelilingi mobil ini. "Lo mau pergi ya?"
"Menurut kakak?"
"Eh gue dipanggil kakak. Hatiku berdebar," ia mendekat kearahku. Aku anggap itu hal yang akan sering ia lakukan padaku. Menggoda, membuatku marah, lalu meminta maaf.
"David?"
"Eh?" Aku mendorong Kak Gama saat mendengar suara ibu. "Nanti ibuku curiga yang enggak enggak."
"Curiga apa emang? Kita pacaran?" Aku menganggukinya. "Masih belum apa apa udah dicurigai. Hmm.. ibumu itu sungguh."
"Tak hanya ibu, ayah juga."
"Keluarga terlalu religius?"
"Ya."
"Ah.. no wonder," lihat? Bahkan Kak Gama kesal dengan keluarga yang terlalu religius hingga tak memikirkan kebahagiaan anaknya.
Aku membantu Anna memasukkan barang barang yang sudah ia bawa. Kadang Kak Gama juga membantu memasukkan.
"Kalau gitu gue pergi dulu, tadinya mau ngajak lo main. Dah!"
"Dadah!"
Aku melihat Kak Gama pergi menjauh dari rumahku. Mobil hitamnya pergi menjauh dari pandanganku.
"Tadi siapa?" Tanya ayah tiba tiba.
"Teman David," aku menutup bagasi yang sudah penuh dengan barang yang diperlukan.
Kami memulai perjalanan saat Anna yang paling terlambat sendiri karena kebelet buang air besar sudah masuk kedalam mobil. Aku memilih untuk tidur sepanjang perjalanan. Anna paling tak bisa diam saat melihat bangunan bangunan yang lewat. Ia pasti akan mengucapkan nama toko tersebut seperti orang gabut. Terkadang juga bertanya kata yang belum ia ketahui.
Kak Iel juga meladeni Anna yang kadang mengoceh tak henti henti. Ayah ibu juga kadang ikut menjawab.
............
Aku tak sadar kalau kita sudah sampai. Anna dan Kak Iel sudah berada diluar sedangkan ibu masih berada didalam.
"Oh kau sudah bangun? Jangan keluar dulu. Ibu mau tanya."
"Tanya apa?"
"Kamu homo ya?" Aku tak ingin lagi menyembunyikan hal ini dari siapapun. Tak ibu atau ayahku saja, tapi juga saudaraku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My upperclassman!
RomantikDavid lahir dikeluarga religius dimana ayah dan ibunya tak mendukung cinta sesama jenis. Imannya sangat diuji saat bertemu dengan kakak kelas yang mengejeknya. Rasa bencinya pada kakak kelasnya itu berubah menjadi sayang. "Gue ngangenin ya?" "Diam!"