[05] End of Dream?

20 2 0
                                    

Dering ponsel berbunyi memenuhi ruangan dan membangunkan Prim dari tidur panjangnya. Ia membuka matanya secara perlahan. Terdiam sesaat dan memandangi langit-langit kamar dengan wajah datarnya.

Setelah menyadari sesuatu, keningnya langsung mengkerut. Ia seketika beringsut duduk dan memandangi sekelilingnya.

Kamar megah nan mewah dengan desain warna abu-abu. Ini sama sekali tidak terlihat seperti kamarnya yang selalu tampil biasa saja.

Matanya seketika terbelalak saat melihat tubuhnya kini sudah berganti baju.

Kemana baju seragam yang masih bergantung di tubuhnya semalam????

"HAAAAAAAAA."

Prim panik tiada tara. Ia memeriksa segala sesuatu mewanti-wanti tentang sesuatu yang tidak diinginkannya mungkin saja telah terjadi. Bagaimana jika semuanya hanya tinggal penyesalan? Hidup dan masa depannya akan menjadi hancur.

"Lo udah bangun?"

Suara itu berhasil membuat Prim seketika menoleh.

"Phi Frank???"

Prim menatap penuh tanda tanya pada lelaki yang sedang berdiri membelakanginya.

"Makasih buat tadi malam." Gumamnya tanpa berbalik menghadap Prim.

"HAHHHHH?????" Prim berteriak kencang. "JANGAN MACAM-MACAM LO YA!!!"

Frank yang mendengar itu pun terkekeh geli.

"Gausa histeris. Gue gada apa-apain lo. Bahkan pembantu gue yang cewe aja ga gue izinin nyentuh lo." Jelas Frank masih merasa lucu dengan reaksi Prim.

Franky mendekati Prim dengan membawa segelas air putih. "Nih, minum duluk."

Prim menatap Frank mengintimidasi. Frank yang menyadari tatapan itu pun berdecak dan memutar bola matanya malas. "Gue beneran ga ngapain-ngapain lo."

Prim memasang wajah tak bersahabat. Ia menatap kesal pada Frank karena telah membuatnya panic attack. "Trus, baju seragam gue?" tanyanya jutek.

Ceklek.

Seseorang memasuki kamar dengan suara grasak-grusuk. Orang itu membawa banyak kantongan plastik berisi makanan.

"Eh? Kamu udah sadar??" tanya perempuan itu dengan riang ketika mendapati Prim sudah duduk di atas Spring Bed.

Prim yang menyaksikan kedatangan orang tersebut tiba-tiba melongo. Sementara Frank langsung menarik tangan kanan Prim untuk memegang gelas berisi air putih yang sedari tadi dipegang oleh lelaki itu. Setelah itu, Frank menerima plastik-plastik berisi makanan dari sang kakak dan pergi keluar kamar untuk menyajikannya.

"Kakak??" seru Prim mengheran bukan kepalang. Ia tidak percaya dengan yang ia lihat sekarang. Ekspresinya menunjukkan kalau ia sedang berusaha mengingat-ingat dan memastikan bahwa orang yang disebutnya 'kakak' itu adalah benar-benar orang yang ia maksud dalam ingatannya.

"Iya. Kita pernah ketemu 'kan?" tanya sang kakak menebak isi pikiran Prim.

Prim dengan cepat menganggukkan kepalanya. "Kakak masih ingat?" tanyanya.

"Kamu yang dulu pernah ketemu aku di angkot 'kan, pas mau pergi sekolah? Trus nanya tentang series yang waktu itu lagi aku tonton. Series Nanon kalo ga salah," lanjutnya menerka.

"Iyaa kakkk."

Prim sangat senang hingga matanya berbinar. Ia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan kakak yang pertama kali memperkenalkan dirinya dengan Phi Nanon.

"Pim beruntung banget bisa ketemu sama kakak lagi." Gumam Prim penuh ketulusan. "Aku boleh panggil kakak apa? Waktu itu aku belum sempat nanya nama kakak karena kaka lagi buru-buru," tutur Prim berusaha menjelaskan.

PIM-PIM DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang