"Phun Dao Susu! Phun Dao Su Tai! Phun Dao Wailai Sutai Susu!"
Mata Prim melebar sempurna.
"PHI NANON!!!???"
Prim berteriak dengan keras sampai-sampai membuat Zara, Bukde dan Pakde di luar kamar kaget keheranan.
Jantung Prim berdetak tidak karuan. Ia memegangi dadanya erat untuk menenangkan jantungnya yang saat itu juga hendak melompat keluar.
Ting!
Notifikasi chat muncul sekali lagi. Prim pun tanpa basa-basi mengeceknya dengan ligat.
Phi Mook : Forwarded a Message
Gue tunggu lo di GMMTV high school.
~Your Sweetest Dream
Phi Mook : Pim-Pim, itu pesan dari Nanon yah. Keep Fighting, dear!
Senyum Prim seketika mengembang sempurna. Matanya berbinar bahagia membaca teks yang dikirimkan oleh Phi Mook.
"HAAAAAAAAAAAA." Prim melompat-lompat seperti orang gila. "Plis gila-gila-gilaaaa. INI! INI PHI NANONN, LOH."
Prim menghempaskan tubuhnya dan terlentang bahagia di atas kasurnya.
"Yes, Phi Nanon. You are My Sweetest Dream." Prim bergumam penuh cinta.
Prim : khop phun naa kha Phi.
Prim mengirimkan kalimat tersebut dengan senyum yang mengembang.
Ting!
Phi Mook : Cepat pergi cek hasil lo. Jangan habisin waktu, bentar lagi udah jam 22.oo. Semangat calon adek kelas!!
Prim kembali tersenyum dan sedikit tertawa melihat teks terakhir dari Phi Mook. Ia tahu, pesan itu pasti diketik dan dikirimkan oleh Phi Frank.
Setelah puas tersenyum bahagia. Prim tanpa basa-basi beranjak turun dari tempat tidurnya dan berdiri di hadapan poster Phi Nanon. Ia melirik ke arah jarum jam yang menunjukkan pukul 21.43 WIB.
Ia menghembuskan napasnya dengan semangat dan penuh percaya diri. "PHI NANONNNN!!! WAIT ME THERE!!!!" Teriak Prim memberi tembakan jari ke arah poster sang idola.
Detik berikutnya, ia menyambar hoodie yang terletak di sandaran kursi belajarnya lantas berlari keluar kamar. Sesampainya di ruang makan, Prim berdiri dengan wajah serius di hadapan Pakde, Bukde dan Zara.
Bukde tampak bingung dengan tingkah laku Prim. Begitu juga dengan Pakde dan Zara.
"Pakde, Bukde, Zara. Percayalah, kalian selalu menjadi yang nomor satu di hati, Pim. Tapi, soal kehidupan Pim-Pim, apapun resiko dan konsekuensinya, biarkan Pim sendiri yang memilih." tutur Prim penuh keseriusan. "Pim akan bersekolah di Thailand dan bertemu dengan idola yang selama ini Prim dambakan."
Menyaksikan hal itu, Pakde tampak begitu terkejut. Ia tidak menyangka Prim akan kembali melawan nasihatnya setelah beberapa jam yang lalu putri semangnya itu setuju untuk berhenti mengejar obsesi yang tidak aman untuk ia teruskan.
Prim membungkukkan badannya pamit setelah itu berlari keluar rumah.
Zara mengejarnya.
"Primm tunggu! Di luar lagi hujann!"
Tentu saja tidak dihiraukan oleh Prim. Ia hanya memberikan simbol I'm okay dengan menyatukan ujung jari jempol dan telunjuk tangan kanannya di udara.
Prim berlari-larian dengan seragam putih birunya di tengah hujan deras di malam hari. Ia tidak peduli. Waktu yang ia punya tinggal sedikit lagi. Jika nanti namanya tertera di layar petak itu dihiasi warna hijau dengan balon-balon yang berterbangan di sekitarnya, itu berarti dia berhasil dan segera bersekolah di sekolah yang selama ini ia dambakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIM-PIM DREAM
FanfictionBertemu dengan idola adalah impian yang diidam-idamkan setiap fan girl. Bisa ikut fan meet, saling menyapa dengan idola dan bersama memasang pose di depan kamera untuk kenang-kenangan. Namun, dalam hidup selalu ada perbedaan, termasuk hal bertemu de...