How It Starts (Prolog)

128 16 0
                                    

Bunyi klakson transportasi terdengar bersahut-sahutan di tengah kemacetan yang melanda jalanan. Primsa berusaha mengabaikan kekacauan itu dengan menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangan. Orang-orang yang menumpangi angkutan umum pun tampak gelisah. Masih pagi-pagi sudah disambut saja dengan suasana yang bisa membuat hampir setiap manusia menjadi bad mood.

Primsa menghela napasnya jengah. Ini hari pertama di semester kedua ia memakai seragam putih biru tapi sudah disuguhkan dengan pengalaman yang membuatnya ilfeel. Padahal, baru saja ia berdoa agar masa SMP-nya di semester baru ini akan terasa menyenangkan dan segera memulai pertemanan dengan banyak orang. Sudah cukup ia menjadi seorang pendiam yang tak pernah dianggap—khususnya di kalangan cewek— selama menduduki bangku SD sampai semester pertama SMP.

"Hmm, hahaha."

Primsa segera menoleh pada seorang cewek dengan seragam putih abu-abu yang sedang duduk tepat di samping kirinya. Cewek itu tampak asyik menonton sesuatu di layar ponsel dengan headset yang menyumpal kedua telinganya. Di tambah lagi cewek itu senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

Sedikit penasaran, Prim mencoba menatap layar ponsel cewek yang dalam hati ia panggil 'kakak' itu. Ternyata kakak itu sedang menonton sebuah drama. Primsa tidak tahu itu drama apa yang pasti ia yakin kalau itu bukanlah drama Korea.

Primsa secara tidak sadar malah diam-diam ikut menonton drama itu meski ia sama sekali tidak mengerti jalan ceritanya.

"Aku telah berubah karenamu. Terima kasih telah datang ke dalam hidupku."

Primsa membeku terkesima ketika tokoh lelaki dalam drama tiba-tiba melontarkan kalimat itu.

Jantungnya mendadak berdegup kencang. Binar mata lelaki itu tampak begitu memancarkan cinta dan ketulusan. Senyuman manis yang terukir di bibir itu membuat Prim terpukau bukan kepalang.

Siapa dia? Kalimat yang baru saja diucapkan lelaki itu seolah tertuju padanya. Hanya dengan membaca subtitle seakan Prim bisa mengerti arti ketulusan dalam nada bahasa kalbu yang bahkan tidak terdengar.

Siapa namanya? Setidaknya namanya dalam peran drama itu? Dari mana asalnya? Kapan ia lahir? Apakah terlambat mengenalinya sekarang?

Pertanyaan-pertanyaan itu tanpa dikomando bermunculan dalam otak Primsa bak tai cacing di halaman rumah saat menjelang fajar. Jantungnya masih saja berdetak tidak normal. Primsa bingung dengan perasaan yang ia alami padahal apa yang baru saja ia lihat hanyalah adegan dialog seorang tokoh dalam sebuah drama.

"Awh!"

Primsa hampir terjungkal ke depan jika saja ia tidak langsung memegang jendela di dekatnya. Sopir angkot yang dengan tiba-tiba mengerem secara mendadak membuat Primsa melantunkan sumpah serapahnya di dalam hati. Sesaat setelah itu Primsa seketika merasa tak rela ketika mendapati kakak yang sebelumnya duduk di sampingnya kini sedang bergegas menuruni angkot.

"Pak, pak, pak stoppp saya mau turun." Ujar Primsa secepat kilat ketika sang sopir hendak melanjutkan perjalanan.

Primsa keluar dari angkot dan setelah membayar ongkos ia langsung berlari mengejar kakak SMA yang secara tidak langsung telah memperkenalkan dirinya dengan laki-laki manis di drama asing yang dalam hitungan detik telah berhasil memikat seluruh hati dan jiwa raganya.

"Kakk! Kak, kakak." Panggil Primsa berlari-larian menghampiri.

Cewek yang merasa dirinya dipanggil oleh seseorang itu pun menoleh dan mengernyitkan keningnya. "Aa-ada apa?" tanyanya menaikkan kedua alis.

Primsa berusaha menetralkan deru napasnya yang kencang. "Ituh, hah-hah." Cewek itu tampak menunggu Prim menyampaikan kalimatnya sambil memberikan isyarat pada Prim untuk menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya.

"Huhh. Makasi ka. Itu kak, film yang kaka tonton di angkot tadi tuh, film apa?" tanya Primsa dengan segala keingintahuannya.

Cewek itu tampak memiringkan kepalanya. Merasa sedikit aneh dan lucu dengan kehadiran anak SMP yang berlari-lari ke arahnya hanya ingin bertanya tentang film apa yang baru saja ia tonton.

"Ooh, film Thailand."

"Thailand?" tanya Prim klasik.

Cewek itu mengangguk mengiyakan. "Udah dulu ya adek, nanti aku telat. Kamu juga mau sekolah kan? Pai lew naa (sampai jumpa)," ucapnya sambil melambaikan tangan dan mulai menjauh.

Primsa hendak menahan cewek itu kembali namun situasi tidak lagi memungkinkan. Akhirnya tanpa ragu ia pun memilih berteriak. "KAA, JUDULNYA APA KAK??!!"

"Senior Secret Love!"

Prim tersenyum manis dan menghembuskan napas panjang. Sinar matahari pagi setiba muncul dan menghinggap tepat di wajahnya. Matanya berbinar memandangi punggung perempuan berbaju putih abu-abu yang ia pun belum tahu siapa namanya.

Primsa membalikkan badan dan mulai berjalan kaki. Senyumannya tak kunjung memudar. Jantung Primsa kembali berdegup tak karuan dan perutnya terasa dipenuhi kupu-kupu saat ia mulai mengingat kembali lelaki yang tidak sengaja ia lihat dalam drama itu.

Senyum tulus, lesung pipi yang manis, tatapan yang hangat. Primsa akan selalu mengingatnya.

Kau telah membuatku jatuh cinta bahkan sebelum aku mengenalmu. – Primsa Channy



Jangan lupa Vote yah, terima kasih😊

rawr lovey

PIM-PIM DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang