"Eh katanya ada anak baru di sekolah kita," ucap seorang siswi yang sedang bersandar pada loker di samping loker kedua temannya yang sedang sibuk mengambil barang yang mereka perlukan.
Salah satu temannya mengangguk. "Iya loh, katanya, sih, cowok," balas temannya sambil mengambil alat tulisnya yang ada di dalam loker.
"Bakal masuk kelas mana dia?" tanya teman yang lainnya sambil menutup lokernya.
Sang siswi tampak berpikir. "Kalo nggak salah kelas 2-2 deh," jawabnya.
"Di kelas itu emang isinya cogan ama cecan semua sih, wajar kalo dia masuk situ," balas temannya yang menutup pintu lokernya.
"Ya, aku setuju sama kamu," timpal temannya.
Pembicaraan tiga siswi di sebelah loker seorang siswa dapat di dengar jelas oleh pemilik loker tersebut yang sedang mengambil alat tulisnya.
"Tapi pasti gantengan gua," sosor seorang siswa sambil menutup lokernya dengan kesal, bahkan hingga mengeluarkan suara.
Siswi yang tadi berbicara menengok ke arah siswa yang ada di sampingnya, matanya berputar malas. "Heh, Choi Beomgyu! Lu ketemu orangnya aja juga belom, kan?"
Beomgyu menatap tajam siswi itu. "Udah, gua udah ketemu," balas Beomgyu dengan matanya yang melotot.
"Terus dia ganteng nggak?" tanya teman siswi itu cepat yang malah mendapat pukulan dari kedua temannya di bahunya.
"Gantengan gua kok. Nggak ada yang bisa ngalahin gua harusnya, dan nggak mungkin ada," ucap Beomgyu sebelum berjalan kembali ke kelasnya.
"Masa iya ada yang ngalahin kegantengan wajah gua? Nggak mungkin," gumam Beomgyu remeh.
"Jeongin," panggil Beomgyu saat dia sudah ada di dalam kelasnya, lalu segera duduk di kursinya.
Jeongin yang sedang bermain game melirik sekilas kearah Beomgyu sebelum kembali melanjutkan permainan di ponselnya. "Apaan?" tanya Jeongin tanpa menatap Beomgyu, Jeongin sangat fokus dengan gamenya.
"Katanya ada yang anak baru yang bakal masuk kelas kita, ya?" tanya Beomgyu.
Jeongin mengangguk. "Denger-denger dari para ciwi-ciwi yang suka ngerumpi sih gitu."
Beomgyu mengangguk paham. "Tapi menurut lo dia bisa ngalahin ketampanan gua nggak?" tanya Beomgyu dengan senyuman di wajahnya.
Jeongin melirik malas Beomgyu yang sedang menarik-turunkan alisnya. "Lo aja kalah ganteng ama gua, pasti dia bisa lah ngalahin lo," jawab Jeongin santai.
Beomgu berdecak sebelum ia memukul kepala Jeongin dengan penggaris miliknya yang tergeletak di atas meja. "Nyebelin lu!"
Jeongin hanya menjulurkan lidahnya sebelum ia pergi keluar kelas meninggalkan Beomgyu.
"Lu mau kemana?" tanya Beomgyu.
"Mau ke kantin, belom sarapan. Telat bangun lagi tadi gua," jawab Jeongin sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Kebiasaan lo!" kesal Beomgyu.
"Urusan apa lu?" sewot Jeongin.
"Gua temen lo! Nggak boleh gitu gua khawatir sama lu?" kata Beomgyu.
"Kalo lu sakit, kan, gua jadi nggak ada temen," lanjut Beomgyu sebelum menidurkan kepalanya di atas meja.
Jeongin tersenyum hingga matanya tertutup, ia menghampiri Beomgyu lalu memeluknya.
"Makasih, Choi Beomgyu." Jeongin mengusak rambut Beomgyu.
"IH GELI!!" seru Beomgyu sambil mendorong Jeongin hingga terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
FantasyApa yang dirasakan kalian saat kalian bertemu teman masa kecil kalian yang sangat dekat dengan kalian. Senang? Bahagia? Rasa rindu hilang? Kelima anak dicerita ini juga mengalaminya, tetapi mereka harus mengingat janji mereka dimasa lampau, atau...