Chapter 4

137 28 17
                                    

Sinar matahari sudah menjulang tinggi, namun sepertinya pemilik kamar tersebut tetap nyaman untuk melanjutkan tidurnya.

Bi Ayu yang baru masuk kedalam kamar itu sedikit tersenyum, ia bersyukur bahwa majikannya yang satu ini akhirnya mau untuk berbicara dan mau untuk sedikit terbuka pada orang-orang.

"Non bangun non, katanya mau sekolah sebaiknya non bersiap-siap kalau tidak mau terlambat, ayo bangun non" kata bi Ayu mencoba membangunkan majikannya

'Eungh' mata gadis itu perlahan terbuka dan langsung melihat sekelilingnya, ah ternyata ia masih berada ditempat yang sama. Baiklah sepertinya ia harus mulai bersiap dan pergi kesekolahnya.

'Sekolah I'm coming' seru gadis itu dengan semangat dalam hatinya

Namun saat ia sudah selesai mandi dan tengah bersiap-siap untuk memakai baju, ia dibuat terheran-heran dengan baju Nadia yang menurutnya sangat aneh alias ini kenapa baju Nadia sangatlah besar ketika ia pakai.

Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, ia tidak pernah memakai baju seperti ini dulu selama disekolahnya, bisa jatuh imagenya yang cantik gemulai.

"Bi Ayu" teriak Nadia dari dalam kamarnya

Semua orang yang ada dirumah itu terheran-heran dengan suara gadis itu, pasalnya Nadia tidak pernah mau mengeluarkan suaranya.

Bi Ayu pun lari tergopoh-gopoh menuju kamar majikannya.

"Iya non kenapa ya, ada yang bisa bibi bantu non" tanya bi Ayu sedikit ngos-ngosan

"Emm tadi aku pesen baju buat sekolah kayaknya udah dibawah deh bi, bisa tolong diambilin bi" Ucap Nadia dengan malu-malu karena baru sadar bahwa tadi ia sudah berteriak dengan suara yang sangat kencang.

"Eh iya non saya ambilin dulu yah non paketnya" jawab bi Ayu sambil menahan senyum

Akhirnya bi Ayu turun kebawah untuk mengambil paket majikannya terlebih dahulu.

"Gila, padahal dari kemaren gue udah berusaha jadi orang cool, ini kenapa mulut pake teriak-teriak segala sih ah" kesal Nadia dan marah-marah pada dirinya sendiri

Nadea memang dari kemarin sudah sangat berusaha untuk jadi anak yang pendiam seperti Nadia agar tidak ada yang curiga pada dirinya.

Tapi sangat disayangkan karena sepertinya Nadea bukanlah orang yang bisa mengontrol tindakannya ia selalu saja jadi orang yang spontan, baiklah untuk masalah ini akan ia pikirkan nanti lagi.

"Ini non paketnya" kata bi Ayu setelah sampai dikamar Nadia

"Terimakasih bi"

Bi Ayu pun pamit untuk kembali mengerjakan pekerjaannya kembali.

"Nah kalau gini kan gue jadi semangat mau kesekolah, lagian heran banget sama Nadia punya badan bagus gini kok yah malah milih pake baju orang-orangan sawah, ini juga kulit kok yah bisa putih banget kayak gini yah, gue yakin ini si Nadia pasti nggak pernah main ke sungai-sungai" ucap Nadea pada dirinya sendiri di depan kaca

Ah sepertinya ia juga harus mulai mendekati kakak-kakaknya, untuk bisa mendapatkan banyak petunjuk.

"Baiklah mari kita mulai dengan makan bersama dengan mereka di meja makan" semangat Nadia pada dirinya sendiri

Setelah sampai di anak tangga terakhir, Nadia jadi bimbang apakah ia memang harus bergabung dengan kakak-kakaknya ataukah tidak, karena melihat tatapan dingin kakak-kakaknya tiba-tiba saja bulu kuduknya menjadi berdiri.

What ever sepertinya ia harus tetap bergabung dengan kakak-kakaknya karena tekadnya sudah sangat bulat untuk bisa menemukan jawaban kenapa Nadia bisa menjadi sangat pendiam dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Kemudian Nadia langsung duduk di meja makan tanpa mengeluarkan satu suara pun, walau sepertinya mulut Nadia sudah sangat gatal untuk menegur kakak-kakaknya yang menatapnya dengan tatapan tajam.

'Gila ini orang punya masalah hidup apa yah pengen gue congkel itu mata, nggk bisa apa yah ngeliat orang cantik dikit' omel Nadia dalam hatinya.

Kakak-kakak Nadia dibuat terheran-heran dengan tingkah adiknya pagi ini, mulai berteriak dipagi hari, lalu ikut sarapan bersama. Padahal Nadia adalah orang yang tidak pernah makan bersama keluarganya ia selalu makan didalam kamarnya sendirian.

Selesai sarapan Nadia langsung berangkat ke sekolahnya dengan diantar supirnya.

Sampai disekolah Nadia bingung kelasnya berada dimana, saat sedang melamun memikirkan kelasnya tiba-tiba ada yang menepuk bahunya.

"Eh" raut wajah Nadia sangat kebingungan dengan orang yang berada disampingnya ini.

"Lo kemana aja deh, kok baru sekolah sekarang, kayak orang nggk niat sekolah, ini juga baju lo kenapa tiba-tiba jadi bener gini, biasanya juga pakai baju orang-orangan sawah" cerocos gadis disampingnya.

"Sorry lo siapa ya?"

"Oh my god, lo nggk inget sama sahabat sehidup semati lo gue Nita si cantik dan bohai, dari orok yah Nad kita itu udah bareng, masa lo lupa sih sama gue. Padahal cuman nggk ketemu dua bulan, eh yah lumayan juga sih" cerocosnya lagi

"Sebenernya ingatan gue sedikit bermasalah akibat dua bulan dirumah aja jadi you knowlah"

"Oke kali ini lo gue maafin karna lupa sama gue, but next time nggak tau yah" katanya sedikit sewot

"Siap laksanakan komandan" seru Nadia dengan semangat

"Ya udah sekarang ayo kekelas, tempat duduk lo udah gue siapin disamping gue, tempat duduk spesial"

Mereka berduapun berjalan beriringan menuju ke kelasnya, dan tanpa mereka sadari ternyata ada seseorang yang memperhatikan mereka dari kejauhan dengan pandangan yang penuh selidik.

NADIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang