Chapter 26

515 91 3
                                    

Ijichi menjelaskan kerusakan tambahan yang terjadi setelah event melelahkan itu kepada para guru dan pengawas. Banyak staff Penyihir Jujutsu yang mati. Akan tetapi, yang lebih gawat—

Jari-jari Sukuna dirampas.

"Kami sedang menunggu laporan Ieiri-san. Namun, dapat dipastikan ini ulah dari roh kutukan yang dihadapi Nanami-san."

Gojo mendecih mendengar itu.

"Apa perlu informasi ini diteruskan ke para murid dan penyihir lain?" tanya Utahime.

"Tidak perlu." Gakuganji menyahut.

Yaga menggosok kumisnya. "Biarkan para Petinggi saja yang tahu. Tentu kita tidak ingin pengguna kutukan tahu bahwa pusaka tingkat tinggi telah dicuri."

Dia mengangkat kepala. Dari balik kacamata, dia melirik ke rekan sesama Kepala Sekolahnya.

"Apa pengguna kutukan yang kita tangkap sudah bicara?"

"Dia memang tidak menolak bicara, tapi—" Ijichi menggaruk pelipis dengan ujung bolpoin. Melihat data yang ada di clipboard-nya.

"Kebanyakan omongannya hanya hal-hal tidak jelas..."

Pria kurus itu lanjut menjelaskan soal interogasi yang didapat dari orang itu.

"Dia berkata bahwa alasan dia menyerang karena suatu kesepakatan. Dia diperintah untuk melakukannya oleh seorang biksu berambut pendek yang dia bahkan tidak tahu laki-laki atau perempuan."

"Biksu androgini berambut pendek," gumam Mei Mei. Dia melirik ke Gojo yang duduk disampingnya. "Apa kau mengenalnya."

"Tidak." Gojo mengangkat kedua tangan. "Dia mungkin hanya asal bicara. Apa ada Penyihir yang bisa membuat orang mengaku?"

"Lagipula, bagaimana mereka bisa menembus Penghalang Tengen-sama?" Utahime menyela.

Gojo menoleh padanya. "Kurasa itu karena ulah roh terkutuk yang dilawan para murid. Aoi berkata dia bisa membaur dengan tanaman. Dan Penghalang Tengen-sama tidak mempan kepada tanaman. Lalu, auranya juga unik. Meskipun dia roh terkutuk, auranya mirip dengan roh suci."

Guru berpenutup mata itu berdehum. Kepala agak tengadah menghadap langit-langit. Otak berpacu.

Kenapa mengambil jari Sukuna? Apa mereka pikir itu akan memperkuat Yuuji?

Atau mereka ingin memperkuat diri sendiri?

"Ah! Benar juga! Ngomong-ngomong soal aura, bukankah kita menangkap satu orang lagi? Yang auranya juga aneh."

"Benar..., itu—"

Sraak!

Shoji ruangan itu bergeser terbuka. Menampilkan dua siluet orang. Gojo langsung mengenalinya.

"Untuk orang yang itu, aku dan Chiasa-kun akan membawanya."

Dia tidak tahu kakek yang satu ini cukup menyukai dramatic entrance.

"Ismawan-san!"

Gojo menyapa sembari menyeringai. Dibalas dengan sebuah anggukan. Sebelum sang kakek melempar pandangan ke dua Kepala Sekolah yang duduk di lantai.

"Kuharap kalian tidak keberatan. Lagipula, ini menyangkut Reina dan Resi."

"Maksudmu—kutukan di dalam cicitmu?" tanya Gakuganji dengan hati-hati.

Ismawan menyilangkan tangan. "Dia sudah seperti keluarga pada poin ini. Kuharap kau paham, Yoshinobu-kun."

Kepala Sekolah itu diam begitu nama pemberiannya disebut. Yaga terbatuk. Memutuskan melepas tensi dan angkat bicara.

Local Shaman (A JJK Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang