Bukit yang mereka tuju terselimuti hutan. Hijau dan ranum. Dedaunan pohon yang rindang membuat cahaya teredam dan isi hutan menjadi agak gelap. Padahal matahari masih cerah.
Tiga anak itu mulai mendaki bersama-sama. Menggunakan peta ajaib yang mereka ambil tadi sebagai panduan.
"Masih jauh?" tanya Junpei.
Mata hitam melirik ke Yuko yang memegang peta. Tadinya, tugas itu milik Reina. Akan tetapi, sekarang berpindah tangan. Ternyata kemampuan navigasi sang gadis mirip seperti keledai buta.
Reina menahan diri untuk tidak pergi ke domain Resi dan menghajarnya atas komentar itu.
<Tapi aku benar, kan?>
Nada suara si kutukan terdengar penuh canda. Sang gadis hanya mendesah. Dia biarkan yang kali ini lewat.
"Seharusnya disekitar sini..." gumam Yuko. "Sehebat apapun, kartografi zaman dulu tidak selalu akurat."
"Ah, andai saja kita bisa pakai GPS," gumam Junpei.
"Oh yeah, ide bagus! Apa yang mau kau tulis di pencarian? Pondok rahasia Kamiya? Tempat gulungan rahasia Kamiya?"
"Sarkasmemu tidak dibutuhkan dalam situasi ini, Yuko-san."
Yuko hanya menjulurkan lidah. Reina dan Junpei langsung tergelak bersamaan.
Perjalanan berlanjut. Kanopi hutan menutup sinar matahari yang semakin tinggi. Kaki mereka melangkah lebih jauh. Terus mendaki ke atas bukit yang cukup besar. Membawa menuju jantung hutan.
Setidaknya, di sepanjang perjalanan, tumbuhan dan hewan kecil yang ada cukup menghibur Reina. Dia menunjuk dan menamai beberapa yang dia kenal. Terkadang, Yuko turut andil jika dia tidak sedang fokus pada peta. Banyak yang dia temukan berupa obat herbal. Junpei hanya tersenyum melihat permainan kecil mereka.
Reina mengintip dari balik punggung sang teman. Harus sedikit berjinjit sehingga dia bisa melihat bagian peta yang ditandai.
"Apa sudah dekat?"
"Mungkin..," ucap Yuko ragu-ragu. Dia meneliti peta.
"Masalahnya, tanda yang ada tidak terlalu jelas. Tidak ada landmark lain sebagai penentu," ucap Yuko. Satu tangan ditaruh dipinggang. Gadis itu mengedarkan pandangan.
"Bukit ini ternyata jauh lebih luas dari perkiraanku. Semua di sini juga terlihat sama. Kuharap kita tidak berjalan berputar tanpa sengaja..."
"Kita hanya harus terus naik ke atas, kan?"
"Yep!" Yuko mengangguk. Tangan menelusur peta. "Tapi tempat ini seharusnya ada..."
"Di depan kita?"
Kedua gadis mengangkat kepala mendengar itu. Pandangan langsung terarah pada tempat yang ditunjuk Junpei.
Benar saja, dari sela tirai batang pohon yang lebat, tampak cahaya merembes keluar. Hutan itu habis di depan mereka.
Ketiga anak saling pandang sejenak. Sebelum Reina mengambil langkah pertama untuk mendekat.
Mata hitam mengernyit ketika matahari menyengat visinya. Reina refleks mengangkat tangan untuk menghalau sinar. Ternyata memang ada area terbuka. Pohon disana dibabat habis dalam satu radius besar.
Dan ditengahnya—
Pondok Kamiya Yoshito berdiri.
"Woah..." gumam Reina takjub.
Pondok itu kelihatan tua. Sangat tua. Kayu yang membangunnya tampak rapuh. Keropos termakan waktu. Reina melangkah ke halamannya dengan hati-hati. Dia tidak tahu hewan apa yang bersembunyi di ilalang dan semak belukar tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Local Shaman (A JJK Fanfiction)
Fanfiction"Aku ke Jepang untuk Olimpiade Sains, bukan mengatasi kutukan!" *** Hidup Reina Pratama Wulandari dekat dengan hal supranatural. Apalah dengan kemampuannya melihat makhluk aneh dan Kakek Buyut yang melatihnya untuk menghadapi mereka. Setidaknya dia...