-
Saat ini dikediaman velita tengah ramai dikarenakan ia mengadakan sebuah rapat dadakan. Permasalahan yang terjadi kian membesar, pabrik satu-satunya yang berdiri di desa itu telah menurunkan upah kerja nya hingga menyebabkan para buruh demo dan meminta keadilan. Velita memang merupakan seorang bupati di kabupaten pesisir barat, lampung.
“Para hadirin yang terhormat, sebelumnya saya mohon maaf pada kalian semua. Karna telah mengadakan rapat mendadak seperti ini. ada hal darurat yang ingin saya sampaikan pada kalian semua. Perusahaan kj'group tahun ini telah membayar buruh dengan upah yang sangat sedikit sehingga menyebabkan para buruh demo dan mogok bekerja. Saya telah mencoba menghubungi tuan kelvin tetapi dia-
“Mencoba terus, mencoba terus! Selama 2 Minggu ini anda hanya bicara mencoba dan mencoba. Tapi tak menghasilkan apa pun. Hanya berbicara mencoba dan mencoba yang bisa anda lakukan nyonya velita. Sekarang saya ingin tau, kapan anda berhenti berbicara mencoba itu nyonya velita? Kapan? Apakah sampai buruh-buruh ataupun keluarga nya kelaparan dahulu?!” pungkas purwanto dengan nada remeh memotong ucapan velita.
Velita baru ingin angkat bicara namun tangan kanan purwanto menyela. “Kenapa menanyakan pada dia? Pasti jawaban nya hanya 'mencoba' saja.” pria itu berucap seraya terkekeh remeh menatap velita.
“Apa maksud anda tuan morgana?” Bidik Indrawan, wakil dari velita. Bisa dibilang ia merupakan seorang wakil bupati kabupaten itu.
“Hei, mereka ini orang kaya. Jadi, mana mereka ngerti dan paham apa yang diderita oleh orang miskin. Percuma saja berdebat seperti ini, jika ujung-ujungnya tetap satu jawabannya yaitu 'mencoba'.” balas morgana.
“Tapi kalian coba dengar kan saya dulu, saya akan menjelaskan nya. Memang sudah beberapa minggu ini saya mencoba untuk menghubungi tuan kelvin. Dan tak ada jawaban dari beliau. Dan saya tidak berhenti untuk menghubungi tuan kelvin ini. Saya sedang berencana untuk -
“Sudah lah nyonya velita.” Lagi dan lagi Purwanto menyela ucapan velita. Kemudian pria paruh baya itu menatap seluruh orang-orang yang ber-ada disana. “Saya berjanji pada kalian semua. jika kalian memilih saya sebagai ketua pasti akan saya selesaikan semua permasalahan yang ada ini.” ucapnya terdengar sangat lantang.
Nora yang baru saja pulang dari rumah cio mengerutkan alisnya bingung tatkala mendengar keributan yang berasal dari ruang tengah. Dengan langkah cepat gadis itu menghampiri, memanggil tangan kanan velita yang berdiri di dekat sana.
“Stttt, sttttt.”
“Sttttttttt! Paman!”
“Astaga. Budeg banget ni tua bangka.” Sungut nya kesal.
“Stttttt, paman!” masi sama sang empu tak mendengar.
Nora menatap sekelilingnya, sebuah ide cemerlang hadir dikepalanya. Ia merobek sedikit majalah yang ada diatas lemari sudut. Kemudian meremasnya hingga menjadi buntalan kecil. Gadis itu kembali ketempat nya, dan melempar kan buntalan kertas itu pada sang pria paruh baya.
Pria paruh baya itu sedikit terlonjak dan menatap kearah sumber lemparan. Ia menaikkan sebelah alisnya.
Nora melambaikan tangan nya, menyuruh pria itu agar menghampiri dirinya.
“Ada apa nak?” tanya pria baruh baya itu setelah sampai.
“Apa yang terjadi paman? Kenapa ramai sekali disini. Ku dengar juga keributan-keributan tadi.” tutur nora seraya menatap Purwanto yang terus berbicara tanpa henti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Elenora
Fiksi RemajaIni adalah kisah seorang gadis berparas cantik bernama elenora. Yang terlihat sangat perfect dimata orang-orang. Tapi nyatanya, kisah hidupnya tidak lah se-perfect yang orang lain lihat. Hidup nya penuh luka dan lara. Sedari ia kecil hingga ia dewas...