Sahur Bareng

151 10 1
                                    

"Nis,bangun nduk,sudah ditunggu ayah sama bang Ilham didepan mau sahur"

Bunda membangunkan Nisa yang masih terlelap dalam mimpinya.

"Euh...emmm...iya bun"

Nisa bangun dan pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan membenarkan penampilan sebelum bertemu dengan ayah dan Abangnya.

"Lama banget sih dek,molor terus jadi cewek,"ucap Bang ilham saat melihat Nisa berjalan menghampirinya.

"Apaan sih bang, kemarin aja baik sekarang nyebelinnya kumat"jawab Nisa.

"Ya kamu sih mulai,udah tau mau sahur bareng malah molor keburu imsak nanti" balas bang Ilham pada Nisa

"Udah bang langsung berangkat aja yuk,lama nunggu kalian debat" ucap ayah.

Akhirnya mereka memilih untuk sahur di warung makan lesehan depan pesantren.warung makan yang cukup sederhana dengan menu yang sederhana namun memanjakan lidah.
Ayam panggang menjadi menu sahur mereka kali ini,segelas teh hangat yang dicampur dengan madu menjadi minuman wajib bagi ayah bunda dan bang Ilham namun tidak dengan nisa.gadis itu memilih susu hangat untuk sahur kali ini.

"Assalamualaikum...." Saat sedang menikmati sahur tiba tiba saja ada seseorang yang mengucap salam.

"Waalaikumsalam"ucap mereka serentak.

'Gus Faruq?

"Pangapunten Pak, bolehkah saya bergabung di sini,ditempat lain sudah penuh,menawi angsal Kula kaleh mas Ali badhe sahur wonten mriki" ucapnya.

"Masyaallah, Njenengan Gus Faruq to?Monggo Gus dengan senang hati Iya kan yah?" Jawab Ilham.

"Sek sek, njenengan Gus Faruq Blitar to?yang dulu tak pas kecil tak gendong?yang lengket sama saya?gak mau pisah maunya sama mbak Airin terus?" Tanya Bunda.

"Nggih saya Faruq, Masyaallah Kula mpun kesupen mbak,takdir Allah memang indah mempertemukan kita disini, terimakasih lho mbak Airin dulu sudah momong saya yang katanya sering rewel ini" ucap Gus Faruq.

"Assalamualaikum"

Kini gantian Gus Ali yang bergabung dengan mereka.sahur pada malam ini terasa sahur paling berkesan, kehadiran Gus Faruq dan Gus Ali menjadikan kebahagiaan tersendiri bagi mereka.bagaimama tak bahagia jika dapat akrab bahkan ngobrol dengan seorang keturunan kyai besar yang digadang gadang akan meneruskan perjuangan para ulama'.

Mulai dari Nostalgia Gus Faruq dengan Bunda,sharing Gus Ali dengan Ilham dan ayah,hingga beasiswa Ilham yang akan berangkat ke Mesir.

Bagaimana dengan Nisa?tentu saja hany menjadi pendengar.toh ia juga tak memiliki topik pembicaraan.'anak kecil diam aja',itu yang biasa dikatakan Ilham padanya saat ia bersama dengan Ilham dan teman temannya.

"Sebentar lagi adzan shubuh Gus,Monggo kembali ke pesantren" ucap ayah.

"Nggih, Monggo" jawab Gus Ali.

Baru beberapa langkah mereka menuju pesantren.langkah Nisa terhenti sejenak saat seseorang mengatakan sesuatu.

"Njenengan ampun Mendel mawon, sesekali berbicaralah bukankah njenengan bukan orang yang pendiam?jangan kaku sebab ada saya lah wong saya juga manusia biasa kok" ucapnya.

"nggih Gus, ngapunten" jawab Nisa.

sebenarnya Nisa bukan tak mau berbicara hanya saja ia tak tau mau berbicara bagaimana,secara beliau itu Gus nya dipesantren,putra dari kyainya mau ikut nimbrung takut tak sopan.

Namun tak bisa dipungkiri ia sangat senang ketika Gus Faruq menyampaikan hal tadi rasanya ia seperti diperhatikan.bolehkah ia merasa beruntung?dari sekian banyak santrinya ia adalah salah satu santri yang pernah mendapat perhatian dari Gus nya.

About SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang