35. Nothing Last Forever

5K 543 191
                                    

"I'm a gangster!"

Waktu seolah berhenti, membuat Bianca mematung dan tidak mengerti apa yang dikatakan Alex. Apa maksudnya? Apa benar pria selembut Alex yang bagaikan malaikat, bagaikan seorang pangeran adalah seorang gangster? Pria itu bicara apa?

"What?" tanya Bianca tidak mengerti.

Alex meneguk saliva, mencoba merangkai kata, namun kembali menutup mulut begitu melirik ke belakang tubuh Bianca, seolah baru menyadari sesuatu, ekspresinya berubah.

Bianca pun berbalik, kedua orang tuanya. Ia melebarkan mata. Apa mereka mendengar semuanya? Jantung Bianca berdebar kencang. Apa yang harus ia katakan sekarang? Bianca menahan napas.

"Kenapa, Bianca?" tanya Maya khawatir pada putri tunggalnya.

Bianca sedikit bernapas lega mengingat ibunya tidak bisa berbahasa Inggris, tapi ayahnya sedikit bisa. Bianca menatap ragu ayahnya yang melempar tatapan tajam pada Alex. Tentu saja, ayah mana yang tidak marah melihat putrinya menangis karena seorang pria? Pria mana yang berani-beraninya mematahkan hati anaknya? Danu melirik Bianca. "Kenapa kamu nangis?" tanya Danu. "Dia selingkuhin kamu?"

Bianca bernapas lega karena kedua orang tuanya tidak mengerti. Baru saja ia hendak menjawab, Alex mendahului, "Saya tidak." Bianca melotot menatap Alex menggunakan bahasanya. "Saya ke sini hanya ingin menjelaskan ah... salah paham."

Kedua orang tua Bianca sama terkejutnya dengan gadis itu karena pria berkebangsaan Amerika dapat berbicara Bahasa Indonesia, meski sedikit terdengar aneh karena tidak terbiasa. Tentu saja, itu nilai plus tersendiri di mata Maya, terlebih pemuda yang ada di dekat anaknya ini terlihat menjalin hubungan.

Maya menoleh pada anaknya. "Bianca nggak pernah cerita kalau dia punya pacar."

Bianca terdiam, tidak mampu menjawab. Ia tidak pernah berpacaran sebelumnya, ia takut akan respons orang tuanya, karena itu tidak berani membicarakan Alex pada mereka. Alex menoleh padanya, seolah menyimpan tatapan kecewa. Alex saja memperkenalkan Bianca pada keluarganya, tapi gadis itu tidak bicara apa-apa tentangnya. Alex tersenyum tipis. "That's all. I just can't let you sad to thinking what you're didn't," ucapnya. "I better go now." Alex melempar senyum paksa ke arah orang tua Bianca dan berbalik, meninggalkan rumah itu.

Tanpa sadar air mata Bianca mengalir, hatinya sesak. Tidak. Ia tidak mau Alex pergi, tapi tubuhnya seolah lelah. Lagi, apa maksudnya gangster? Ia tidak mengerti, tidak mungkin Bianca bisa menjalin hubungan dengan pria seperti itu. Ia ingin bertanya, tapi kedua orang tuanya berada di sekitar mereka.

"Alex," panggil Bianca yang sontak membuat pria itu berhenti dan berbalik. "I love you."

Alex tersenyum. "I love you too."

Bianca menangis, menatapi kepergian Alex. Sakit. Dadanya sakit. Ia tidak ingin berakhir seperti ini. Mereka saling mencintai, tapi mengapa tidak bisa bersama? Ia juga tidak bisa menjalin hubungan dengan seorang gangster, apa kata orang tuanya? Berakhir bagaimana? Ya, ia tidak mengerti apa pun maksud Alex tentang pria itu seorang gangster, tapi ia tidak ingin terlibat dengan orang seperti itu.

"Dia ngomong apa? Katanya I love you kok pergi?" tanya Maya heran. Ia pun melirik Bianca yang menangis. "Lah, malah nangis. Enggak ngerti Mama," keluhnya. Melihat anaknya hanya sibuk dengan isakkannya, Maya menjadi iba. "Mama sama Papa masuk dulu, ya," pamitnya ingin memberi Bianca ruang, membiarkan anak mereka menenangkan diri dan menumpahkan kesedihannya tanpa perlu ditahan.

Namun, Bianca terus mengusap air mata di wajahnya dengan isakkan memilukan. "If you love me, then why you let me go in the morning? You should be persuade me!" teriak Bianca karena Alex hampir masuk ke mobil, mencegah lelaki itu pergi. Setidaknya Bianca ingin menghapus keganjalan di hatinya, sebelum Alex pergi.

Innocent Prince [COMPLETE]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang