Extra Part I

5K 583 55
                                    

*Several Years Later

Alex membaca Memorandum of Understanding di tangan sambil mendengarkan wanita di depannya berbicara, menjelaskan cara kerja mereka yang sistematis, memastikan bahwa mereka dapat melakukan terbaik. Alex melirik kembali sosok di hadapannya. "Aku ingin mendapatkan laporan detail untuk mekanisme harga dan pasar."

Wanita berumur lima puluhan itu tersenyum tidak keberatan. "Tentu saja, Tuan. Kami tahu cara kerja para Mr. Stone. Not only as an investor," ucapnya paham dengan baik sambil bercanda.

Alex tersenyum menanggapi, lalu membubuhi surat perjanjian di depannya dengan tanda tangan. Pria itu memberikan satu di antara dua MoU itu untuk mitra barunya. "I'm here is not as Stone, but as Alexander. I said I didn't bring my company for this cooperation."

Wanita berambut pirang itu tertawa. "Ya, aku minta maaf, Mr. Stone."

Alex bangkit dari kursi, menjabat tangan mitra barunya. "Aku harus pergi sekarang. Besok siang aku akan datang untuk memeriksa."

"Baik, terima kasih, Mr. Stone. Selamat malam."

Alex merapikan jasnya seiring berjalan ke arah pintu untuk keluar dari perusahaan. Pria itu pun menaiki mobil sport-nya, memerintahkan bawahan hanya mengawasi dari kejauhan. Pria itu memutar setir, mengendarai mobilnya dengan tenang. Mengetuk-ngetuk satu jari di kemudi mobil, menikmati musik yang terputar.

Suasana malam begitu indah, kota metropolitan itu terlihat berkilau karena cahaya bangunan-bangunan raksasa pencakar langit dengan jalanan ramai. Para insan berlalu-lalang, membelah jalan di saat rambu lalu lintas menunjukkan lampu merah.

Alex kembali mengendarai mobil begitu lampu berubah hijau. Tidak lama setelahnya, ia menghentikan rotasi ban mobil. Ia melirik spion, menyisir rambut dengan jemari sekilas, sebelum keluar dari transportasi yang ia kendarai. Alex mengedarkan pandangan, menatap seorang pria yang langsung menghampirinya. Ia pun melempar kunci mobilnya yang disambut penuh hormat salah satu bawahan keluarganya itu.

"Selamat datang, Mr. Stone."

Alex hanya melempar senyum, berjalan dengan gagahnya memasuki Club terbesar di kota itu yang di mana pemiliknya adalah pamannya sendiri, Silvestro. Sapaan juga godaan ia dapati diberbagai sisi, namun ia meresponsnya hanya dengan senyuman tenang bak pangeran.

Dentuman musik mulai terdengar dan semakin jelas begitu kaki Alex melintasi jalan masuk. Ia dapat melihat para manusia bernari di lantai dansa, meliuk-liukkan tubuh mereka seirama dengan musik asik yang dimainkan. Di sisi lain, para insan duduk di depan table bar untuk minum. Namun, bukan kedua sisi itu yang akan didatangi Alex, pria itu pergi ke VVIP table yang sudah ia pesan, di mana para teman-temannya bercerita sambil menggerakkan kepala, menikmati bass nan berdentum.

"Our guest was here," gurau Kent sedikit berteriak karena musik yang cukup keras.

Alex tertawa, menggeleng tidak setuju. "No, you guys are guests, I own this place."

Kent, Adam, dan Angela tertawa mendengar balasan Alex. Kent merangkul Angela, meletakkan tangannya ke puncak sandaran sofa. "Aku memesan whiskey tua untukmu."

Alex tertawa lagi seiring melirik gelas whiskey di atas meja. Kent tahu ia tidak suka whiskey tua. "Damn, you wasted my money," guraunya yang ditertawai oleh mereka semua.

Kent tertawa keras. "Fuck you," umpatnya. "Even if I buy this place with your name, your money never run out." Ya, Kent bicara kebenaran, Alex bukan tipe pembuang uang seperti ayah, paman, dan para lelaki Stone lainnya, jadi tidak mungkin pria itu kehabisan uang di atas segala kekayaan yang ia punya. Meski harga whiskey tua lebih mahal dari minuman lain, tidak berarti hal itu membuatnya kekurangan 0.1% dari total keseluruhan uangnya.

Innocent Prince [COMPLETE]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang