Extra Part II

5.1K 627 142
                                    

Bunyi khas suara ketikan pada laptop, terdengar indah di indra pendengaran Bianca. Namun, gadis itu merasa sedikit letih atas pekerjaannya, memutuskan istirahat sejenak. Ia menyandarkan punggung, mengedarkan netra, mengamati ruang kerjanya yang baru. Besar, rapi, indah, monoton, dan sunyi.

Bianca melirik majalah di atas meja. Merasa butuh hiburan, ia mengambil majalah bersampul seperti biasa, Alexander Stone. Ya, pria itu menjadi sampul majalah bisnis setiap hari. Katanya, Alex merupakan wajah dari dunia bisnis. Bianca membuka lembaran pertama, di mana seperti biasa diisi dengan keunggulan bisnis keluarga Stone. Tidak ingin memikirkan Alex untuk saat ini, Bianca membalik halaman, di mana ia membaca perusahaan yang berkembang pesat beberapa tahun terakhir. Dari rumor yang beredar, perusahaan itu berusaha menyaingi perusahaan Stone. Namun tetap saja, Stone paling unggul.

Kring!

Ponsel Bianca berdering menandakan alarm mulai mengingatkannya atas keproduktifan waktu. Bianca mematikan alarm bertuliskan, 'An hour an investor will come!'. Bianca pun berdiri dari kursi kantornya. Gadis itu pergi mengecek hal-hal yang telah ia persiapkan sebelumnya, ruang meeting, beberapa karyawan yang menyambut, Office boy yang akan menyiapkan minuman juga camilan.

"Ms. Bianca," panggil Olivia selaku sekretaris baru bosnya. "Aku baru saja memesan konsumsi, tapi belum datang juga."

"Hubungi lagi, jika jawabannya belum memuaskan, kau datang sendiri," nasihat Bianca selaku mantan sekretaris bosnya.

"Baik, Nona."

Bianca menaikkan kacamata di hidungnya, memerhatikan beberapa tong sampah yang penuh. Bianca mengedarkan pandangan. "Leo, tolong kau bereskan tempat sampah dan kurasa kaca di ruang foto copy belum dibersihkan."

"Baik, Nona."

Bianca tersenyum karena merasa semuanya telah sempurna. Namun, begitu melintasi cermin, ia merasa ada yang janggal. Ia pun mundur lagi, memerhatikan apa yang salah. Bianca menatapi dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Astaga!" pekiknya menyadari dirinya tidak mengenakan blazer atau jas. Benar, ia baru saja menduduki jabatan penting tadi pagi.

Bianca melirik jam melingkar di pergelangan tangan, masih ada tiga puluh lima menit lagi. Bianca mengambil tasnya dan berlari keluar. Ia dapat melihat Olivia menangani konsumsi. "Katakan pada Mrs. Slawyer aku pergi membeli jas sebentar!"

"Baik, Nona."

Bianca berjalan cepat ke toko pakaian yang berada tidak jauh dari perusahaannya. Ia terus melirik arloji melingkar di tangannya, memastikan masih ada waktu. Ia memilih jas berwarna senada dengan rok spannya, indigo. Ia pun segera membayar dan pergi.

Langkah kaki Bianca kian cepat, melihat beberapa karyawan sudah berbaris menunggu investor penting mereka. Sementara Bianca langsung ke toilet, memasang jas barunya, tanpa lupa membuang price tag. Bianca menatap pantulan bayangannya di depan cermin, berantakan. Bianca mendesah kesal. Ia pun merapikan rambutnya, menebali lipstik merah dan mascara-nya.

Bianca pergi ke lantai atas untuk meletakkan tasnya ke ruangan. Setelah siap, ia kembali turun, pergi ke lantai dasar. Bianca mengulum senyum begitu melihat mobil berhenti tepat di depan pintu utama perusahaan. Bianca mempercepat langkahnya dan segera berdiri di samping Public Relations.

Sepatu mahal yang merk-nya sangat dikenal Bianca menapaki lantai begitu pintu mobil dibukakan. Bianca tercengang mendapati pria yang sangat dikenalnya keluar dari mobil. Bola mata Bianca membulat sempurna, namun ia tidak mampu berkata-kata. Bahkan, di saat karyawan lain menyambut, Bianca tidak mampu, lidahnya kelu.

Alex... —Bianca.

Pria itu melempar senyum formal, tidak menyadari keberadaan Bianca. Gadis itu menahan napasnya saking terkejutnya. Entahlah, jika sebelumnya ia berusaha kembali ke kehidupan Alex lagi, sekarang ia merasa tidak percaya diri. Pria itu terlalu di luar jangkauan, menyilaukan, berkarisma, penuh pesona, dan tidak tersentuh.

Innocent Prince [COMPLETE]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang