07

76 12 7
                                    

07 - ARC 2 / PART 03
PENGAKUAN


"Itulah... Kebenarannya...".

Sou seharusnya tidak bertanya lagi kenapa itu dan sepertu itu. Nafsu memakannya untuk menghabisi orang di depannya.

bila ia tak punya moral, ia sudah dari tadi melakukan sesuatu.

Itu adalah... Hal terlarang seperti membunuh bukan hal yang rumit. Asalkan dia bisa membereskannya tempat kejadiannya saja...

Oh, ia tahu cara membereskannya. Secara dia sudah beberapa kali turun dan melihat aksi orang gila yang hobi membunuh.

'Kenapa jadi sadis begini...,' batin Sou.

Padahal pelaku di depannya lebih sadis.

Bau anyir tadi berasal dari tas yang isinya potongan organ tubuh. Di dalam organ tubuh itu terdapat narkotika.

Hanya menyimpulkan dari isinya yang berceceran saja.

"Aku tak akan berpanjang lebar lagi sebenarnya, namun...," Sou jeda sejenak. "Aku kecewa berat kepadamu."

Kecewa berat, sangat.

Bila pun kata yang bisa mengganti berat menjadi "lebih berat", Sou akan mencari kata yang jauh lebih berat lagi.

Mata dari Si Pelaku menyesal.

Ada yang mengguncang diri dalamnya tapi ia teguh pada pendiriannya. Ia atau Sou, tak akan memaafkannya tanpa keadilan yang pasti.

"Tuan Hatoyama!"

Beberapa orang personil polisi memasuki parkiran B3. Disusul oleh 2 buah mobil yang satunya adalah mobil untuk Sou tumpangi bersaka pelaku.

"Ah, kamu yang kemarin," Sou pun tersenyum. "Terimakasih banyak."

"Kamu" memberi hormat, "Tidak perlu begitu, Tuan Hatoyama! Ini sudah tugasku!"

Tugas.

Sekarang Sou hanya perlu dengan resmi menangkap pelaku. Tangan kanannya menerima borgol yang "kamu" berikan.

Toh ini bukan lagi antar agen rahasia dan musuhnya. Melainkan warga sipil, agen, dan juga kepolisian.

"Black-," Sou berhenti. Mengigit bawah bibir. "Maksudku adalah, Dasoku-san."

"Click."

Sou memasang borgolnya.

"Kau ditangkap atas percobaan pembunuhan dan pembunuhan itu sendiri," ucapnya.

Dasoku memasang senyum pasrah di wajahnya, "Miranda warning-nya mana * ?"

Sou hanya diam terlebih dahulu. Ia memasukan Dasoku ke mobil yang telah disediakan polisi.

Ia membuang mukanya setelah duduk di sampingnya.

"Itu bukan urusanku."

7150 DAYS : DystopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang