02

82 16 17
                                    

02 - ARC 1 / PART 02
KASUS

---

"-Tidak."

Tidak. "Dia" sudah tahu, sekarang "Four" sedang mengulas senyuman manis di wajah.

Benar-benar orang yang licik. Dari kejauhan pula "Four" tahu kalimat itu yang dipikirkan "Dia" setelah mendengar ucapannya "Four".

"Dia" pun menghela napas, "Tentu saja, itu keinginanmu sejak lama."

"Ia baru 3 tahun di organisasi ini," cetus "Four". "Apa kau tidak punya rasa kasihan kepadanya?"

"Tidak."

"Four" tersenyum, "Menyebalkan."

"Bukankah itu sudah resiko sejak awal?" benar-benar, "Four" hanya bisa terkekeh mendengarnya. "Kau seniorku, "Four"...".

"Aku tahu," jawabnya. "Karena itu, sebagai senior, jangan pernah kau, juniorku, mengecewakanku ya."

"Kurang ajar, memainkan posisi."

"Kau yang membawanya duluan."

Tawanya "dia" pecah di tengah langit malam. Pula dengan tawa Si "Four" yang ada di ruangannya. Ia, "Four", menyender di kursinya.

"Awasilah mereka dari jauh," ucap "Four". "Itu perintahku."

"Untuk saat ini?"

"...Untuk saat ini," jedanya. "Akan kukabari bila ada perintah lanjut."

"Tetap waspada, bisa saja itu salah satu dari pihak "mu"...".

"Baik, dipahami."

"Four" memutus panggilan itu, dia menatap langit-langit ruangannya. Menghela napas dengan panjang. Sudah berapa kali ini-"Four" tak bisa tenang.

'Tentu saja...,' batinnya. 'Kau akan langsung memahami perintah itu, "nama julukan"...'.

Sesosok pria tersenyum bersama pria lainnya. Betapa cerahnya dua orang yang tersenyum itu. "Four" mengambil fotonya, iri pula iba menjadi satu dalam tatapannya.

'Karena itu aku tidak heran, kau mirip dengannya...'.

*****

[ Rumah Sakit Universitas Tokyo - 16 Agustus 2021 ]

Sudah pukul 4 pagi.

Sou meregangkan badannya, dia lelah. Matanya berat untuk dibuka, ngantuk.

Ditanyai oleh dua orang polisi semalam suntuk membuat pikirannya lelah. Apa lagi ia harus membuktikan alibinya.

Ah-banyak sekali keluhannya...!

Ia akui ia sudah tidak terbiasa dengan hal ekstrem yang pernah ia lakukan.

Ia tidak pula sebugar masa remaja, yah walau baru 22 tahun.

Sou ingin memudarkan kantuknya ini. Ia pergi ke lorong rumah sakit yang terhubung dengan kantin. Tak jauh-jauh dari ruang tunggu operasi, hanya 30 meter.

Kedua matanya melihat vending machine. Isinya... Ah! Kopi hitam kaleng! Pilihan yang bagus~! Sou pun mengambil beberapa keping koin.

"Maaf karena melibatkanmu, Sou."

7150 DAYS : DystopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang