Jam sudah menunjukan pukul 17.35 tapi anak gadis keluarga Pravda itu belum juga menunjukan tanda-tanda pulang ke rumah. Padahal sudah tiga jam sejak jam pulang sekolah, tapi gadis itu iuga tidak memberi kabar apapun. Gatra sebal, sebab ia pasti akan di omeli oleh maminya jika sampai maminya tau Ivona belum pulang sekolah.
Dengan alasan Gatra tidak menjaga Ivona dengan baik. Walaupun nyatanya memang begitu.
Bolak-balik Gatra melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Mendengus sebal, Gatra mengambil jaket hitam miliknya, tak lupa mengambil kunci motor yang ada di meja belajarnya. Dengan tergesa, ia menyalakan mesin motornya dan segera mengendarainya meninggalkan halaman rumah.
Sesekali Gatra meneliti motor orang-orang yang terparkir di sepanjang jalan, siapa tahu gadis itu mampir ke suatu tempat. Gatra menggeram kesal, ia sudah mengendarai motor jauh dari rumah, tapi masih belum ketemu juga dengan gadis itu. Gatra meminggirkan motornya ke tepi jalan, merogoh Hp dari dalam sakunya.
Tut, tut, tut...
Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi.
"Sialan!" umpat Gatra.
Gatra mengedarkan pandangannya, dan Gotcha. Ia sangat mengenali motor sport hitam yang sama dengan miliknya itu. Lantas Gatra segera mendekat ke supermarket itu, memarkirkan motornya tepat disampingnya.
Sementara gadis marshmallow itu keluar dari supermarket dengan menenteng 2 kresek belanjaannya. Tak lupa dengan permen lolipop yang ada dalam mulutnya. Ivona tersentak ketika seseorang mencekal tangannya dengan sengaja.
"Pura-pura nggak lihat, hm?" tanya Gatra menaikkan salah satu alisnya.
Ivona menyengir. "Hehe... Kok kakak ada disini sih? Ngikutin Ona ya?" tuding Ivona.
"Hayo ngaku!" goda gadis itu.
"GE–ER!" tukas Gatra.
"Ck, padahal Ona udah seneng loh kalau kakak khawatir sama Ona. Mmm– tapi yaudah deh kalau kakak nggak mau ngaku."
Berlagak marah, Ivona memilih untuk menaiki motornya. Menghidupkan mesin motornya tanpa berniat berpamitan dengan Gatra. Sudah ketahuan khawatir masih nggak mau ngaku juga, dasar Gatra.
"Ck, ayo pulang! Ngapain masih diem disitu?" lagi-lagi Ivona berdecak sebal menyadari bahwa kakak nya itu masih diam saja di tempat.
"Lo duluan!"
"Emang kakak mau mampir kemana dulu?" mata Ivona memicing menaruh curiga pada kakaknya itu.
"Gemilang." jawabnya singkat.
Membuang jauh-jauh pikiran negatif terhadap kakaknya akhirnya Ivona mengangguk percaya. Ia mulai menjalankan motornya menjauh dari supermarket tersebut. Begitu pula dengan Gatra, sepeninggal Ivona, ia juga langsung menjalankan motornya pergi dari sana.
Gatra memang hendak pergi ke rumah Gemilang, tapi bukan untuk menemui Gemilang, melainkan salah satu diantara keluarga Gemilang.
–GATRA–
"Assalamualaikum."
ucap laki-laki tampan itu ketika memijakkan kakinya ke dalam rumah. Dahinya berkerut bingung, tumben sekali orang tua dan juga adiknya jam segini masih berkumpul di ruang keluarga.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarrakatuh." jawab penghuni rumah itu dengan kompak.
"Eh– anak mami baru pulang, kebetulan banget nih. Sini kak duduk di samping mami." Mami Oca menepuk sofa disampingnya. Menyuruh putranya itu untuk duduk di sampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GATRA
Ficção AdolescenteGatra pragata pravda. Sebut saja ia prince of ocean. Gatra itu gambaran nyata dari samudra. Dapatkah kita menjabarkannya? Samudra itu ketenangan, ia dalam, ia indah, ia elok, ia luas, namun siapa sangka? Samudra yang tenang pun menyimpan berjuta mis...