6 | GATRA

14 1 0
                                    

Setelah menjalani perawatan intensif di Rumah sakit, akhirnya Ivona sudah di perbolehkan untuk pulang ke Rumah. Tubuhnya masih terasa lemas, tapi alerginya kini sudah mulai membaik. Ruam merah di tubuh gadis itu juga sudah tak terlihat lagi. Tapi Ivona harus berhati-hati, sebab tenggorokannya bagian dalam masih mengalami pembengkakan.

Setelah menuntun Ivona sampai ke mobil, Gatra kembali masuk ke dalam Rumah sakit untuk mengurus biaya administrasi. Gatra mendesah kecewa, uang tabungannya tidak cukup untuk membayar biaya keseluruhan perawatan adiknya selama berada di Rumah sakit.

Sebenarnya cukup-cukup saja jika ditambah dengan uang saku yang kemarin sudah di transfer oleh papinya. Ah—ya sudahlah yang penting adiknya sudah sehat sekarang. Masalah uang biar Gatra pikirkan nanti. Meskipun Gatra anak konglomerat, tapi tetap saja ia tak mau papi maminya harus turun tangan karena hal ini. Ini salahnya, ia juga yang harus bertanggung jawab.

Gatra ikhlas melakukan ini untuk Ivona. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, Gatra buru-buru kembali ke mobilnya.

Baru ia membuka pintu mobil, ia sudah disambut oleh senyuman manis adiknya. Hati nya mendadak menghangat melihat itu. Entah kenapa, Ivona seakan bisa dengan mudahnya mengendalikan mood dan perasaannya.

Apa Ivona sudah tak marah lagi padanya?

"Mau sesuatu?" tanya Gatra.

Ivona menggeleng lemah, apa ia harus sakit seperti ini agar kakaknya mau peduli dengannya? Ia menatap sendu Gatra, matanya tiba-tiba berkaca-kaca begitu saja mengingat perlakuan kasar kakaknya.

Lo nggak mau gue pergi, tapi kenapa lo juga nggak ngebiarin gue tinggal? Lo curang, Ga.

"Hei, jangan ngelamun."

Ivona menggeleng lagi, ia tersenyum paksa. Jelas, Gatra tau Ivona tersenyum masam. Ia sangat benci adiknya yang berlaku pura-pura bahagia di depannya.

Tetep jadi Ivona yang gue kenal ya, Na. Tunggu sampai gue nemu waktu yang tepat.

"Ayo pulang kak." ucap Ivona lirih.

"Lo udah nggak marah?" Bukannya menuruti ucapan Ivona, Gatra malah balik bertanya pada adiknya itu. Jujur saja Gatra masih penasaran.

"Kapan Ona marah sama kakak?"

"Ya—kemarin. Gue udah kasar sama lo, gue juga yang buat lo masuk Rumah sakit. Gue hampir bunuh anak orang. Gue jahat banget sama lo ya, Na?"

"Tapi kak Gatra juga kan, yang bawa Ivona ke Rumah sakit? Kakak juga yang rawat Ivona sampai sembuh. Itu tandanya kakak bukan orang jahat. Kalau kakak orang jahat, kak Gatra gak perlu repot-repot tanggung jawab." sanggah Ivona dengan suara yang lebih mirip seperti orang yang sedang berbisik.

Gatra terhenyak. Salah apa adiknya selama ini? Mengapa sampai saat ini ia masih belum bisa menerima kehadiran Ivona? Padahal ia selalu menghalalkan segala cara untuk mengusir Ivona dari dalam hidupnya. Tapi nyatanya, hati dan otaknya bertolak belakang.

Setiap Gatra berusaha menyakiti gadis itu, malah hatinya sendiri yang ikut merasakan sakit. Seolah tak tega dan tak rela sampai adiknya merasakan kecewa terhadapnya.

"Tapi gue benci lo, Ona." tandas Gatra.

Jelas. Ivona mendengar jelas perkataan kakaknya. Ia hanya bisa tersenyum masam, lagi pula ia sudah biasa kan seperti ini?

"Ona juga kak." balas Ivona.

Pupil matanya melebar mendengar kata yang terucap dari mulut gadis itu. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Gatra mencengkram erat setir mobilnya. Ia kembali menetralisir rasa sesak dalam dadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GATRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang