Gatra berkali-kali mengumpati dirinya sendiri. Ia tak bisa duduk tenang di bangkunya. Sejak pertengkarannya dengan Ivona di kantin tadi pagi. Ivona memang sering menangis tapi biasanya gadis itu hanya menangis pura-pura, alias mengerjainya saja. Ia sangat paham dengan pola pikir adiknya itu. Tapi kali ini sepertinya Ivona memang benar-benar sakit hati.
Ah tidak! Mana mungkin. Ivona kan anaknya usil, siapa tahu saja itu hanya akal-akalan nya saja. Tapi yang membuat Gatra bingung, terdapat bintik-bintik kemerahan di wajah adiknya, serta ruam-ruam kemerahan di tangan Ivona. Apa gadis itu tidak mandi tadi pagi?
Penasaran. Gatra tak tahu kemana Bagas membawa Ivona pergi, tapi harusnya Bagas mengabarinya. Argh— memikirkan Ivona membuatnya frustasi.
Faktanya, di Sekolah ini tidak ada yang tahu bahwa ia dan Ivona adalah adik kakak. Gatra selalu menolak keras fakta itu. Gatra tak pernah membiarkan keluarganya mengatakan hal itu di muka umum.
Sebagai orang tua tentu saja Harris dan Oca tak menyetujui hal tersebut. Namun Gatra selalu mengancam, putra sulungnya itu pernah kabur dari rumah hanya karena mereka lebih membela Ivona dari pada Gatra. Gatra memang se—sensitive itu.
Seolah Gatra tak mau jika ada yang merebut posisinya di Rumah itu. Padahal jelas keduanya berbeda.
Lambat laun Gatra mulai acuh, setidaknya ada rasa iba ketika ia berbuat hal buruk pada adiknya itu. Gatra mulai membiarkan Ivona berbuat semaunya, asal itu tidak merugikan dirinya.
Meskipun Gatra membebaskan Ivona sebab ia tau bahwa Ivona sudah dewasa, namun nyatanya Gatra tak selepas itu. Ia diam-diam selalu memperhatikan Ivona dari kejauhan. Ia tahu Ivona itu gadis keras kepala, tengil, songong, tidak mau kalah, ambisius, dan juga egois. Tapi Gatra juga tak bisa lupa bahwa Ivona adalah seorang wanita, se—keras apapun Ivona, ia tetap lah gadis cengeng dan juga manja.
"Ga, sore nanti kita ada latihan renang. Jangan bolos lagi." ucap Gemilang memeringati.
Gatra nampak berpikir sejenak, namun kemudian ia mengangguk mengiyakan.
"Gue mau minta tolong sama lo Ga," ujar Gemilang lagi.
"Apa?"
"Tolong tetap ada di samping dia sampai dia sembuh. Gue belum bisa lepasin dia gitu aja, gue takut kejadian itu terulang lagi."
Gatra tentu tahu siapa yang Gemilang maksud. Tapi kali ini Gatra tak tahu harus berbuat apa, tapi mengingat sifat Gemilang yang selalu baik padanya membuatnya menyetujui apapun yang Gemilang mau, termasuk menjaga dia yang dimaksud oleh Gemilang.
"Oke."
Gemilang tersenyum lega. Gatra memang bisa diandalkan. Sahabatnya itu tak pernah mengecewakannya.
—GATRA—
"Hatchim— hatchim... "
Ivona mengucek hidungnya lagi. Lelah, Ivona merasa badannya sakit semua. Sudah berulang kali ia mengalami bersin-bersin, rasa mualnya juga masih terasa. Namun kini sudah sedikit membaik karena ia sudah meminum obat anjuran dokter.
Berguling ke kanan kiri, kadang telungkup, kadang juga terlentang. Ivona merasa frustasi sekarang. Hidungnya benar-benar tersumbat, ia kesulitan bernafas. Ia mengecek jam pada ponselnya, sepertinya kakaknya belum pulang sejak jam pulang sekolah.
Ia mengirimkan pesan untuk kakaknya itu, semoga kali ini Gatra membacanya. Tidak asal menghapusnya seperti kemarin. Ivona mendengus mengingatnya, Gatra memang kejam.

KAMU SEDANG MEMBACA
GATRA
Novela JuvenilGatra pragata pravda. Sebut saja ia prince of ocean. Gatra itu gambaran nyata dari samudra. Dapatkah kita menjabarkannya? Samudra itu ketenangan, ia dalam, ia indah, ia elok, ia luas, namun siapa sangka? Samudra yang tenang pun menyimpan berjuta mis...