"Nuwun sewu Pak, niki tugas June"(permisi Pak, ini tugas saya)
Seorang pria dengan seragam yang berbeda datang melalui pintu kelas XII IPS B. Bisa dibilang orang itu sangat sopan dan santun dari bicaranya. Ia memberikan beberapa buku catatan dengan sampul cokelat di meja depan guru berkaca mata sambil membungkuk. Memberikan senyuman lembutnya dan guru didepannya pun ikut tersenyum membalas.
"Bai kulo pundut tugase, Sampun wis ngerti kabeh ruangan kelase ing sekolah iki June?"
(Baik, saya ambil tugasnya. Sudah tau kan semua ruangan kelas di sekolah ini June?) Tanya Pak Andi selaku guru bermata pelajaran Bahasa Indonesia.
"Matur nuwun Pak, kulo wis ndeleng meh kabeh kamar, lan wingi mubengi karo kanca June"
(Iya Pak, saya sudah melihat hampir ke semua ruangan, kemarin saya keliling dengan teman saya) jawab siswa tersebut halus.
"Apik, mengko kowe mlebu kelas ya, Bapak pengen mulang kelas iki luwih dhisik"
(Bagus, yasudah kamu masuk ke kelas kamu ya. Saya mau ngajarin kelas ini dulu)
Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh guru di depannya, siswa itu melangkahkan kaki menuju pintu. Namun pada saat ia menyentuh engsel pintu dan membukanya, tiba tiba terdengar suara orang yang terjatuh dengan keras didepan pintu.
–Gdubrak!!
"Anjeeng!"
Seluruh beberapa pasang mata, di kelas yang berjumlah 26 orang menatap pada saat pintu terbuka lebar. Siswa yang dipanggil June oleh guru itupun terkejut. Ketika melihat seorang siswa laki laki dengan keripik kentang ditangan kirinya dan mulut yang sedikit terbuka. Tidak, bukan pertolongan melainkan gelak tawa dari seisi kelas, sungguh memalukan.
"Hahahahha!"
"Hanif! Kamu ini ngapain?!" Pak Andi spontan berdiri dari tempat duduknya saat melihat siswa dikelasnya terbaring dilantai begitu saja.
"Ya jatuhlah pak, saya ngapain lagi?" Hanif memejamkan matanya merasakan sensasi sakit yang berdenyut dibagian pantatnya. Ia menengok sisi lantai ternyata memang masih belum kering.
"Ah asu" ujarnya kelepasan.
"Kamu bilang apa toh Hanif?"
Kini guru itu menghampiri Hanif yang masih diposisi berbaring. Salahkan Hanif yang mengumpat tidak melihat sikon.
"Anu pak, susu susu!"
Rintihan Hanif masih menahan kesakitan, saat ia mencoba untuk berdiri.
"Ini loh pak susu tumpah" Hanif menunjuk lantai yang masih kelihatan basah pada gurunya.
Dengan menurunkan kaca matanya, Pak Andi melihat lantai yang memang belum kering. Melirik Hanif yang masih mencoba berdiri, juga lantai bergantian.
"Poin dikurangi 20"
"Apa pak? Aduh pantat saya sakit pak masa dikurangi"
"Kamu telat Hanif, tidak ada toleransi, cepat bereskan keripik kentangmu. Push up 20 kali, lalu cepat duduk dibangkumu. Mau dikurangi lagi jadi 40?"
Suara Pak Andi terdengar menyeramkan bagi Hanif, ya ia langsung cepat cepat berdiri walaupun masih menahan sakit, memegang pantatnya sekarang. Namun balasan dari pada teman teman sekelas yang masih menertawakan dirinya membuat ia ingin mengumpat. Tidak boleh, jika ia mengumpat poin akan dikurangi lagi.
Tak terasa memang, pada saat berjalan memasuki pintu Hanif baru menyadari ada orang sedari tadi didepan pintu. Dengan kaki yang kaku berjalan, melihat anak itu dari atas hingga bawah, memperhatikannya. Sepertinya ia baru ingat jika anak itu bukan dari sekolahnya, buktinya dari seragam yang berbeda dengan seragam miliknya, mungkin murid baru? Tunggu tunggu, wajahnya juga asing namun ia seperti pernah melihatnya sebelumnya. Siapa? Batinnya bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate - Junela And Hanif (Renjun Dan Haechan) Lokal
Fiksi RemajaHanya berkisah soulmate yang dipertemukan oleh takdir mungkin. Sebenarnya dia masih penasaran apa itu soulmate...bukannya hanya sebuah kata ya? Maksudnya kata yang tak bermakna apapun. Jelas saja itu hanya sebuah kata, bukan sesuatu yang spesial men...