Prolog

111 24 4
                                    

Dalam sekejap. Hancur. Hancur berantakan. Hancur kebahagiaannya, hancur sudah hatinya, hancur semua harapannya untuk kesekian kalinya. Runtuh pertahanannya selama ini.
Dan lagi, semuanya hanyalah mimpi. Semuanya hanyalah harapan yang tidak akan pernah bisa ia capai. Semuanya hanyalah PALSU.

"Kenapa? Mengapa kau melakukan ini padaku? Kenapa harus aku?"

"Tidak ada alasan."

"Setelah semua yang kau lakukan padaku selama ini. Kau hanya berkata tidak ada alasan?" Ucap gadis itu sambil menahan buliran air agar tidak keluar dari pelupuk matanya.

Pria itu mengangguk. "Ya, karena semua yang kulakukan padamu hanyalah sebuah kebohongan dan penuh kepalsuan."

Sontak rasanya ia tidak dapat bernafas, seolah udara disekitarnya hilang ditelan bumi. Nafasnya tercekat.

"Lalu, apakah kau sama sekali tidak pernah mencintaiku bahkan hanya sedetik?" Tanyanya lanjut sembari tersenyum miris.

"Ya, karena bagiku semua tentangmu tidak ada yang berharga untukku. Dan ingatlah bahwa aku mencintai wanita lain bukan dirimu."

Runtuh sudah pertahanannya. Air mata yang ia tahan keluar begitu saja dan turun dengan lancarnya membasahi pipinya.

"Bajingan."

"Aku? Ya."

"BRENGSEK. DASAR BEDEBAH." Umpat gadis itu dengan isakan tangisnya yang terdengar sangat memilukan yang tak dapat ia tahan lagi. Hancur, semuanya yang ada dalam dirinya hancur berkeping - keping.

Mengapa semua hal ini terjadi padanya. Apa alasannya. Mengapa ia tidak tau alasannya. Tolong. Hanya sesaat, biarkan dirinya dapat merasakan cinta yang tulus dan sebuah kebahagiaan.

Biarkan ia bahagia, biarkan air matanya tidak keluar membasahi pipinya, biarkan hatinya tidak merasakan sakit, biarkan hidupnya tidak merasakan yang namanya penderitaan.

Sakit. Sangat sakit. Perih. Hatinya berdarah, hatinya bernanah, hatinya tak dapat diperban, hatinya tak dapat diperbaiki lagi. Sungguh, ia sangat ingin mati.

***

BLESSEDNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang