Chapter 3 - Dating

30 7 0
                                    

Seperti hari biasanya di malam hari, Haerin sedang berjalan dengan gembira sembari bersenandung ria dan menendang-nendang batu kerikil yang ada di hadapannya dan tak lupa dengan senyuman lebar yang terpatri di wajahnya.

Bagaimana bisa ia tidak tersenyum senang setelah ia baru saja mendapatkan gaji hasil pekerjaannya di minimarket sebulan ini dan ia juga mendapatkan bonus lebih dari bosnya itu, ia beruntung karena bos nya yang sangat baik hati sudah memberinya bonus lebih berupa uang. Dan tidak hanya itu yang membuatnya senang, gajinya di cafe bahkan dinaikkan meskipun tidak banyak tapi ia sudah sangat senang karena gajinya naik juga pada akhirnya. Keuntungannya bertambah berkali-kali lipat hari ini.

Dirinya sungguh beruntung hari ini. Tapi ia tarik kembali kalimatnya yang baru saja terlintas dipikirannya. Sungguh pria itu muncul lagi di hadapannya.

"Sepertinya hari ini kau sedang bahagia," tuturnya.

"Tapi bahagiaku baru saja sirna setelah melihat wajahmu."

"Kenapa kau ketus sekali, nona."

Haerin kembali kesal karena pria itu, ia pikir Chanyeol tidak akan datang dan mengikutinya lagi. Ia sungguh bersyukur melihat pria itu tidak muncul beberapa hari ini. Namun lagi-lagi harapannya pupus.

"Kenapa kau muncul lagi di hadapanku? Bukankah selama beberapa hari ini kau tidak ada? Lalu mengapa kau muncul lagi di hadapanku? Padahal aku berharap kau tidak muncul sama sekali." Gumam Haerin dengan santainya tanpa memperdulikan hati Chanyeol yang akan sakit saat mendengarnya. Ia juga tidak yakin jika hati pria itu akan sakit saat mendengar perkataannya. Jadi ia ceplas-ceplos saja saat bicara. Ia sama sekali tidak perduli.

"Benarkah kau tidak mengharapkanku datang sama sekali? Padahal kupikir kau akan mencariku." Jelas Chanyeol mengatakan persepsinya.

Haerin berdecak sambil tetap berjalan lurus tanpa memandang pria itu. "Ck. Kau sangat percaya diri sekali."

Karena melihat Haerin yang seolah tidak menganggapnya ada, tiba-tiba saja Chanyeol menautkan jemarinya dengan jemari Haerin tanpa persetujuan gadis itu. Yang membuat si empunya kesal dan berusaha melepaskan genggaman Chanyeol meskipun ia tau tenaga pria itu pasti sangat kuat, namun ia tidak akan menyerah untuk melepaskan tangan Chanyeol dari tangannya.

Tapi lagi-lagi akhirnya ia akan tetap kalah karena Chanyeol malah balik menggenggam erat tangannya. Yang mau tidak mau Haerin membiarkan tangannya digenggam oleh pria itu. Membuat Chanyeol tersenyum menang karena Haerin mengalah juga pada akhirnya.

"Lain kali kau harus menatap lawanmu saat bicara. Sekalipun lawanmu itu orang yang kau benci dan tak ingin kau pandang." Titah Chanyeol.

'Aku salah lagi.' Pikir Haerin.

Setelahnya tidak ada lagi yang mengeluarkan suara, mereka hanya berjalan berdampingan di bawah langit yang dipenuhi banyak bintang dan ditemani oleh lampu jalan, dengan tangan mereka yang masih saling bertautan. Dan jika dipikir-pikir tangannya sudah lama tidak digenggam sehangat ini. Terakhir kali yang menggenggam tangannya dengan hangat waktu itu adalah kekasihnya dulu, pria yang ia cintai.

Tangan yang sedang ia genggam ini sangat hangat sama persis dengan genggaman tarakhir kali yang ia rasakan. Haerin merasa tidak ingin cepat sampai ke rumahnya, ia tidak ingin melepaskan genggaman pria ini. Rasanya sungguh hangat dan menenangkan hatinya.

Tidak terasa cepatnya waktu bergulir, membuat Haerin tidak sadar jika ia sudah tiba ke rumahnya. Dan kenapa ia malah berharap rumahnya itu masih jauh. Ia sungguh sudah sangat gila hanya karena genggaman pria itu.

"Masuk dan segeralah tidur." Perintah Chanyeol saat sudah sampai di depan pintu rumahnya.

Haerin pun segera melepaskan tautan tangan mereka. Dan segera berjalan masuk ke dalam rumahnya. Tapi saat ia memegang dan ingin membuka knop pintunya pria itu malah memanggilnya. "Park Haerin tunggu."

BLESSEDNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang