Chapter 8 - He disappeared

18 8 2
                                    

Haerin melangkah keluar dan berdiri diam di balkon kamarnya sembari mendongak memandangi langit malam.

Sejak kecil ia sangat suka memandang langit malam, karena sangat indah saat langitnya dipenuhi banyak bintang yang bercahaya. Dan entah mengapa malam ini bintangnya malah tidak memunculkan dirinya sama sekali, sedangkan dirinya mengharapkan ribuan bintang memenuhi langit itu.

Entah kenapa yang ia harapkan selalu tidak terjadi seperti saat ini dirinya sedang mengharapkan bintang itu muncul, namun bintang itu malah menyembunyikan dirinya. Termasuk harapannya akan kehadiran pria yang ia rindukan agar berada dalam penglihatannya, hal itu juga tidak terwujud.

Haerin menghubungi nomor Chanyeol namun lagi-lagi nadanya tidak tersambung. Ya, sudah hampir dua minggu ini pria itu menghilang tanpa kabar apapun dan nomornya juga tidak dapat dihubungi sama sekali.

Ia sudah pergi ke apartemen dan rumah besar pria itu namun tidak ada yang tau dengan keberadaan Chanyeol. Ia bahkan sudah pergi ke club dan bertanya orang yang berada disana. Namun, lagi-lagi tidak ada yang tau tentang keberadaan kekasihnya itu.

Ia sangat merindukan Chanyeol. Ia juga khawatir pada pria itu. Ia sangat mengharapkan kekasihnya muncul di depannya sekarang juga.

Haerin menghembuskan nafasnya panjang seraya memeluk tubuhnya sendiri karena udara malam yang dingin mulai menusuk kulitnya sampai gadis itu tidak mampu lagi menahan dinginnya udara malam yang menghembus tubuhnya membuat Haerin memutuskan kembali ke kamarnya menutup tirai dan berbaring di ranjangnya. Lalu menutup matanya secara perlahan setelah berdoa agar prianya kembali.

***

"Oi! Park Haerin. Bangun, ini sudah siang. Jangan bermalas-malasan. Kau mau seperti dulu lagi ya?" Teriak Jiwon dengan kesal. Jiwon tau jika temannya itu sedang putus asa mencari keberadaan orang yang dicintainya itu.

"Diamlah. Ini hari libur, jadi aku bebas jika ingin bermalas-malasan. Aku juga sedang lelah dan mengantuk. Jadi sana, jangan menggangguku." Sahut Haerin sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Terserah kau saja. Kalau begitu aku pulang, ibuku membuat makanan tadi pagi dan teringat padamu jadi dia menyuruhku membawakannya untukmu. Aku menyimpannya di meja dapur. Kau harus memakannya."

Setelah terdiam beberapa saat untuk memastikan Jiwon keluar dari kamar hingga pintu rumahnya, Haerin langsung menyingkap selimutnya dan melangkah keluar. Ia hanya pura-pura masih mengantuk tadi, karena ia tidak mau temannya itu mengomelinya seperti ibu-ibu. Telinganya bisa tuli jika mendengarnya terus-terusan, dan ia juga tidak mau ditanyai oleh Jiwon tentang Chanyeol. Jadi ia memilih untuk menghindar dari temannya untuk sementara waktu.

Gadis itu duduk dan melahap makanan yang Jiwon beri barusan. Sudut bibir Haerin tertarik sedikit setelah merasakan suapan pertama masakan ibu Jiwon selalu enak dilidahnya, tidak pernah mengecewakan. Sembari mengunyah gadis itu memutuskan untuk menghubungi seseorang.

"Oh Haerin-ah, ada apa meneleponku?" Tanya lembut wanita di seberang sana.

Bukan menjawab, Haerin malah balik bertanya. "Apa eonni sedang bekerja? Apa eonni sibuk?"

"Ya, aku sedang bekerja. Tapi aku bisa keluar sebentar. Memangnya ada apa?"

"Aku ingin bertemu dengan eonni sebentar, apakah bisa?"

"Tentu saja, nanti kirim saja pesan padaku dimana alamatnya."

"Ya, tapi aku harus mandi dulu."

"Pantasan saja hidungku mencium bau busuk." Canda Hajin.

"Heol! Hajin eonni, memangnya kau bisa mencium bau melalui handphone? Kau sangat konyol." Balas Haerin canda. Dan sontak mereka berdua tertawa.

BLESSEDNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang