Chapter 7 - Worried

15 6 1
                                    

"Karena dengan kembalinya sahabat kita yang sudah tiga tahun lebih tinggal di luar negeri, kita harus berpesta malam ini untuk merayakannya. Dan semoga teman kita, yaitu Hajin eonni dapat memiliki seorang kekasih yang tampan dengan segera dan betah tinggal disini, di Seoul." Teriak Jiwon sembari mengangkat bir yang berada di tangannya.

"Mari kita selalu bersama selamanya."

"Cheers!" Bersamaan dengan kaleng bir mereka bertiga yang masing-masing saling bertabrakan.

"Sshh, woah bir memanglah yang terbaik." Seru Haerin dengan matanya menyipit setelah meminumnya.

"Apa-apaan dengan harapan tentang kekasih itu?" Tanya Hajin.

"Itu harapan yang normal dan wajar bagi semua orang."

"Oke lupakan, jadi sekarang bagaimana dengan keadaan di tempat kerja eonni? Apa eonni menyukainya?" Sela Haerin.

"Tentu saja aku menyukainya karena itu memang impianku sejak kecil, namun aku sudah langsung disuguhkan dengan pekerjaan. Aku harus membela klienku."

Ya, Hajin sejak kecil bermimpi untuk menjadi pengacara. Dia ingin membela orang yang tidak bersalah. Dia tidak ingin menyaksikan orang yang tidak bersalah harus dipenjara seperti ayahnya, Hajin memang memiliki kenangan yang bisa dibilang buruk di masa lalu.

Ayahnya dulu dipenjara karena dituduh membunuh seseorang dan tak lama dipenjara hingga Hajin diberitahu jika ayahnya sudah meninggal karena bunuh diri, sehingga membuatnya terpuruk karena ditinggal sendirian. Namun, Hajin adalah wanita yang kuat. Hajin bangkit dari kesedihannya dan belajar dengan giat. Hajin mulai bermimpi untuk menjadi pengacara karena ingin membela orang yang tidak bersalah, seperti halnya dengan ayahnya. Ia tau jika ayahnya tidak akan pernah melakukan hal yang sekejam itu. Ayahnya bahkan orang yang sangat baik yang rela mengorbankan diri demi orang lain. Oleh karena itu, Hajin mulai bertekad ingin menjadi pengacara bagaimanapun juga dan terus belajar dengan tekun tanpa kenal kata lelah.

"Tenang saja, eonni pasti bisa karena eonni adalah orang yang pintar." Seru Haerin menenangkan.

"Ya, kecuali seperti kami. Maka klien itu akan pasti kalah jika ditangani oleh kami." Sambung Jiwon, yang langsung mendapatkan pukulan dari Haerin.

"Yak! Aku tidak sebodoh itu." Belanya.

"Terserah."

"Berarti hanya kau sendiri yang bodoh." Balas Haerin dengan menjulurkan lidahnya guna mengolok-olok temannya itu.

"Aishh. Yak!" Kesal Jiwon membuat Hajin tertawa lucu melihat Haerin dan Jiwon bertengkar, seperti tom and jerry. Hal itu jadi membuat Hajin mengingat kenangan lama

***

"Oh, kau sudah datang? Kapan tibanya? Mengapa tidak memanggilku?" Tanya Haerin saat ia keluar dari minimarket dan melihat Chanyeol sudah berdiri menunggunya. Pria itu datang lebih awal.

"Tadi, aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu. Jadi aku menunggumu disini."

"Dan juga motorku masih diperbaiki. Jadi kita pulang pakai taksi saja." Tambah Chanyeol sambil menautkan jemarinya ke jemari Haerin.

"Tidak usah. Aku mau berjalan kaki saja."

"Memangnya kau tidak lelah? Aku saja sangat lelah harus berjalan kaki sepanjang jalan ini seperti kemarin." Elak Chanyeol dengan menunjuk jalan di depannya menggunakan dagunya.

"Yasudah, kau saja yang menaiki taksinya." Rajuk Haerin dan melepaskan tautan tangan mereka.

"Aish, baiklah-baiklah kita berjalan kaki saja. Jadi jangan lepaskan tanganmu."

BLESSEDNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang