4

31 6 3
                                    

Jangan lupa vote!!

***

Setelah acara makan-makan diluar tadi, kini kembali pada kebiasaannya. Sara terbaring sendiri diatas kasur. Menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih bercorak. Memikirkan hal yang sedari tadi menganggu pikirannya.

Laki-laki yang entah siapa namanya tiba-tiba menyebutkan nama dirinya dengan keras. Bolehkah Sara geer menganggap laki-laki yang dimaksud itu Aksa?

Sara berharapnya seperti itu.

Tanpa sadar satu garis tipis tercetak dibibir merah merona milik Sara. Jika saja bisa dilihat mungkin hatinya tengah berbunga-bunga sekarang.

Sara menggigit ujung handphonennya gemas. Menghentikan pikirannya kali ini.

"Aaahh, kenapa jadi mikirin kak Aksa, sih?" gerutu Sara tidak terima. "Jangan geer, jangan geer. Yang gak kenal sama gue kan bukan cuman dia, tapi semuanya. Atau bisa aja kan mereka bercanda? TAPI KENAPA GUE?!!!"

Tanpa sadar Sara memekik cukup keras diakhir kalimat membuat seseorang yang tengah lewat didepan pintu kamar kebingungan.

Laki-laki dengan tubuh tinggi dan cukup berisi mematung sebentar. Lantas mengetuk pintu cukup keras saat ia takut terjadi sesuatu yang buruk didalam sana.

"Are you okay?"

Sara mematung saat mendengar suara cowok yang tiba-tiba terdengar bersamaan dengan pintunya yang diketuk. Ia bingung harus bagaimana. Menjawab saja atau dibukakan pintu agar terkesan sopan. Hidup tidak pernah menerima tamu laki-laki begitu jadinya.

Tapi pada akhirnya ia lebih memilih turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu dengan perasaan tidak karuan. Seburuk itukah membukakan pintu untuk lawan jenis.

Saat kenop pintu sudah dipegang tiba-tiba ia semakin ragu, saat membayangkan jika yang berdiri didepan adalah bang Bian. Bagaimana saat dibukakan pintu Bian jadi memiliki celah untuk masuk. Walaupun sebenarnya bi Mumun sudah membuat peraturan agar anak kos tidak boleh menerima tamu lawan jenis kedalam kamar.

"Siapa?" tanya Sara meyakinkan lebih dulu. Tapi rasanya seperti percuma. Walaupun orang diluar menyebutkan nama, apa Sara akan mengenalnya?

Dari luar laki-laki itu mendengus. Kalau saja yang didalam bukan perempuan yang tiba-tiba berteriak. Maka ia akan lebih memilih pergi. "Aksa," jawabnya malas.

Dengan cepat Sara membukakan pintu. Lantas keduanya sama-sama terkejut saat mata mereka tanpa sengaja bertemu.

Rasanya Sara ingin berteriak menyebut nama Aksa sekarang saking bahagianya mendapati orang yang sedari tadi ia pikirkan ada didepan.

Sedangkan Aksa benar-benar dibuat terkejut karena tidak menyangka pintu yang tadi sempat ia ketuk adalah pintu Sara. Menurut Aksa mungkin itu sebuah keberuntungan.

"Lo kenapa?" tanya Aksa dengan nada bicara yang ia coba terdengar biasa saja. Padahal aslinya ia merasa sedikit gugup. Sara tampak dekat sangat cantik.

Sara menggelengkan kepalanya pertanda ia baik-baik saja.

Mendengar gerakan Sara, Aksa juga membalasnya dengan anggukan kepala. Tidak lama, cowok itu memberikan uluran tangan kedepan Sara, berniat mengajaknya berkenalan. "Nama gue Aksa," sebutnya.

Kalau saja Sara tidak tahu malu, sekarang ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Laki-laki yang ia idamkan sekitar satu tahun lalu mengajaknya berkenalan secara langsung. Tanpa pikir panjang, Sara membalas uluran tangan tersebut. "Sara."

"Gue tau," kata Aksa setelah uluran tangan itu tidak lagi terikat.

"Kok bisa?" tanya Sara bingung.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang