Haiii. Happy Reading♡
Ada banyak cara untuk mencoba.
Jangan sekali coba dipaksa
berhasil.***
Selepas shalat Maghrib, rumah duka nenek Yuni diramaikan oleh kedatangan warga sekitar untuk mengaji bersama, tepatnya tahlilan. Ada hampir tiga puluh orang yang datang, baik laki-laki ataupun perempuan.
Keadaan Sara sudah membaik setelah ia beristirahat sekitar tiga jam. Gadis itu keluar dengan balutan baju gamis dengan hijab yang menutup dada. Memang sudah dari sananya cantik, memakai kerudung tetap saja cantik.
Sara duduk disamping Naya, duduk paling belakang pojok ruangan. Ia hanya berekspresi saat orang-orang menyapanya. Setelah tidak ada, wajahnya datar seperti biasa.
"Tante, Mamah gak kesini?" tanya Sara berbisik. Bukankah seorang anak harusnya hadir disaat ibunya meninggal dunia?
Naya menggeleng sembari memberikan senyuman. "Udah dari semalem Tante telpon, tapi gak ada jawaban, Sar. Kayaknya emang gak bakal dateng."
"Mamah sama papah jahat banget, ya. Bahkan disaat nenek meninggal mereka gak mau dateng." Sara tersenyum miris dengan kelakuan orang tuanya sendiri. Orang tuanya benar-benar tidak punya hati.
Naya tak menjawab. Dia memilih diam. Karena jika menyetujui, sama saja membuat Sara membenci orang tuanya. Ia tidak mau sampai hal itu terjadi. Tapi apa yang diucapkan Sara memang benar. Harusnya mereka mau datang. Harusnya mereka ikut serta mengantarkan Yuni ke tempat peristirahatan terakhirnya.
"Udah, ya, gak usah dipikirin." Itu saja yang Naya ucapkan.
Tahlil untuk keluarga sudah dimulai. Diawali dengan pak ustadz yang mengucapkan salam sebagai pembuka.
***
Benar saja, Aksa sampai rumah malam hari. Sebenarnya dari kosan ia pulang sore. Hanya saja Aksa malah main dulu dirumah Bintang. Main PS sampai lupa waktu.
Mereka berdua memang tidak terlalu dekat. Tidak sedekat Aksa dengan temannya yang tinggal di kosan. Tapi karena berada di organisasi yang sama, dan jika ngobrol mereka nyambung. Hal itu membuat mereka terkadang main bersama.
Lagipula Aksa sudah lama tidak berkunjung kerumah Bintang. Ibunya Bintang sempat ngomong kalau Aksa ini seperti lupa dimana letak rumah Bintang.
Setelah ikut makan malam bersama keluarga, Aksa buru-buru masuk kamar. Mengambil tas hitam yang berukuran cukup besar dari atas lemari. Senyumnya tidak pernah pudar. Membayangkan hari esok akan kembali bertemu pujaan hati. Dengan bersenandung kecil, Aksa mengambil beberapa baju untuk berganti beberapa hari disana. Tidak lupa barang-barang penting yang sekiranya akan digunakan nanti.
"Ini akan menjadi liburan paling menyenangkan," ucap Aksa pelan saat ia sudah selesai membereskan baju-bajunya.
Pintu dibuka, menunjukkan tubuh Akra yang masuk tanpa permisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen FictionIni tentang tiga anak remaja SMA dengan permasalahan percintaan, sahabat, dan juga keluarga. Sara yang hidup sendiri disalah satu kosan di Jakarta karena ditinggal pergi tanpa alasan oleh orang tua. Sedangkan si kembar Aksa dan Akra yang semakin lam...