Ikhlas Meski Sulit

6 3 0
                                    

Happy reading^^
___________________

"Aku tidak tahu cara mengikhlaskan seseorang yang pergi untuk selamanya itu seperti apa, tapi aku akan belajar mengikhlaskan meski sulit kulakukan. Tuhan pemilik skenario terbaik, yang melewatimu bukan takdirmu dan jika takdirmu tidak akan bisa lepas darimu"

~Laila Fatma Ar-Rayya~

Laila POV

Bismillah, dengan tenaga yang tersisa, aku beranikan diri melangkahkan kaki untuk mengetahui apa yang terjadi. Demi apapun hatiku benar-benar sudah tidak tenang, jantung ini semakin berdegup kencang, sebenarnya apa yang terjadi.

Tunggu, pria itu. Kenapa dia sangat mirip dengan seseorang yang memenuhi pikiranku saat ini. Ah, aku tidak peduli yang aku pentingkan keluargaku. Tapi keluargaku lengkap disini. Abah, Ummah, Naila, Abang ada semua, alhamdulillah, lega sekali rasanya.

Tapi, kenapa Bunda dan Ayah juga ada disini? Sebenarnya apa sih yang terjadi? Aku sibuk dengan pikiran sendiri, berdiri dihadapan mereka dengan tatapan kosong, air mata tetap bertahan di pelupuk mata, jantung tak henti-hentinya berdegup kencang.

Tiba-tiba tubuhku ditarik seseorang ke dalam pelukannya. Tangisnya tambah pecah dalam pelukanku, aku benar-benar dibuat bingung dengan situasi ini. Entah kenapa lidahku sangat kelu hanya untuk sekedar bertanya, ada apa?

"Sa-sayang, maafkan kami," ucapnya dengan sesenggukan dalam pelukanku.

"Ada apa Bunda, tolong jelaskan pada Laila?" tanyaku masih dengan menahan segala perasaan di dada ini.

"Sam, Samuel, Samuel calon suamimu sayang, dia, anak Bunda, sudah tidak ada," ucap Bunda Tika dengan tidak karuan yang terus menangis di pelukanku.

Deg…

Kulepaskan pelukan bunda, ku tatap dengan kosong ruang dimana Samuel--tunanganku terbaring kaku. Tubuhku lemas, air mata yang ku bendung sejak tadi tak mampu ku tumpahkan, terlalu sakit rasanya.

Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa dia mengingkari janjinya? Samuel kamu ingkar janji Sam, kamu jahat! Kenapa saat aku mulai membuka hati untuk pertama kalinya dan padanya--pria yang ku cintai dalam diam selama ini harus dipisahkan dengan begitu sakit.

Allah, takdir-Mu tak mampu kami lawan ataupun kami tolak. Tapi kenapa saat aku berusaha untuk ikhlas, hatiku semakin sakit. Samuel--pria yang sudah memberi warna dalam hidupku. Hamba kira Engkau akan menakdirkan kami sampai halal dan menua bersama, nyatanya kami hanya bisa berencana, sedangkan takdir hanya Engkau yang punya kuasa, tapi takdir ini begitu sakit, sungguh perpisahan ini tidak pernah terlintas dalam benakku. Pahit dan sakit sekali.

Samuel kamu lelaki yang baik, Allah lebih sayang kamu, Allah akan menjagamu disana.

Kaki ini tak mampu lagi menopang tubuh. Kepala mendadak pusing dan semua nampak buram. Detik berikutnya gelap, aku tak tahu apa yang terjadi lagi, tubuhku begitu lemas.

***

Hari ini, hari dimana Samuel akan diantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya. Aku harus kuat demi orang-orang yang juga sangat menyayangi Samuel, terlebih Bunda dan Ayah.

Samuel Gibran Adiyaksa bin Rahman Adiyaksa. Nama itu tertulis jelas dan nyata di batu putih itu. Ia meninggalkan duka yang sangat dalam dihati ini. Bagaimana tidak, seminggu lagi pernikahan kami akan berlangsung. Kemarin ia sudah diizinkan cuti, dirinya pulang untuk menunaikan ibadah sunnah Rasulullah. Niat baiknya untuk menghalalkan ku ternyata hanya sebuah rencana. Ia pergi meninggalkan ku dengan sejuta kenangan dan duka yang begitu sesak rasanya.

Titik Pencarian KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang