• IGATT - 34 •

767 143 13
                                    

"the right person at the wrong time, i guess?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"the right person at the
wrong time, i guess?"

••••

"Kak doy!"

"Oh, Lalisa?"

Doyoung berhambur menyambut seruan Lalisa sembari melangkah mendekat. Cowok jangkung itu menarik kursi, mendudukkan diri di sebelahnya.

"Apakabar nih, Lis?"

"Idih," Lalisa mendelik, "kan kemaren baru aja ketemu."

Doyoung tertawa, "namanya juga formalitas," ia bersender ke kursi dan menyapu rambut yang jatuh di dahinya, "lo nggak bareng Jepri?"

"Ya nggak lah," jawab Lalisa.

Tampaknya usaha panitia untuk megadakan acara reuni SMA Kartini berbuah manis. Semua yang diundang nampak bahagia, gelak tawa terderngar dari setiap meja. Atmosfer menyenangkan telah membentuk mood yang bagus bagi semua orang.

"Baik-baik ya, sama dia. Lo cewek pertama yang di bawa Jeffrey ke tongkrongan, loh," belum sempat Lalisa membalas lagi, Doyoung tahu-tahu berdiri dan melambaikan tangannya ke arah pintu, "oy, ben! Berdiri aja lo, sini! Masih kosong nih di sini!"

Dan saat itulah netra keduanya kembali dipertemukan, setelah sekian lama.

••••


Persetan dengan atmosfer menyenangkan. Lalisa merasa sesak selama sepuluh menit terakhir setelah mejanya kedatangan tamu tambahan. Ia belum siap untuk pertemuan mereka. Untungnya, ada Doyoung yang cukup membantu jadi penengah ...

"Gue denger, katanya kalian berdua waktu SMA pernah deket?"

... Kadang-kadang.

"Gue heran, lo dapet info kaya gitu dari mana, deh?" Jawab Lalisa, diselingi tawa sambil diam-diam mengabaikan tatapan tamu padanya.

Tolong, ia ingin pulang. Lalisa benci berada di tengah situasi seperti ini.

"Oit, doy. Gua cariin daritadi, juga."

Pemuda itu mengalihkan fokus tatkala pundaknya ditepuk seseorang. Dan setelah salam antar para lelaki berlangsung, Lalisa sudah menebak apa yang akan terjadi.

"Kalo gitu gue duluan ya, Lis. Soalnya fans gue udah pada manggil," Doyoung menunjuk meja disudut.

"Setan, lo. Hahaha," temannya sontak mengeratkan rangkulannya di leher Doyoung, memberi Lalisa senyum singkat disertai anggukan sebelum menyeretnya pergi.

Keduanya berlalu membawa gelak tawa meninggalkan Lalisa bersama si pemuda. Lalu netra keduanya bertemu.

Manik cokelat yang pernah mendominasi sisa kelas dua belas milik Lalisa itu kembali hadir memenuhi pandangannya. Rasanya aneh, rasanya asing.

Ice Girl And The TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang