• IGATT - 21 •

1.4K 240 35
                                    

Happy reading!

• • • •

• • • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Canada.

Lalisa ingat sebuah kata-kata yang ia kutip dari sebuah novel terkenal yang pernah di bacanya. Kurang lebih, itu menuliskan "Cara paling baik untuk melupa adalah bukan dengan menghapus kenangannya, tetapi membiarkannya mengalir."

Jadi, daripada Lalisa mencoba untuk membuang semua memori menyenangkan yang kini menjadi memori menyakitkan dan merasa bersedih──lagi──ia memutuskan untuk menjadikan semuanya mengalir begitu saja.

Dan sejauh ini, semuanya baik-baik saja. Ia tinggal di sebuah apartment yang Ayahnya beli untuknya. Beberapa hari pertama mungkin Lalisa akan merasa sedikit canggung berada di lingkungan baru, terlebih Ayahnya yang memilih tinggal jauh dari Ibukota yang tenang untuk menemani Ibu Alfa yang sedang menjalani perawatan demi kesehatan psikis-nya.

Tapi berkat bantuan Bagas, kakak laki-lakinya yang ternyata memiliki banyak perubahan setelah empat tahun lamanya tidak berjumpa, dan Alfa sebelum ia masuk Rumah sakit telah membantu cukup banyak untuk Lalisa ber-adaptasi dengan cepat. Juga, mengejutkan saat mengetahui ada lumayan banyak orang Indonesia yang satu Universitas dengannya disini.

Lalisa melepas alas kakinya dan meletakkannya di rak sepatu sebelum menuju dapur untuk mengambil beberapa tegukan air dingin.

Cuaca lumayan membuat cewek berambut panjang itu kepanasan.

Lalisa meletakkan gelas yang baru dipakainya ke wastafel sebelum melangkah menuju kamarnya dengan niatan ingin cepat-cepat merebahkan diri di atas kasur. Namun, apadaya baru beberapa langkah namun benda pipih di dalam tasnya itu berbunyi menandakan ada sebuah pesan yang masuk.

[Kak Bagas]
Gue pulang cepet hari ini. Mau ke Rumah sakit? Bareng ya.

[Lalalalisa]
Jemput lima menit lagi, gue baru pulang.

[Kak Bagas]
Sip.

Lalisa kemudian kembali menyimpan benda itu untuk bergegas menyimpan buku-bukunya ketempat yang seharusnya.

Meskipun membiarkan semuanya mengalir, tapi Lalisa benar-benar membersihkan semuanya. Ia mengganti ponsel hingga ke nomornya, serta menonaktifkan semua media sosialnya selama ini. Hanya ketiga sahabatnya sajalah yang masih terkoneksi dengan dirinya hingga kini juga Ibunya yang telah memutuskan pindah ke Bogor berbarengan dengan kepindahannya ke Kanada.

Lalisa kemudian memasuki kamarnya yang didominasi warna putih beserta sentuhan warna pink  dibeberapa sudut ruangannya. Setelah meletakkan tas-nya di atas meja, lalu berlalu ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Masih belum terlalu sore untuk mandi, jadi Lalisa malas. Hehehe.

Setelah mengeringkan wajahnya, Lalisa lantas bercermin sambil mengoleskan sapuan liptint pada bibirnya di depan kaca lalu menjepit rambutnya.

Ice Girl And The TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang