• IGATT - 10 •

2.1K 398 14
                                    

"Kamu hanya ditakdirkan untuk menemaninya, bukan untuk bersamanya."

          
••••

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Matahari belum muncul saat Lalisa sedang mengikat tali sepatu olahraga miliknya di halaman rumah. Karena acara yang baru akan dimulai pukul delapan nanti, akhirnya mereka berempat yang memang menginap di rumah Lalisa semalaman memutuskan untuk latihan sebentar subuh ini.

Mereka berada diposisi masing-masing, saat musik mulai mengalun, merka lantas mulai menggerakkan tubuh sesuai irama. Begitu seterusnya hingga berulang-ulang.

Jennie terduduk sambil terengah, begitupun dengan yang lain. Cewek itu menatap Lalisa yang sedang mengelap keringat di pelipisnya menggunakan sebuah handuk kecil.

"Lalis, nanti kalau ada apa-apa pas acara, langsung bilang aja ke kita," ucap Jennie. Lalisa hanya mengangguk mengiyakan.

••••

Teman-temannya telah pulang ke rumah masing-masing selepas mereka sarapan bersama. Lalisa mengikat rambutnya menjadi kucir kuda, kemudian menaikkan tudung hoodie pink longgar yang sedang ia pakai.

Karena malas memakai setelan baju yang akan dipakainya nanti, Lalisa berpikir ia akan mengganti pakaian di sekolah saja. Lagipula sekarang baru pukul enam pagi.

Lalisa mengunci pintu rumah dari luar, karena ibunya semalam menelpon bahwa dirinya tidak bisa datang, tantenya yang sedang sakit itu kerepotan karena kedua anaknya tak ada yang menjaga, jadi sebagai seorang kakak, Ibunya merasa punya tanggung jawab untuk membantu adiknya.

Dengan ucapan maaf yang diucapkan berulang kali, Ibunya memberikan pesan untuk mengunci pintu rumah sebelum pergi karena omnya sudah berangkat kerja keluar kota pagi tadi.

Lalisa berbalik saat merasa sebuah mobil berhenti di luar pagar rumahnya.

"Berangkat bareng gue aja," ucap Benua yang duduk di kursi kemudi sambil menurunkan kaca jendelanya.

Lalisa mendengu, kemudian berjalan untuk mengunci pagar. "Nggak perlu, gue bisa naik ojek."

Benua keluar dari mobilnya kemudian bersender di pintu. "Silahkan kalau lo mau diapa-apain sama abang ojeknya."

Cewek itu memasukkan kedua tangannya kedalam kantong hoodie. Tatapannya menajam. "Bodo amat."

Cowok yang sedang memakai seragam sekolah acak-acakan itupun tersenyum miring. "Lo lagi pake hoodie pink kelonggaran di badan tepos lo, di tambah pake celana pendek yang ngebuat efek imut-imut gemes gitu. Bisa jadi abang ojek tua bangka itu khilaf ngeliat lo, terus lo di apa-apain pas dimotor."

Lalisa mendengus lalu mengangguk. Tak ada gunanya berdebat dengan sosok macam Benua. Sedangkan Benua sudah sigap membukakan pintu untuk Lalisa tepat di sebelahnya dengan senyuman manis terukir di bibirnya.

Jarak antara sekolah dan rumah Lalisa kian menipis, lalu kemudian tak ada sama sekali.

Lalisa turun dari mobil Benua yang sudah terparkir dengan rapi di parkiran. Ia membalikkan badannya kearah Benua, "Jangan buat kekacauan."

Cowok itu mengangkat sebelah alisnya. "Yaudah, kalau gitu ijinin gue untuk disebelah lo terus."

Lalisa menggeleng. "Nggak bisa, gue sibuk."

Cewek itu kemudian mengeluarkan sebuah kamera dari tasnya. "Atau mungkin lo bisa jadi kang foto?"

Benua menerima kamera yang diberikan Lalisa dengan wajah mengernyit. Lalisa tersenyum kecil. "Foto yang bagus ya!"

Ice Girl And The TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang