Sebuah ungkapan

4 2 2
                                    

Quest 13 : Setelah tokoh utama pulang ke rumah, buatlah calon couplenya menelepon tokoh utama. Menanyai kabar dan sebagainya. Buat sedikit canggung tapi sebenarnya kedua orang itu sudah enjoy untuk ngobrol berdua. Buatlah yang cowok hendak menyatakan perasaan, namun si cewek tak sengaja menutup telepon. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.

.
.
.

🌻🌻🌻

Seperti biasanya Lah duduk di dekat jendela untuk melihat indahnya pemandangan di luar sana.

Sudah dua hari Lah di rumah saja dengan rasa bosan dan jenuh. Karena tidak diizinkan oleh Al untuk keluar rumah. Ingin rasanya Lah keluar dan pergi bermain dengan Mil. Namun, itu harus ditunda karena kakinya masih terluka.

Lah pun menutup mata dan merasakan sejuknya angin yang terus berembus ke arahnya.

Tiba-tiba ponsel Lah berdering. Dengan cepat ia mengangkat telepon tersebut yang sudah ada di tangannya.

"Mil, kok. Nggak telepon Lah dari kemarin sih," ucap Lah yang langsung mengangkat telepon tersebut tanpa melihat nama yang meneleponnya.

"Assalamualaikum Lah," sapa Bis.

Lah pun kaget, karena mendengar suara laki-laki. Ia pun langsung memeriksa nomor tersebut. Ternyata benar di sana sudah tersimpan dengan nama Bis.

Apa? Telepon dari Bis, batin Lah. Memang Lah sudah lama menyimpan nomor Bis dapat dari Mil. Namun, ia tidak pernah menghubungi Bis sekali pun. Ini adalah pertama kalinya Bis meneleponnya.

"Waalaikumsalam. Maaf, kirain tadi Mil yang telepon, " balas Lah dengan rasa sedikit canggung.

"Gimana keadaan Lah sekarang?" tanya Bis yang masih khawatir.

"Alhamdulillah, udah nggak sakit lagi. Cuma lukanya belum kering aja," ucap Lah.

"Alhamdulillah. Kalau gitu," Bis pun merasa lega mendengar perkataan Lah.

"Iya," kata Lah.

"Lah sekarang lagi apa?" tanya Bis.

"Lah lagi di dekat jendela, lihat pemandangan di luar sana," jawab Lah yang masih memandangi ke arah luar.

"Lah tau 'kan. Kalau Ibu pergi karena kecelakaan?" tanya Bis yang mengingat waktu saat Lah datang ke rumahnya di saat sedang sedih.

"Iya," jawab singkat Lah.

"Kalau tau kenapa Lah bisa kayak kemarin? Bis masih trauma. Bis nggak mau kejadian itu terjadi lagi," ucap Bis teringat dengan sang Ibu.

"Iya, tenang Bis. Mungkin kemarin itu udah takdir dari Allah SWT. Lah harus ada di sana 'kan kita nggak tau itu akan terjadi, kalau tau pastinya udah siap-siap Bis," ucap Lah berusaha membuat Bis tenang dan tidak khawatir lagi.

"Iya, Lah bosen ya di rumah aja?" tanya Bis.

Lah pun kaget mendengar perkataan Bis. Bagaimana ia tahu bahwa Lah memang sedang bosan saat ini.

"Iya," kata Lah dengan memasang muka murung.

Kini mereka tidak merasa canggung kembali untuk berbicara.

"Ya udah besok Bis main ke rumah, deh," ucap Bis.

"Apa? Jangan ...," ucap Lah yang semakin kaget. Karena tidak ada laki-laki yang pernah berani untuk datang ke rumahnya.

"Bis mau bilang, kalau Bis itu sebenarnya udah lama ...," ucap Bis dengan menyakinkan dirinya untuk mengucapkan perasaannya kini.

"Bis teleponnya Lah matiin duku, ya? Abi panggil Lah," ucap Lah yang namanya sudah dipanggil terus-menerus oleh Al.

Baru saja Bis akan mengucapkan perasaannya. Namun, Lah sudah terlebih dahulu mematikan telepon tersebut.

Di luar sana sudah terdapat Al yang mengetuk-ketuk pintu kamar.

"Lah. Ayo, makan dulu!" teriak Al dari luar kamar Lah.

Lah pun meninggalkan ponselnya di atas meja dan membuka pintu lalu keluar dengan tertatih-tatih.

Memang lukanya sudah tidak seperti kemarin, tetapi bila digerakkan masih terasa sakit.

.
.
.

To be continue ....

481 kata
wga_academy
Rin_Blueberry

Bismillah (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang