Quest Type A
Quest 13 : Buatlah semua tokoh utama terdampar di sebuah planet beserta pesawatnya. Planet itu hampir mirip dengan bumi. Hewan elektronik, tumbuhan elektronik, pangkalan terbang yang canggih, dan teknologi super maju lainnya. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.
.
.
."Hai." Itu adalah satu-satunya balasan yang dapat kusampaikan atas pertanyaan si gadis berambut pirang.
Kami menatap canggung satu sama lain.
"Aku ... eh, baru saja keluar dari lubang putih. Apakah di antara kalian ada yang tahu tempat apa ini?" tanyaku.
Hening sesaat. Gadis berambut pirang tadi terlihat tidak nyaman dengan perkataanku. Kurasa ia sama bingungnya denganku.
"Apakah tidak ada pertanyaan yang lebih mudah?" ujarnya akhirnya.
Aku merutuk dalam hati. Pertanyaan yang lebih mudah seperti apa? Masa aku harus bertanya padanya berapa hasil dari satu tambah satu.
Oke, itu garing.
Keheningan kembali menguasai kami. Tidak ada yang menjawab perkataan gadis itu.
"Aku pikir, kalian juga sama-sama terlempar ke sini, ya? Siapa kalian? Dari mana asal kalian? Kemudian, apa tujuan perjalanan kalian hingga bisa tiba di sini?" Gadis itu kembali bertanya tanpa jeda.
Aku menghela napas, mengalihkan pandanganku pada gadis berpakaian khusus yang tadi menyambangi pesawatku. Namun, ia justru terlihat sibuk dengan sesuatu di bawahnya. Saat aku melihat ke gadis yang satunya, ia masih tidak terlepas dari wajah depresinya. Sementara salah satu layar masih terlihat putus-putus dengan penampakan seorang gadis yang sibuk dengan tombol-tombol di sekitarnya—mungkin ia berusaha memperbaiki alat komunikasinya.
Akhirnya kuputuskan untuk menjawab perkataan gadis berambut pirang tadi.
"Aku Keyna, dari Bumi. Tapi sebenarnya aku terdampar ke sini saat dalam perjalanan pergi dari Neptunus. Aku tidak punya tujuan apa-apa di sini, karena—oh, ayolah, aku tersesat. Bisakah kalian berhenti memasang wajah menakutkan seperti itu? Aku bukan orang jahat, tenang saja," ujarku tak tahan dengan keheningan ini.
Tak beberapa lama setelah aku bicara, layar seseorang yang tadinya putus-putus kini menampilkan gambar yang lebih jelas. Matanya melebar, tampak terkejut akan kehadiran kami.
"Siapa ... kalian?" tanyanya ragu.
Astaga, apa aku harus perkenalan ulang?
"Halo, siapa kalian?" Gadis berwajah depresi tadi menanyakan hal yang sama.
Suaraku yang tidak mencapai mereka, atau mereka yang tidak menyimak perkataanku? Bukankah tadi aku sudah memperkenalkan diri.
Aku menghela napas pelan. Tidak boleh emosi. Kami sama-sama tersesat dan tengah diselimuti rasa panik. Kurasa gadis berambut pirang dan seseorang berpakaian khusus tadi lah yang paling santai di antara kami.
"A-aku Allona. Dari Bumi juga. Aku dipaksa pergi ke Neptunus, dan berakhir di sini karena menjadi buronan di sana." Perempuan berwajah depresi itu akhirnya memperkenalkan diri.
Ia meringis. "T-tenang. Aku bukan orang jahat, kok."
Aku tidak tahu ia berkata jujur atau tidak, tapi ya sudahlah.
Gadis yang layarnya sudah terlihat normal kembali buka suara. "Aku tidak tahu lagi harus bagaimana, siapa kalian, atau ... berada di pihak mana kalian? Sepertinya kalian bukan pasukan Neptunus yang mengejar kami. Bisakah kalian menolongku? Pesawat rusak dan seseorang terluka! Apa ada yang bisa membantuku? Aku butuh tempat singgah sementara."
Gadis itu terdengar memohon. Sepertinya kondisinya memang parah. Ditambah katanya seseorang di dalam pesawatnya tengah terluka. Apa mereka menabrak sesuatu sebelum sampai di sini?
Tunggu—
Apa tadi ia menyebut Neptunus?
Kalau dipikir-pikir, gadis berwajah depresi itu berkata bahwa ia juga dari Bumi, lalu dipaksa ke Neptunus dan berakhir menjadi buronan. Sementara gadis dengan pesawat rusak itu juga dari Neptunus dan habis dikejar oleh pasukan sana.
Aku mencerna segala yang terjadi. Kami bertiga dari Neptunus, sama-sama dikejar oleh pasukan dari planet itu, tapi tidak saling bertemu sebelumnya?
Ini aneh.
Atau ... apa kami juga berasal dari universe yang berbeda?
Astaga, ada berapa banyak universe sebenarnya di dunia ini?
Saat aku sibuk memikirkan perkara aneh ini, seseorang yang tadi mengunjungi pesawat kami akhirnya buka suara.
"Aku Artatiksa. Sepertinya aku melihat planet hijau tak jauh dari sini. Aku akan ke pesawatmu dan menghubungkannya ke pesawatku. Sebaiknya kita semua pergi ke sana."
Aku menatapnya curiga. "Mengapa aku harus percaya denganmu? Bagaimana bila kau membohongi kami?"
Bukan salahku bertanya seperti itu. Gadis itu sejak tadi hanya diam, lalu tiba-tiba mengajak kami menuju sebuah planet. Bisa saja ia hanya ingin menjebak kami.
"Kalau kau tidak mau ikut, tidak apa-apa. Aku tidak memaksa. Tapi jika terjadi sesuatu padamu atau pesawatmu, aku tidak akan menawarkan bantuan," ujarnya dengan tegas.
Sial, ia malah menakut-nakuti.
"Bisakah kau cepat sedikit? Kumohon?" gadis yang pesawatnya rusak itu memohon.
"Kau belum mengenalkan dirimu. Siapa namamu?"
"Aku Cala."
"Baik, Cala, tunggu sebentar."
Aku menghembuskan napas. Kurasa tidak ada salahnya ikut dengan mereka. Itu lebih baik daripada menjelajahi tempat ini sendirian.
Tak lama kemudian, Artariksa membantu Cala dengan menarik pesawatnya sehingga pesawat mereka kini terhubung. Setelah itu, kami semua menuju ke sebuah planet yang ia maksud. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mendarat di planet tersebut.
Artatiksa benar. Planet itu terlihat hijau. Tunggu, tempat ini seperti Bumi!
Namun, satu hal yang aneh adalah, semua hewan dan tumbuhan yang ada di sini tidak terlihat seperti makhluk hidup pada umumnya. Mereka terlihat seperti ... robot(?)
Hewan elektronik, tumbuhan elektronik, dan—oh, sepertinya aku juga melihat sebuah pangkalan terbang di sana. Ada beberapa pesawat yang tampak canggih.
Planet ini terlihat memiliki teknologi yang super maju. Sepertinya berpenghuni. Namun, aku belum melihat keberadaan penghuninya karena kami belum mendarat. Lagi pula, tidak mungkin kami mendarat di tengah-tengah peradaban.
Artariksa membawa kami ke sebuah tanah lapang yang dikelilingi pohon-pohon, menyaksikan langsung hewan dan tumbuhan elektronik itu, membuatku tersentak.
Tunggu, apa ini Eartha?
••• KinaTree || 15.08.21 || 847 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Manusia [Selesai√]
FantasyHei, bung, aku punya tiga pertanyaan untukmu Pertama, apa kau percaya bahwa multiverse itu ada? Kedua, jika kuberitahu bahwa 20% manusia di negeri-mu sebenarnya berasal dari multiverse lain, apa kau akan percaya? Ketiga, bagaimana jika ternyata kau...