CZ 1

884 78 20
                                    

Chelzea berjalan ke ruang kerja ayahnya, dia baru saja selesai les bahasa Mandarin dan langsung segera dipanggil ke ruangan Ayahnya.

Zea mengetuk beberapa kali pintu, menunggu ada perintah dari dalam.

"Buka."

Zea membuka pintu, "Sore."

Ada ibu, kakaknya Alron, ayahnya dan Arga, mereka menunggu nya disana.

"Ayah panggil ak--"

Ayahnya melepas beberapa berkas yang tidak terlalu tebal itu ke depan Zea, "Jika kamu ingin sekolah, penuhi syaratnya ini tanpa bantahan."

Zea mengambil beberapa kertas tersebut, "Apa ini?"

"Data diri baru, untuk dipakai jika berada jauh dari rumah. Saat kamu sekolah juga akan banyak suruhan ayah, tenang tidak akan menjaga mu dari dekat."

"Finee," jawab Zea sedikit senang.

"Ayah sibuk, silahkan Semuanya keluar dari ruangan ini."

Mereka semua keluar dari ruangan itu, termaksut Zea dengan perasaan tidak enak, tapi senang bisa sekolah.

"Sedikit lagi makan yah ramai ramai, ada Agra juga jadi tambah rame," ucap mamah Zea.

Agra hanya tersenyum malu malu, "Amanlah Tan, kebetulan agra juga udah lapar, hehe."

Mamah Zea tertawa, "Yaudah Tante duluan yah."

Mamah Zea pergi diikuti Arlon namun sebelumnya Arlon mengusap rambut Zea lembut dengan senyum tipis, tidak lebih.

Setelah itu Zea berlari mengejar Arga, dia menarik tangan Arga agar berharapan dengannya, "Ini beneran aku sekolah ga?" Tanya Zea tak percaya.

"Ngga, tadi itu cuman candaan doang!" Ketus Arga.

"Lo lama lama gue sumbat mulutnya yah!" Ancam Zea.

"Wih tumben ngomong pake Lo gue, biasanya pake nama?"

"Latihan sama suasana sekolah, heheh."

Wajah Arga yang tadi sumringah langsung berubah datar, "Nggak gak!, Sekolah nanti Ama gue ajah, gak usah ngomong sama siapa siapa, lu lecet dikit nyawa gue melayang. Dan satu lagi, gak usah ikut pergaulan sembarangan sama cewe cewe sana yang gajelas semua itu!"

"Yah kalau gitu ngapain sekolah?"

"Buat belajar lah, emang mau ngapain lu?"

"Cari temen dong."

"Anj--, astaga gak boleh ngomong kasar sama bocil." Arga menutup mulutnya.

"Bocil siapa yang ga maksud?" Sambil menunjuk Arga.

"Mau siapa lagi kalah bukan lu!" Arga menyentak kakinya lalu pergi dari hadapan Zea

Zea menahan pergelangan tangan Arga, "Ga ajarin dong cara sekolah, takutnya Zea di sana gak punya teman karna kudet," mohonnya.

Alvarez menghembuskan nafasnya kasar, "Gausah, kalau gak punya teman kan ada gue!"

▫️▫️▫️

Zea duduk di ruang tengah bersama keluarganya, dan sebagian guru guru yang selama ini mengajarnya dalam bidang mereka.

Guru guru tersebut mengundurkan diri, Zea sudah pintar bahkan hampir setara dengan kepintaran mereka sebagai guru, hampir!

Jadi mereka memilih untuk memundurkan diri, dari pada harus terus mengajar orang yang sudah pintar, tugas mereka adalah mengajar anak yang membutuhkan ajaran, sampai bisa dan terlatih, bukan mengajarkan orang yang ahli.

Strict Parents [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang