CZ 16

275 43 7
                                    

-24/7  I am thinking about you.

Hari sudah malam, angin dingin malam mulai menyapu mereka berdua menerobos masuk ke dalam pori pori, mentransfer rasa dingin yang sangat.

"Mereka kemana? Sudah malam gini?" Tanya Alvarez.

"Pasti ada kumpul keluarga di rumah opa," jawab Zea

Dengan lembut dan berhenti hati Zea mengobati luka yang ada pada wajah Alvarez, dengan obat dari kotak P3k.

Sebelumnya Alvarez menolak untuk tidak diobati, namun Zea bukan orang yang tega membiarkan orang yang menolongnya pergi dengan luka seperti itu, apalagi luka itu disebabkan ayahnya.

"Lo nggak ikut?"

Zea menggeleng, "Tugas aku banyak, mana dibolehin?"

Zea mengambil handuk kecil yang baru diangkat dari air hangat, lalu dengan lembut mengompres bagian lebam di wajah Alvarez.

"Sakit nggak? Kok nggak ringis?" Tanya Zea aneh. Dari tadi ia coba mengobati luka Alvarez, sama sekali dia tidak merintih kesakitan.

Alvarez terkekeh, "Nggak sakit, buat apa ringis?" Tanyanya balik.

Zea membulatkan bibirnya kecil terkejut, "Masa? Aku kalau luka yang di sudut bibir gini kalau dikompres sakit setengah mati."

"Karna apa lukanya?" tanya Alvarez.

Zea menggeleng, "kejedot doa--"

"Ayah Lo tampar?" Sela Alvarez.

Zea berhenti sejenak, cepat cepat mengompres bagian yang belum, setelah itu ia cepat cepat membereskan kotak obat. "Udah selesai, jangan lupa besok kalau masih lebam dikompres lagi."

"Lo kenapa? Ayah Lo kan yang tampar Lo?" Tanya Alvarez ulang sembari bangkit dari duduknya.

"Kejedot--"

"Mana ada kejedot lukanya sampai begitu, ha?!" Bentaknya. Zea sampai terlonjak kaget.

"Arga nggak tau kalau ayah Lo suka kasar?, Dia nggak nanya liat luka atau lebam, ha? Bukannya dia cowo-- shit!" Alvarez mengeram kesal sial dia melewati batasnya. Bukan nya di dalam kamusnya tidak ada kata, penasaran, dan suka mengusik masalah orang lain?

Zea hanya terdiam dia tidak berani bersuara.

Meraih kasar helm di samping Zea, lalu naik ke atas motornya untuk bergegas pergi, dia terlalu dalam untuk mencampuri urusan Zea namun jika dibiarkan juga tidak bisa itu sama saja dia membiarkan kejahatan moral terjadi apalagi korbannya adalah orang yang ia kenali.

"Alvarez!" Ia berjalan kedekat Alvarez. "Makasih untuk tadi, dan maaf juga sikap ayah tadi, jangan simpan di hati. Sekali lagi makasih." Membungkuk untuk berterimakasih

"Gue tunggu penjelasan lo ke Arga besok, disekolah!"  Ia menancapkan motornya pergi dari pekarangan rumah Zea begitu saja

▫️▫️▫️

Zea mendelik kecil sembari mencibik bibirnya karena kesal, bekas tamparan tadi malam dan luka kecil karena kuku ayah Selina yang panjang dilengan nya masih basah dan sangat terlihat. Namun pak tua ini yang ia panggil ayah memaksakannya untuk menemaninya ke kantor induk mereka, dengan alibi agar Zea bisa belajar menjadi dirinya.

Alhasil pipinya yang tadi ia ingin kompres tidak jadi dan langsung di tempel foundation, dan untuk menutup luka pada tangannya ia memakai beku lengan panjang berwarna putih. Dan sekarang dipaksa untuk sumalasi menjadi seperti ayahnya.

Strict Parents [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang