Bab 5

47 10 4
                                        

"Mas Ibnu bisa nyetir mobil, 'kan? Tolong, Mas. Bapak saya ngeluh sakit perutnya. Tadi habis muntah-muntah."

Belum lama stiker isoman di rumahnya dilepas, belum kering luka di dada Ibnu kehilangan puteri di dalam dekapannya, tangan Ibnu dijejal kunci mobil milik Pak Kasas oleh gadis bersurai hitam panjang.

Dia hendak berangkat untuk menukar wadah donat lama dengan yang baru. Tapi melihat Pak Kasas, satu-satunya lelaki di rumah itu, yang duduk lemas sembari meringis kesakitan di dalam mobil, kaki Ibnu mengayun cepat menuju mobil. Memutar kunci, memasukkan gigi, lalu menginjak pedal gas yang membawa Pak Kasas, istri, serta anak gadisnya ke rumah sakit terdekat.

"Makasih, ya, Mas. Yang lain pada nggak bisa bawa mobil. Yang bisa udah pada kerja. Bapaknya nggak bakal tahan kalau nunggu ambulans."

Ibnu tersenyum, entah sehambar apa kelihatannya, sebagai sahutan pada Ibu Kasas tanpa melepas pandang dari jalanan.

"Sekencang apa pun angin bertiup, jangan pernah biarkan lilinnya mati ya, Nak."

"Iya, Ayah."

=::=

Memaknai 'Bertahan' sebagai tema, saya bawakan kisah ini sebagai pengingat bahwa apa yang lebih sulit dipertahankan dari menjaga jiwa tetap waras adalah mempertahankan cahaya kemanusiaan ketika tiap nyawa tengah sama-sama terancam.

Semoga masih banyak Ibnu-Ibnu lain yang bisa bertahan walau dikecewakan semesta di luar sana. Salah satunya, kamu.

Salam,

Ana Latifa @onlyana23

Ditulis: 13-14 Agustus 2021
Revisi: 15 Agustus 2021
Post: 15 Agustus 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[CERPEN] Lilin KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang