Part 9

256 24 0
                                    

Married Contact with Presdir
.
.
.
Sakura masih diam terpaku menatap pria baby face yang kini tersenyum lembut padanya. Ia sungguh tidak percaya, sahabat sekaligus kakak baginya telah kembali tanpa kabar sedikitpun padanya.

"Hei, apa kau tidak bosan dengan posisi itu?"

"Oh, ayolah. Peluk aku, tanganku sudah gatal sedari tadi untuk mengacak rambut permenmu itu," guraunya lagi sambil merentangkan kedua tangannya.

'Bruk'

Ia memeluk pria itu kuat, sampai-sampai sang empunya hampir terjatuh ke belakang. Ia terkekeh geli dan membalas pelukannya tak kalah erat.

"Hehe... Kau semakin besar saja dan semakin cantik," ujar Sasori mengacak surai panjang Sakura lembut.

"Hiks... Hiks... Hiks..."

"Hei,hei. Kenapa kau menangis? Aku sudah disini sekarang. Okey!" ujar Sasori menepuk punggung kecil itu lembut.

"Ke-kenapa kau pergi begitu saja waktu itu. Hiks... A-pa kau tau? Aku sungguh memerlukanmu saat itu," parau Sakura mencengkram baju bagian belakang Sasori.

Sasori tersenyum sendu. Ia tau ini salahnya. Dia pergi saat Sakura memang benar-benar membutunkannya.

Lima tahun lalu, tepat dihari kelulusan Sakura, Sasori hilang begitu saja. Tidak ada sambutan selamat, yang ada hanya berita jika Sasori pergi tanpa memberitahunya.

Dan hari itu juga, ia baru tau jika ibunya menyembunyikan penyakit yang sudah semakin parah. Ia tidak tau harus bagaimana. Kehidupan semasa remajanya hanya dipenuhi oleh ketakutan. Ia berusaha banting tulang untuk mengumpulkan biaya operasi ibunya sekaligus neneknya.

Untung saja otaknya yang jenius itu membawa keberuntungan baginya. Ia mendapat beasiswa kuliah kedokteran. Tapi tetap saja ia tidak bisa bersosialisasi dengan mudah. Sampai kehidupannya berubah saat bertemu dengan Ino.

"Hm, maafkan aku. Aku harus pergi saat itu juga."

"Tapi mengapa tidak memberitahuku?" ketus Sakura dengan jejak air mata dipipinya. Sakura yang rapuh dan manja kembali muncul saat bersama Sasori.

"Hehe... Kau tau sendiri tou-sanku seperti apa," jawabnya tertawa hambar.

"Ia menyuruhku untuk kuliah ke Amerika sekaligus mengurus salah satu perusaanya," lanjutnya lagi menghapus jejak air mata dipipi Sakura.

"Huhh... Tetap saja kau jahat. Kau punya ponsel, setidaknya kau menghubungiku juga kan," keluh Sakura mencebik kesal.

"Hahh... Ponselku rusak. Aku jadi tidak bisa menghubungimu. Maafkan aku, ya?" ujar Sasori mengeluarkan jurus andalan. Wajah baby facenya memohon lucu.

"Tidak bisa!! Aku tidak akan memaafkanmu!!" ketus Sakura melipat tangan di dada kemudian mengembungkan pipinya kesal.

"Ulu... Ulu... Pipimu makin besar aja. Kau menggemaskan sekali," ujar Sasori mencubit pipi Sakura gemas.

"Yak... Sakit, sakit, sakit," keluh Sakura berusaha melepaskan cubitan Sasori.

"Oh, gomen. Apa aku mencubitnya terlalu keras? Kemari apa ada yang luka?" ucap Sasori pura-pura cemas.

"Hm, disini. Kau mencubitku terlalu keras," manja Sakura menunjukkan pipinya. Sasori mendekatkan wajahnya pada pipi Sakura. Dan...

'Cup'

Sasori hilang sekejap mata setelah mencium pipi Sakura. Sang empunya merona merah. Ia diam tak berkutik, sampai...

'Ctak'

"SASORIII MESUM!!" teriak Sakura dengan perempatan siku-siku didahinya.

Ia mengejar Sasori yang tertawa bahagia. Sesekali mereka melempar pasir saru sama lain.

"Sasori-nii... Kemarilah, aku akan memberikanmu hadiah," ucap Sakura tersenyum miring dengan segenggam pasir ditangannya.

"Oh, oh, oh. Aku tidak perlu menerima hadiah menyebalkan darimu."

"Sasori baka!!" teriak Sakura kembali melempar pasir. Mereka tertawa bahagia dengan baju yang sudah penuh dengan lumpur.

Tanpa mereka ketahui, seseorang memandang momen itu dengan wajah datarnya. Siapa lagi jika bulan Sasuke.

Tadinya ia ingin mencari Sakura untuk membicarakan pesta pernikahan mereka. Tapi sialnya, ia malah melihat momen yang sangat menjijikkan bagi dirinya.

"Huhh... Jadi ini yang tidak kuketahui tentang dirimu?" gumam Sasuke kesal.

'Puk'

"Hei, sobat!" sapa Naruto dari belakang. Sasuke mengabaikannya, tatapannya hanya fokus pada wanita bersurai pink itu. Pria ramen itu mengikuti arah pandang Sasuke kemudian tersenyum tipis.

"Haha... Apa tuan tsundare kita ini sedang cemburu?" ucap Naruto menyindir Sasuke.

"Cih, untuk apa cemburu dengan wanita miskin sepertinya. Jelek, bodoh. Hahh, tidak ada gunanya cemburu dengan sampah sepertinya," ketus Sasuke kesal.

"Wah,wah, wah... Ternyata kau mulai mengakui jika dirimu tsundare."

Skak mat. Sasuke mati kutu, ia tidak menyangka bisa kehilangan fokus seperti ini.

"Ck, menyebalkan!"

"Haha... Jika kau tidak cemburu, lalu mengapa kau terus melihat gadis itu?" tanya Naruto dengan jebakan berikutnya.

"Aku tidak memperhatikan gadis itu."

"Tapi aku tidak mengatakan 'memperhatikan' aku hanya mengatakan melihatnya, bukan?" ujar Naruto membuat Sasuke kesal.

"Cih, dasar bodoh. Waktuku habis hanya untuk menemuinya disini."

Pria itu berbalik ingin meninggalkan pantai, sebelum suara Naruto menghentikan pergerakannya.

"Sasuke..."

"..."

"Mungkin kau tidak menyukainya saat ini," Naruto menghentikan ucapannya.

"Tapi jangan cabut ucapanmu saat ia tidak ada lagi. Camkan itu!!" lanjut Naruto tegas lalu pergi ke sisi pantai lainnya.

Sasuke diam memahami maksud perkataan Naruto.

"Huhh!! Dasar bodoh!"
.
.
.
TBC

Married Contract With PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang