Chapter I

33 14 27
                                    

Hai! Aku up jam 0:56 pagi nih, gabut aja, Vote dan komen kalau mau kalau enggak ya ... Gak malah selamat membaca!

***


Pagi telah menyambut, suasana hangat dari sang mentari memancarkan cahayanya hingga menerpa tubuh gadis cantik yang tengah tertidur pulas di atas kasurnya.

Dengan wajah anggun nan tenang dia tetap tenang dalam tidurnya hingga, suara dentuman keras membangunkan dirinya, seketika dia terbangun dan duduk kemudian melihat ke arah pintu kamarnya dengan perasaan kesal.

"Selamat pagi Puteri tidur!" seru Gadis yang sempat menjadi rivalnya tadi malam.

Gadis itu mengerang kesal lalu menarik bantal kesayangannya dan kembali tidur.

"Argh! Come on bro! Ini sudah pagi, cepat bangun!" sahutnya, seraya menarik bantal guling yang tak jauh dari tubuh sang Kakak kemudian, memukul-mukulkan tubuh Kakaknya dengan benda yang ia pegang.

"Wake up wake up! Cepat bangun! Kakak tidak pergi kuliah?!" serunya, dengan tangan tetap memukul-mukulkan tubuh Sang Kakak dengan bantal guling.

"Sena! Pergi sana! Aku mengantuk!" kesal sang Kakak, Gadis yang bernama Sena itu mulai terkekeh dan duduk di pinggiran kasur empuknya kemudian memangku bantal guling tersebut lalu menatap antusias ke arah Kakaknya.

"Kak, tadi malam Kakak kemana? Kenapa Kakak bisa masuk ke dalam rumah? 'kan pintunya aku kunci, lewat jendela ya?" goda Sena, dia yang di ganggu mulai resah kemudian duduk dengan wajah bantalnya tak lupa dengan mata masih tertutup rapat.

Dia menoleh ke arah Sena. "Ha?"

Sena berdecak sebal lalu memutar bola matanya malas dan berdiri, tak lupa melempar bantal guling itu ke wajah Kakaknya, dia yang di lempar dengan senang hati menerima bantal itu dan memeluk erat kemudian kembali tidur.

Sena berdecak. "Kak Hara bangun, mau di marahi Mama? Cepat bangun! Aku sudah susah payah memasak bersama Mama, kalau Kakak tidak bangun akan aku adukan kepada Mama!" ancam Sena, dia mulai melangkah pergi namun, langkahnya terhenti karena Kakaknya Hara, menahan pergerakannya dengan cara menarik celananya hingga melorot.

"Ey!!" Sena menendang tangan Hara hingga tubuh Hara ikut terhuyung lemah karena tangannya di tendang oleh sang Adik.

"Dasar Adik durhaka, ku kutuk kau menjadi kambing," sahut Hara dengan posisi tetap di zona nyaman, dengan jari telunjuk ia ayunkan ke arah Sena.

Sena berdecih, dia menyilangkan kedua tangannya di dada kemudian membuang wajahnya lalu menatap kembali sang Kakak. "Kak Hara, kalo Kamu tidak bangun akan aku siram pakai air panas."

Sena yang kesal mulai berjalan keluar dengan cara menghentak-hentakkan kakinya dan menggerutu. "Memangnya siapa dia? Aku tidak di bayar hanya untuk membangunkan batu." gerutunya.

Hara yang mendengar gerutuan dari sang Adik hanya terkekeh lalu bangun dari posisinya, dia mulai memegang kepalanya yang pening kemudian menatap jendela kamarnya yang ada di sampingnya kirinya.

"Laki-laki di mimpiku tampan sekali, namanya ... Eung ... Kim ... Ahhh aku tidak ingat, tapi sepertinya aku tahu tempatnya haruskah aku memastikan itu?"

Hara menggelengkan kepalanya lalu menyibakkan selimut kesayangannya bergambar keropi. "Itu hanya bunga tidur mana mungkin ada."

Lucid Dream Marketing Dream Store Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang