Perasaan Apa ?

511 16 0
                                        

Malam telah datang, aku beranjak dari tempat tidur. Melihat ponselku dalam keadaan kosong. Aku hanya sedikit memikirkan apa yang terjadi besok, dihari terakhir masa orientasi siswa tahun ini.

"Besok hari terakhir, siapkan barang bawaannya, jangan sampai salah. Semangat !!

Ryan"

Aku mengirimkan pesan keseluruh nomor yang pernah diberikan Raka dulu. Hanya untuk sekedar memotifasi.
Aku menatap ponsel begitu lama namun serasa ada yang kurang dariku. Hari ini Rachel tidak menyapaku sedikitpun, apa dia sedang mengujiku ?

"Ryan, makan sekarang nak" suara parau terdengar dari dapur rumahku.
"Iya bu, sebentar"
Bergegas ke meja makan dan mengambil makan malam bersama keluargaku. Hal yang jarang kulakukan karena kesibukan mereka.

Pagi mulai menjelang, tak terasa akhir dari penderitaan adalah hari ini. Tidak perlu banyak basa-basi, aku bergegas ke sekolah karena jam sudah menunjukkan pukul 6.30, tidak seperti hari biasa aku berangkat sekolah setengah tujuh tepat.

Sampai sekolah aku sangat tergesa-gesa, berlari kearah kelas dengan penuh kekhawatiran. Aku hampir telat memasuki ruang kelas. Beruntung kakak kelas sialan itu belum masuk kesini.

Gubraakk.. Dia kali ini masuk dengan menendang pintu. Apa-apaan sebenarnya dia ini ? Sikapnya tidak menunjukkan bahwa dia adalah manusia normal.

"Kali ini saya mau kalian jujur, apakah ada yang salah atau kekurangan barang bawaan kali ini ?"
"Tidak kak"

Aku berharap dihari terakhir ini dia akan berbelas kasih terhadap kami.

"Hari ini kegiatan kalian, keliling sekolah, saya akan mengenalkan setiap ruang satu per satu"

Dia mengajak kami berkeliling. Satu per satu kelas dikenalkannya sambil sedikit bergurau. Tidak buruk juga ternyata orang bernama Romi ini.

Sesampai dikelas semua sedikit lega karena tidak ada raut wajah marah terpasang di muka kak Romi kali ini. Kegiatan selesai, dia menutup dengan sedikit pidato.

"Hari ini hari terakhir masa orientasi, hari perpisahan kita, kalau ada kesalahan saya minta maaf kepada kalian semua, perlu kalian ketahui, kalian adalah orang yang terpilih di sini, terima kasih, silahkan pulang kerumah masing-masing".
Aku pikir dia bukan orang yang tahu terima kasih dan kata maaf seperti itu tapi ternyata aku salah.

Aku menginjakkan kaki dirumah. Tanpa kusadari ada pesan memasuki ponselku.

"Rachel,

Hey, masih ingat denganku ?"

Pesan yang terbaca dalam ponsel genggamku. Satu hari dia tidak muncul akhirnya dia menyapaku melalui pesan singkat lagi. Aku tidak menganggapnya sebagai gangguan atau sebuah anugrah. Tidak satupun perasangka baik maupun buruk terbesit dalam benakku.

"Bagaimana aku lupa, baru kemarin kita bertemu,

Ryan"

"Rachel,

Apa aku mengganggumu ?"

Mungkin dia merasa aku terganggu oleh perhatiannya. Memang awalnya seperti itu, namun setelah aku mengerti dia, semua lenyap begitu saja.

Terlewat beberapa hari, dia semakin sering berkirim pesan denganku. Mungkin hanya untuk mengisi waktu luang atau bahkan hanya untuk menemani kesendiriannya.

"Rachel,

Kok tiap ketemu gak pernah nyapa ?"

Mungkin dia benar-benar ingin aku dekat dengan dia.

"Maaf, aku hanya takut mengganggumu dan teman barumu,

Ryan"

Hingga tiba dimana para siswa diliburkan karena hari besar Islam sedikit lebih dekat. Dan aku belum pernah berbincang dengannya secara langsung selain hari pada masa orientasi waktu itu.

Walaupun begitu tanpa kita sadari, aku dan Rachel semakin dekat hingga sedikit ada rasa kehilangan jika salah satu dari kami tak meninggalkan pesan dalam beberapa waktu. Mulai dari bangun tidur hingga terlelap, aku hampir tak pernah melewatkan waktu untuk membalas pesan darinya.

Mungkin sedikit aneh saat kita sedekat ini tapi saat bertemu dan bertatap muka, kita seolah saling memalingkan muka. Apa yang salah ?

Dimasa libur, aku menyempatkan diri mengunjungi teman yang baru kukenal sesaat setelah pembagian kelas dulu. Hingga saat aku menginjakkan kaki dan mengetuk pintu.
"Selamat malam, Roynya ada bu ?"
Sesosok ibu keluar dari rumah yang kudatangi malam ini.
"Oh, silahkan masuk".

Langkah demi langkah, aku memasuki rumah teman yang mungkin akan menjadi sahabat karibku. Disudut ruang tamu, disofa empuk berwarna merah, aku duduk sendirian menunggu Roy keluar menemuiku.

"Ada apa ?"
Tampak lelaki kecil itu berjalan kearahku.
"Tidak, aku hanya ingin sedikit bicara padamu"
"Apa kau kenal wanita bernama Rachel ?" belum sempat dia membalas bicaraku, aku memotong kalimat yang hendak dilontarkannya.

Dia nampak sedikit terkejut, ada apa ? Apakah seburuk itu ? Aku tak tahu.
"Dia temanku ditahun pertama SMP dulu" dia menjawab dengan sedikit tersenyum.

"Akhir-akhir ini aku sering berkirim pesan dengannya melalui ponsel, dan sekarang aku seperti tak ingin kehilangannya, tapi aku bahkan tak tahu bagaimana dia sebenarnya, lalu aku harus bagaimana ?".

"Jika benar apa yang kau rasakan, maka lanjutkan apa yang menurutmu benar, Ryan. Tapi jika ada sedikit saja keraguan, maka tinggalkanlah apa yang kau sebut salah".

Dia benar, tapi aku masih ragu dengan apa yang kurasakan, perasaan apa ini ? Apakah aku jatuh cinta ? Atau hanya kagum ? Atau mungkin perasaan wajar antara dua orang teman ? Aku masih belum mengerti.

Teori Sakit HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang